Toboali, Bangka Selatan (ANTARA) - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengatakan11 kasus malaria di daerahnya dibawa dari luar daerah.
"Pada 2019 tercatat 17 kasus malaria, tercatat sebanyak 11 kasus merupakan kasus impor atau kasus malaria yang datang dari luar daerah," kata Kepala DKPPKB Bangka Selatan, Supriyadi di Toboali, Sabtu.
Ia menjelaskan dari 17 kasus malaria yang terjadi di Basel, 11 diantaranya merupakan kasus yang datang dari daerah luar Bangka Selatan.
"Kasus malaria impor atau datang dari wilayah lain terjadi di Puskesmas Simpang Rimba yaitu satu kasus, Puskesmas Payung ditemukan dua kasus, Puskesmas Batu Betumpang sebanyak tujuh kasus dan Puskesmas Rias terdeteksi satu kasus," katanya.
Menurut dia, penyebab mewabahnya malaria di Bangka Selatan karena pola hidup bersih masyarakat masih rendah, khususnya kebersihan lingkungan.
"Pada 2019 terjadi peningkatan jumlah kasus malaria yaitu 17 kasus atau meningkat tujuh kasus dibanding pada 2018 yang hanya 10 kasus," ujarnya.
Namun demikian, kata dia, Bangka Selatan tidak termasuk daerah endemis malaria karena sudah dilakukan penanganan cepat dan tepat.
"Kendati jumlah kasus meningkat, namun belum sampai status endemis karena terus ditangani dan tidak dilakukan pembiaran," ujarnya.