Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendorong petani menggunakan inovasi teknologi lada perdu guna mendukung peningkatan produksi dan daya saing lada nasional.

Kepala BPTP Babel, Wahyu Wibawa di Toboali, Senin mengatakan pengembangan lada perdu merupakan solusi dan peluang peningkatan produksi dan daya saing lada dalam mengembalikan kejayaan rempah Indonesia.

"Inovasi modifikasi agronomi lada perdu kami tawarkan lantaran tingginya biaya produksi, seperti tiang panjat, pemeliharaan, pemangkasan dan panen. Untuk memproduksi 1 kg lada dengan tiang panjat dibutuhkan biaya sebesar Rp 19.852 sedangkan lada perdu Rp 11.157 atau dengan kata lain komparasi biaya produksi per kg lebih murah sebesar 44 persen dibanding teknologi lada panjat," katanya.

Menurut dia, teknologi lada perdu ini dikembangkan bukan untuk menyaingi teknologi budidaya tiang panjat, namun memiliki beberapa keunggulan komparatif, antara lain tidak memerlukan tiang panjat, populasi tanaman per satuan luas lebih banyak, pemeliharaan dan panen mudah, dapat berproduksi lebih awal dan dapat ditanam dengan cara tumpangsari dengan cengkeh, kopi, kelapa ataupun dengan lada tiang panjat sekalipun.

Selain itu, lada perdu juga dapat ditanam pada lahan terbatas dengan naungan atau tanpa naungan pada lahan pekarangan, taman kota dan lain-lain dengan media tanam pot ataupun polibag.

"Produktivitas lada perdu pada system tanam monokultur berkisar antara 1,8  2,6 ton per hektar, dengan peningkatan pendapatan berkisar 10-35 persen per hektar per tahun. Artinya dengan menggunakan teknologi ini akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kesejahteraan petani," katanya.

Pewarta: Eko SR

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019