Sungailiat, (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, masuk nominasi enam besar tingkat nasional untuk daerah kabupaten di Indonesia diluar Jawa bidang ekonomi kreatif.

Menurut Bupati Bangka, Tarmizi Saat di Sungailiat, Rabu, keberhasilan Kabupaten Bangka masuk nominasi enam besar di Indonesia untuk daerah kabupaten di luar Pulau Jawa setelah  beberapa program pengembangan ekonomi unggulan dipaparkan ke pemerintah pusat melalui kementerian terkait.

"Kami memaparkan antara lain pengembangan Program Kebun Kelapa Sawit Rakyat (KKSR), dimana program ini berbeda dengan program pengembangan kelapa sawit lainnya seperti, Plasma atau Kebun Inti Rakyat (KIR)," jelasnya.

Dia menjelaskan, KKSR merupakan salah satu upaya mensinergikan tiga pilar pembangunan sektor perkebunan kelapa sawit dengan melibatkan pihak  swasta, masyarakat dan pemerintah dalam suatu jalinan kerja sama yang saling menguntungkan.

"Kami menetapkan KKSR sebagai unggulan setelah menilai berbagai faktor yang mendukung, yaitu pertama, potensi lahan tidur di Kabupaten Bangka yang mencapai kurang lebih 35.000 hektar, kedua besarnya animo dan kesadaran masyarakat untuk membangun kebun kelapa sawit, ketiga untuk mengikis kesenjangan ekonomi antara perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat setempat," jelasnya.

Teknis penerapan program KKSR kata dia, petani sebagai penyedia lahan dan tenaga, sekaligus petani sebagai peserta program KKSR  memliki lahan minimal dua hektar.

"Sedangkan pihak perusahaan atau swasta yang menyiapkan bibit unggul bersertifikat, pembinaan teknis dan manajemen kebun serta pemasaran tandan buah segar (TBS) sedangkan posisi pemerintah sebagai penyiap sarana produksi (saprodi) berupa pupuk, obat-obatan serta biaya "Land Clearing"," katanya.

Selain program KKSR yang dipaparkan, pihaknya juga memaparkan program ekonomi kreatif berupa program pengembangan beras aru.

"Beras aru dengan bahan baku ubi kayu memberikan peluang besar mendukung ketahanan pangan lokal, dimana pengembangannya sederhana dengan memanfaatkan lahan kosong ataupun disela tanaman kelapa sawit," katanya.

Hanya saja kata dia, pengelolaan beras aru masih dalam tahap usaha rumah tangga mengingat keterbatasan alat pengolahan yang dimiliki masyarakat.

"Pembuatan beras aru terkadang terhambat oleh kondisi musim, dimana kalau tiba musim hujan menghambat proses penjemuran karena memang harus dikeringkan," jelasnya.

Untuk mempermudah dan membantu masyarakat membuat beras aru kata dia, pihaknya bekerjasama dengan Politehnik Manufaktur (Polman) Bangka Belitung untuk membuat mesin teknologi tepat guna pembuat beras aru.

"Dengan mesin itu nantinya selain mempercepat proses pembuatan juga dapat meningkatkan jumlah produksi bagi masyarakat," katanya

Pewarta: Oleh Kasmono

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014