Muntok, Bangka Barat, (Antaranews Babel) - Berawal dari sebuah keinginan untuk maju dan kejelian dalam memanfaatkan peluang, sejumlah warga di Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat memulai usaha budidaya perikanan air tawar dan payau, sektor usaha yang selama ini belum dilirik banyak orang di daerah itu.
Meningkatnya permintaan pasar akan beberapa jenis ikan hasil budidaya, seperti nila, lele, mas, bawal, bandeng, kepiting, udang, dan lainnya merupakan sebuah peluang dan harapan baru bagi para pelaku usaha budidaya.
Sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Gerakan Tani Rakyat Kabupaten Bangka Barat menangkap peluang tersebut dengan memulai pengembangan usaha budi daya udang galah memanfaatkan lahan sawah yang ada di daerah itu.
"Usaha ini berawal dari keinginan kuat para anggota untuk menambah penghasilan dari pekerjaan sampingan selain bertani, kami berharap usaha yang baru berjalan sekitar satu tahun ini bisa berkembang dan memberi dampak positif bagi seluruh anggota kelompok," kata Ketua Kelompok Gerakan Tani Rakyat (K-Getra) Desa Buyankelumbi, Zainul Ariffin.
Usaha budi daya udang galah dengan pola pemanfaatan lahan sawah atau biasa disebut udang galah padi (ugadi) pertama kali dikembangkan kelompok pada awal 2017 dan hingga saat ini sudah berhasil beberapa kali panen.
"Awalnya masih coba-coba bersama para anggota kelompok, namun saat ini sudah kami geluti lebih serius karena hasilnya cukup menguntungkan," katanya.
Bahkan, saat ini K-Getra juga sudah membuka usaha budi daya udang galah dengan pola kolam karena menilai usaha tersebut cukup prospektif.
Karena yakin usaha akan berhasil, beberapa minggu lalu kelompok itu juga menebar benih di tiga kolam dengan jumlah sekitar 66.000 ekor benih yang dibeli dari Jawa Barat.
"Kami juga sedang uji coba pemijahan mandiri untuk mengurangi ketergantungan pasokan benih dari luar daerah," ujarnya.
Usaha budi daya udang galah di daerah itu cukup prospektif karena kebutuhan konsumsi masyarakat cukup tinggi, terbukti hasil beberapa kali panen selalu habis dibeli warga setempat.
Harga jual udang galah juga cukup menjanjikan, yaitu antara Rp80.000 hingga Rp100.000 per kilogram, tergantung ukuran.
Seiring meningkatnya motivasi para anggota kelompok menekuni usaha tersebut, pihaknya berharap ke depan diberikan keterampilan memroduksi pakan mandiri untuk mengurangi modal usaha.
Petugas Penyuluh Perikanan wilayah Kecamatan Tempilang, Andi mengatakan usaha budi daya udang galah tersebut baru kali pertama dikembangkan kelompok di Kabupaten Bangka Barat.
Menurut Andi, usaha ini relatif baru dan butuh pendampingan serius agar bisa berkembang dan mandiri.
"Kami akan berusaha agar anggota kelompok tetap semangat menekuni usaha yang digeluti karena usaha yanag masih dijadikan sampingan itu cukup prospektif dan diyakini akan mampu memberi tambahan penghasilan," katanya.
Salah satu bukti keseriusan pemerintah daerah dalam memotivasi usah tersebut, beberapa bulan lalu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat mengirim dua orang anggota K-Getra mengikuti pelatihan budi daya udang galah di Sukabumi, Jawa Barat.
Dengan bekal keterampilan yang dimiliki anggota kelompok, diharapkan usaha tersebut semakin berkembang dan anggota termotivasi untuk sungguh-sungguh menggeluti usahanya.
Usaha Budidaya Bandeng,
Belasan warga Desa Bentengkota, Tempilang yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Budi Daya Cahaya Perintis, juga mencoba peruntungan dengan merintis usaha budi daya bandeng pola tambak sebagai upaya optimalisasi lahan air payau.
