Jakarta (ANTARA) -
Film yang diproduksi oleh Visinema Pictures dan KawanKawan Media ini diadaptasi dari novel karya Sabda Armandio, dengan judul yang sama.
Berkisah tentang seorang detektif bernama Gaspar (Reza Rahadian) yang divonis akan meninggal dalam waktu 24 jam karena memiliki kelainan posisi jantung.
Gaspar berupaya untuk memecahkan misteri mengenai teman masa kecilnya bernama Kirana (Shofia Shireen) yang tiba-tiba menghilang saat Gaspar masih anak-anak.
Berbekal petunjuk-petunjuk yang telah dikumpulkannya, Gaspar menemukan bahwa teka-teki misteri itu mengarahkan kepada Wan Ali (Iswadi Pratama), seorang pemilik toko perhiasan, yang tidak lain adalah ayah Kirana sendiri dan memiliki koneksi dengan sindikat perdagangan organ manusia.
Di masa hidupnya yang semakin pendek, yakni hanya 24 jam, Gaspar berniat untuk membalas dendam kepada Wan Ali, dengan merampok toko emas milik Wan Ali. Ide Gaspar itu didukung oleh sahabatnya, Agnes (Shenina Cinnamon), yang ingin bergabung dalam misi balas dendam itu.
Mengetahui bahwa toko perhiasan Wan Ali sulit ditembus oleh perampok, Gaspar mengajak mantan kekasihnya, Kik (Laura Basuki) dan kekasih baru Kik, yakni Njet (Kristo Immanuel) untuk bergabung dalam komplotannya.
Tidak hanya itu, Gaspar juga mengajak anggota keluarga Wan Ali, yakni dokter Tati (Dewi Irawan) dan anaknya Yadi (Sal Priadi), yang masing-masing juga memiliki dendam kepada Wan Ali, setelah kejahatannya kepada mereka diungkapkan oleh Gaspar.
Film "24 Jam Bersama Gaspar" menyuguhkan adegan aksi yang penuh dengan ketegangan. Aksi baku hantam yang brutal dihadirkan dari bagian awal film dan semakin intens saat adegan perampokan toko perhiasan Wan Ali terjadi di mana terjadi suatu hal yang membuat rencana mereka menjadi berantakan.
Dalam beberapa aksinya, Gaspar merasakan sakit di bagian dada akibat kelainan jantung yang dideritanya dan hal ini semakin menambah ketegangan penonton yang menyaksikan adegan itu.
Selain adegan aksi yang menegangkan, hal menarik yang ditonjolkan dalam film "24 Jam Bersama Gaspar" adalah latar waktu dan tempat. Film ini memperlihatkan dunia di masa depan yang sangat berbeda dari wujudnya yang kita alami pada masa sekarang.
Di masa depan, peradaban manusia di Bumi mengalami kekacauan akibat wabah penyakit dan kerusakan lingkungan. Akibatnya, tindakan kriminal menjadi yang lazim terjadi dan manusia menjadi apatis saat menyaksikan tindakan kejahatan dan kekerasan terjadi di depan matanya.
Pemerintah yang berkuasa pun menjadi otoriter yang tak segan menyingkirkan rakyat yang dianggap tidak pantas untuk hidup. Hukum yang berlaku adalah hukum rimba, di mana kekerasan menjadi cara yang paling umum digunakan dalam menyelesaikan masalah serta bertahan hidup.
Kemiskinan dan kelangkaan sumber daya vital, seperti air dan bahan bakar, juga dirasakan oleh masyarakat di masa depan dalam alur "24 Jam Bersama Gaspar". Sebagian besar masyarakat yang jatuh ke dalam kemiskinan bekerja sebagai pemulung atau pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa dari mereka juga memilih untuk mengikuti kontes tarung jalanan untuk bertahan hidup.
Beberapa adegan yang dihadirkan untuk menggambarkan kondisi masyarakat adalah ketika Wan Ali yang melemparkan barang berharga ke gerombolan pengemis yang membuat mereka langsung memperebutkan barang pemberian.
Kemudian, adegan saat Gaspar mengembuskan nafas terakhirnya. Sejumlah warga yang menyaksikan tubuh Gaspar telah tergeletak tidak langsung memberikan pertolongan. Mereka hanya mengambil barang-barang yang dimiliki dan dikenakan oleh Gaspar.
Penggambaran masa depan yang penuh kekacauan dan kerusakan semakin ditonjolkan oleh film ini dengan menghadirkan pewarnaan bernuansa gelap dan muram sepanjang film.
Akan tetapi, dalam beberapa adegan kilas balik, Gaspar yang mengenang momen-momen kebersamaan dengan Kirana saat dunia masih terlihat normal menampilkan nuansa yang penuh warna dan indah.
Satu lagi daya tarik dari film "24 Jam Bersama Gaspar" adalah penggunaan bahasa baku dalam setiap dialog karakter, seperti pada novelnya.
Meskipun sejumlah pemeran mengaku bermain film yang menggunakan dialog bahasa baku menjadi pengalaman pertama mereka, akan tetapi eksekusi dari para pemeran dalam membawakan dialog ini dilakukan dengan baik tanpa merasa kaku.
Film "24 Jam Bersama Gaspar" digarap oleh sutradara Yosep Anggi Noen bersama dengan produser eksekutif Angga Dwimas Sasongko serta para produser dari Visinema Pictures dan KawanKawan Media, yakni Cristian Imanuell dan Yulia Evina Bhara.
Film ini turut dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris kenamaan Tanah Air, di antaranya Reza Rahadian, Shenina Cinnamon, Laura Basuki, Kristo Immanuel, Sal Priadi, Iswadi Pratama, Ali Fikry, Shofia Shireen, dan Alleyra Fakhira.
Film "24 Jam Bersama Gaspar" telah tayang perdana di ajang festival internasional bergengsi "Busan International Film Festival" pada Oktober 2023. Film ini juga terpilih menjadi film Indonesia pertama yang ikut berkompetisi dalam Kim Jiseok Award.
Film ini juga meraih sembilan nominasi di ajang Festival Film Indonesia 2023 dan berhasil memenangi Piala Citra untuk kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik.
Bagaimana rencana balas dendam Gaspar kepada Wan Ali berjalan? Apakah Gaspar dapat membalaskan dendam sebelum ajal menjemputnya? Temukan jawabannya di film "24 Jam Bersama Gaspar" yang tayang mulai 14 Maret 2024 secara eksklusif di Netflix.
Berita Terkait
Sejumlah artis-penyanyi berdendang saat makan malam World Water Forum
19 Mei 2024 21:40
Reza Rahadian: Film komedi sulit, tapi saya menikmatinya
14 Januari 2024 20:01
Film "Tamu Tak Diundang", debut perusahaan hiburan Baim Wong
12 Maret 2022 19:55
Reza Rahadian akan naynyikan soundtrack film "Garis Waktu"
22 Februari 2022 13:42
Reza Rahadian Ketua FFI 2021 hingga Hyundai rilis Avante N
16 Juli 2021 08:29
Reza Rahadian jabat Ketua FFI 2021-2023
15 Juli 2021 21:20
Film "Mariara" yang angkat urban legend Minahasa segera tayang
26 November 2024 08:52
Daftar pemenang FFI 2024, "JESEDEF" boyong tujuh piala
21 November 2024 08:34