"Budi daya ikan bandeng ini merupakan usaha baru di Bangka Barat, kami optimistis akan berkembang karena peluang pasar masih cukup terbuka," kata Ketua Kelompok Nelayan Budi Daya Cahaya Perintis, Tidar.
Selama ini ketersediaan ikan bandeng di sebagian besar pasar di Bangka Barat merupakan ikan pasokan dari luar daerah karena belum ada pembudi daya bandeng di daerah itu.
Kebutuhan ikan di daerah ini cukup tinggi, dengan kondisi seperti itu kelompok yang baru terbentuk setahun itu ingin menangkap peluang yang ada dengan memulai usaha pembesaran ikan bandeng.
Sebagai langkah awal, Kelompok Cahaya Perintis membuka lahan sekitar 1.000 meter persegi untuk membangun kolam pembesaran ditebari benih sebanyak 10.000 ekor yang didatangkan langsung dari Jepara, Jawa Tengah.
Karena perkembangannya cukup bagus, beberapa waktu lalu kolam yang sudah siap ditebar lagi dengan benih bandenga sebanyak 25.000 ekor.
Ia menargetkan dalam beberapa tahun ke depan usaha itu bisa mandiri dan mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh anggota kelompok.
Kepala Desa Bentengkota, Jinawan memberikan apresiasi kepada kelompok itu karena memiliki motivasi untuk memulai usaha dan jeli melihat peluang pasar.
"Ke depan kami berharap ketersediaan lahan yang cukup luas di sekitar kolam bandeng bisa dimanfaatkan untuk usaha budi daya perikanan yang lain misalnya udang, kakap dan kepiting agar usaha semakin berkembang," kata Jinawan.
Jika sudah semakin besar diharapkan bisa menggerakkan ekonomi warga sekitarnya melalui usaha pengolahan dan kuliner dengan bahan baku dari kelompok itu.
Bisa saja pengolahan bandeng presto atau makanan olahan lain dengan mengambil bahan baku dari kelompok itu.
Kembangkan lele memanfaatkan lahan bekas tambang
Kelompok Budidaya Senawar Lestari Tempilang yang sudah berjalan tiga tahun memanfaatkan lahan bekas tambang timah untuk budidaya lele, nila dan bawal.
"Hasilnya cukup memuaskan, bahkan saat ini kami juga sedang merintis pembuatan pakan mandiri untuk mengurangi modal produksi," kata anggota Kelompok Budi Daya Senawar Lestari, Suli (61).
Kendala utama yang dihadapi para pembudi daya ikan adalah mahalnya harga pakan atau pelet industri yang mencapai Rp12.000 per kilogram.
Untuk mengatasi permasalahan itu anggota kelompok sudah mencoba membuat pakan mandiri dengan memanfaatkan ikan laut sisa dari pedagang di pasar setempat.
Pola ini cukup menguntungkan karena bisa menekan biaya pakan menjadi sekitar Rp6.000 per kilogram.
Budi daya ikan air tawar yang dirintis sejak 2015 tersebut berawal dari keinginan kuat untuk mendapatkan tambahan penghasilan, selain berkebun kelapa sawit sekaligus memanfaatkan lahan bekas tambang yang banyak terdapat di desanya.
"Kami kemudian membentuk kelompok budi daya dan memulai usaha secara swadaya, karena dinilai memiliki peluang bagus kemudian mulai mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah daerah hingga mandiri seperti saat ini," katanya.
Hingga saat ini kelompok sudah berjalan dengan baik dan setiap kali panen tidak susah lagi untuk menjual hasil panen karena sudah memiliki pelanggan tetap, baik perorangan maupun pedagang di pasar lokal.
Rata-rata sekali panen 100 kilogram dengan harga jual antara Rp25.000 hingga Rp27.500 per kilogram, biasanya pedagang menjual kembali dengan harga Rp30.000 per kilogram.
Merespons semangat warga dalam pengembangan usaha budi daya perikanan, baik perikanan air tawar, payau dan pesisir, pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat memberikan apresiasi dan mendorong agar usaha yang dijalankan digeluti sungguh-sungguh.
Kepala Bidang Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Wiratmo berharap para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok mampu memroduksi pakan sendiri agar usaha yang digeluti berkembang dan semakin mandiri.
"Kami akan terus melakukan pendampingan dan bantuan stimulan kepada kelompok budi daya agar semakin termotivasi menggeluti usahanya, dengan harapan produksi ikan air tawar meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan konsumsi lokal," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, realisasi pelaksanaan kegiatan di bidang budidaya perikanan pada 2018 terdapat beberapa pola penyaluran bantuan untuk kelompok budidaya, antara lain diversifikasi perikanan kepada empat kelompok budidaya perikanan (pokdakan), berupa bantuan keramba jaring apung delapan lubang, 8.500 ekor benih kerapu dan 1.500 kilogram pakan kerapu, benih kepiting sebanyak 224 kilogram, benih kerang 20.000 kilogram.
Melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana pemberdayaan skala kecil budidaya ikan laut disalurkan bantuan empat paket cetak tambak kepada dua pokdakan, masing-masing mendapatkan dua paket cetak tambak, 10.000 benih bandeng, pakan turbo 78-2 1.620 kilogram dan pakan PF.500 180 kilogram.
Melalui kegiatan itu juga disalurkan kepada dua pokdakan yang bergerak di bidang budidaya lele berupa satu paket bioflok.
Untuk kegiatan diversifikasi perikanan budidaya air tawar disalurkan kepada tujuh pokdakan, berupa 35.000 benih lele, 25.000 benih patin, 23.000 benih nila, 25.000 benih bandeng, pakan PF.1000 300 kilogram, pakan 781-2 2.950 kilogram dan jaring 1.000 meter.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Meningkatnya permintaan pasar akan beberapa jenis ikan hasil budidaya, seperti nila, lele, mas, bawal, bandeng, kepiting, udang, dan lainnya merupakan sebuah peluang dan harapan baru bagi para pelaku usaha budidaya.
Sejumlah petani yang tergabung dalam Kelompok Gerakan Tani Rakyat Kabupaten Bangka Barat menangkap peluang tersebut dengan memulai pengembangan usaha budi daya udang galah memanfaatkan lahan sawah yang ada di daerah itu.
"Usaha ini berawal dari keinginan kuat para anggota untuk menambah penghasilan dari pekerjaan sampingan selain bertani, kami berharap usaha yang baru berjalan sekitar satu tahun ini bisa berkembang dan memberi dampak positif bagi seluruh anggota kelompok," kata Ketua Kelompok Gerakan Tani Rakyat (K-Getra) Desa Buyankelumbi, Zainul Ariffin.
Usaha budi daya udang galah dengan pola pemanfaatan lahan sawah atau biasa disebut udang galah padi (ugadi) pertama kali dikembangkan kelompok pada awal 2017 dan hingga saat ini sudah berhasil beberapa kali panen.
"Awalnya masih coba-coba bersama para anggota kelompok, namun saat ini sudah kami geluti lebih serius karena hasilnya cukup menguntungkan," katanya.
Bahkan, saat ini K-Getra juga sudah membuka usaha budi daya udang galah dengan pola kolam karena menilai usaha tersebut cukup prospektif.
Karena yakin usaha akan berhasil, beberapa minggu lalu kelompok itu juga menebar benih di tiga kolam dengan jumlah sekitar 66.000 ekor benih yang dibeli dari Jawa Barat.
"Kami juga sedang uji coba pemijahan mandiri untuk mengurangi ketergantungan pasokan benih dari luar daerah," ujarnya.
Usaha budi daya udang galah di daerah itu cukup prospektif karena kebutuhan konsumsi masyarakat cukup tinggi, terbukti hasil beberapa kali panen selalu habis dibeli warga setempat.
Harga jual udang galah juga cukup menjanjikan, yaitu antara Rp80.000 hingga Rp100.000 per kilogram, tergantung ukuran.
Seiring meningkatnya motivasi para anggota kelompok menekuni usaha tersebut, pihaknya berharap ke depan diberikan keterampilan memroduksi pakan mandiri untuk mengurangi modal usaha.
Petugas Penyuluh Perikanan wilayah Kecamatan Tempilang, Andi mengatakan usaha budi daya udang galah tersebut baru kali pertama dikembangkan kelompok di Kabupaten Bangka Barat.
Menurut Andi, usaha ini relatif baru dan butuh pendampingan serius agar bisa berkembang dan mandiri.
"Kami akan berusaha agar anggota kelompok tetap semangat menekuni usaha yang digeluti karena usaha yanag masih dijadikan sampingan itu cukup prospektif dan diyakini akan mampu memberi tambahan penghasilan," katanya.
Salah satu bukti keseriusan pemerintah daerah dalam memotivasi usah tersebut, beberapa bulan lalu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat mengirim dua orang anggota K-Getra mengikuti pelatihan budi daya udang galah di Sukabumi, Jawa Barat.
Dengan bekal keterampilan yang dimiliki anggota kelompok, diharapkan usaha tersebut semakin berkembang dan anggota termotivasi untuk sungguh-sungguh menggeluti usahanya.
Usaha Budidaya Bandeng,
Belasan warga Desa Bentengkota, Tempilang yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Budi Daya Cahaya Perintis, juga mencoba peruntungan dengan merintis usaha budi daya bandeng pola tambak sebagai upaya optimalisasi lahan air payau.
"Budi daya ikan bandeng ini merupakan usaha baru di Bangka Barat, kami optimistis akan berkembang karena peluang pasar masih cukup terbuka," kata Ketua Kelompok Nelayan Budi Daya Cahaya Perintis, Tidar.
Selama ini ketersediaan ikan bandeng di sebagian besar pasar di Bangka Barat merupakan ikan pasokan dari luar daerah karena belum ada pembudi daya bandeng di daerah itu.
Kebutuhan ikan di daerah ini cukup tinggi, dengan kondisi seperti itu kelompok yang baru terbentuk setahun itu ingin menangkap peluang yang ada dengan memulai usaha pembesaran ikan bandeng.
Sebagai langkah awal, Kelompok Cahaya Perintis membuka lahan sekitar 1.000 meter persegi untuk membangun kolam pembesaran ditebari benih sebanyak 10.000 ekor yang didatangkan langsung dari Jepara, Jawa Tengah.
Karena perkembangannya cukup bagus, beberapa waktu lalu kolam yang sudah siap ditebar lagi dengan benih bandenga sebanyak 25.000 ekor.
Ia menargetkan dalam beberapa tahun ke depan usaha itu bisa mandiri dan mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh anggota kelompok.
Kepala Desa Bentengkota, Jinawan memberikan apresiasi kepada kelompok itu karena memiliki motivasi untuk memulai usaha dan jeli melihat peluang pasar.
"Ke depan kami berharap ketersediaan lahan yang cukup luas di sekitar kolam bandeng bisa dimanfaatkan untuk usaha budi daya perikanan yang lain misalnya udang, kakap dan kepiting agar usaha semakin berkembang," kata Jinawan.
Jika sudah semakin besar diharapkan bisa menggerakkan ekonomi warga sekitarnya melalui usaha pengolahan dan kuliner dengan bahan baku dari kelompok itu.
Bisa saja pengolahan bandeng presto atau makanan olahan lain dengan mengambil bahan baku dari kelompok itu.
Kembangkan lele memanfaatkan lahan bekas tambang
Kelompok Budidaya Senawar Lestari Tempilang yang sudah berjalan tiga tahun memanfaatkan lahan bekas tambang timah untuk budidaya lele, nila dan bawal.
"Hasilnya cukup memuaskan, bahkan saat ini kami juga sedang merintis pembuatan pakan mandiri untuk mengurangi modal produksi," kata anggota Kelompok Budi Daya Senawar Lestari, Suli (61).
Kendala utama yang dihadapi para pembudi daya ikan adalah mahalnya harga pakan atau pelet industri yang mencapai Rp12.000 per kilogram.
Untuk mengatasi permasalahan itu anggota kelompok sudah mencoba membuat pakan mandiri dengan memanfaatkan ikan laut sisa dari pedagang di pasar setempat.
Pola ini cukup menguntungkan karena bisa menekan biaya pakan menjadi sekitar Rp6.000 per kilogram.
Budi daya ikan air tawar yang dirintis sejak 2015 tersebut berawal dari keinginan kuat untuk mendapatkan tambahan penghasilan, selain berkebun kelapa sawit sekaligus memanfaatkan lahan bekas tambang yang banyak terdapat di desanya.
"Kami kemudian membentuk kelompok budi daya dan memulai usaha secara swadaya, karena dinilai memiliki peluang bagus kemudian mulai mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah daerah hingga mandiri seperti saat ini," katanya.
Hingga saat ini kelompok sudah berjalan dengan baik dan setiap kali panen tidak susah lagi untuk menjual hasil panen karena sudah memiliki pelanggan tetap, baik perorangan maupun pedagang di pasar lokal.
Rata-rata sekali panen 100 kilogram dengan harga jual antara Rp25.000 hingga Rp27.500 per kilogram, biasanya pedagang menjual kembali dengan harga Rp30.000 per kilogram.
Merespons semangat warga dalam pengembangan usaha budi daya perikanan, baik perikanan air tawar, payau dan pesisir, pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat memberikan apresiasi dan mendorong agar usaha yang dijalankan digeluti sungguh-sungguh.
Kepala Bidang Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Wiratmo berharap para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok mampu memroduksi pakan sendiri agar usaha yang digeluti berkembang dan semakin mandiri.
"Kami akan terus melakukan pendampingan dan bantuan stimulan kepada kelompok budi daya agar semakin termotivasi menggeluti usahanya, dengan harapan produksi ikan air tawar meningkat dan mampu mencukupi kebutuhan konsumsi lokal," katanya.
Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, realisasi pelaksanaan kegiatan di bidang budidaya perikanan pada 2018 terdapat beberapa pola penyaluran bantuan untuk kelompok budidaya, antara lain diversifikasi perikanan kepada empat kelompok budidaya perikanan (pokdakan), berupa bantuan keramba jaring apung delapan lubang, 8.500 ekor benih kerapu dan 1.500 kilogram pakan kerapu, benih kepiting sebanyak 224 kilogram, benih kerang 20.000 kilogram.
Melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana pemberdayaan skala kecil budidaya ikan laut disalurkan bantuan empat paket cetak tambak kepada dua pokdakan, masing-masing mendapatkan dua paket cetak tambak, 10.000 benih bandeng, pakan turbo 78-2 1.620 kilogram dan pakan PF.500 180 kilogram.
Melalui kegiatan itu juga disalurkan kepada dua pokdakan yang bergerak di bidang budidaya lele berupa satu paket bioflok.
Untuk kegiatan diversifikasi perikanan budidaya air tawar disalurkan kepada tujuh pokdakan, berupa 35.000 benih lele, 25.000 benih patin, 23.000 benih nila, 25.000 benih bandeng, pakan PF.1000 300 kilogram, pakan 781-2 2.950 kilogram dan jaring 1.000 meter.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018