Toboali, Bangka Selatan (ANTARA) - "Jangan banyak tingkah. Kelak dibenci orang". Demikian bunyi pesan WhatsApp dalam sebuah grup percakapan WhatsApp, saat penulis mengirimkan sebuah lagu karya OM Pancaran Sinar Petromak (PSP) yang berjudul Tetangga Gue.
Orkes Moral Pancaran Sinar Petromak (disingkat OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang populer pada paruh akhir dekade 1970-an, terutama di kalangan mahasiswa, dewasa muda serta keluarga.
Para personel OM PSP beberapa diantaranya adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berkampus di daerah Rawamangun, kota Jakarta Timur.
OM PSP terdiri dari Ade Anwar (gendang I, vokal), Monos (gitar, vokal), Norman Sonisontani/ Omen (ukulele, vokal), Rizali Indrakesuma/Rojali (mandolin, vokal), Dindin (tamborin), Aditya (gendang II), Andra Ramadan Muluk (marakas), James R Lapian (bass) serta bintang tamu Edwin Hudioro (suling) yang merupakan anggota band Chaseiro.
Salah satu personil OM PSP Rizali Indrakesuma pernah mengemban amanah sebagai Duta Besar Indonesia untuk India.
Lagu Tetangga Gue menceritakan makelar kasus yang ada di mana-mana dan susah ditangkap. Lagu itu mengandung pesan koruptor harus ditangkap dan diadili tanpa pandang bulu.
Kembali kepada jawaban kawan di grup percakapan WhatsApp itu, tentunya setiap penyampaian apakah dalam bentuk kritik dan pujian pun akan mendapatkan respon.
Budayawan Seno Gumira Ajidarma mengatakan dunia bertambah sempurna karena kontribusi sikap kritis.
Karena itu berlaku diktum bahwa kritik sangat diperlukan demi kemajuan zaman dan kebaikan bersama. Lenyapnya tukang kritik kata budayawan ini, merupakan awal ketertindasan baru.
Tak heran, ketika tukang kritik dibungkam, demokrasi akan menemui ajal. Matinya tukang kritik melahirkan pemerintah yang tirani dan otoriter. Hadirnya tukang kritik menjadi pilar sebuah pemerintahan yang demokratis dan kuat.
Fungsi preventif kritik adalah mengingatkan agar segala kemungkinan negatif tak terjadi dan harus diantisipasi. Sementara itu fungsi kuratif kritik bertujuan memperbaiki kesalahan atau menormalkan situasi.
Seorang pemimpin yang rasional akan selalu melihat kritik dari dua fungsi tadi. Bila tidak, sang pemimpin akan mudah tersinggung.
Walaupun terkadang kita tahu seorang pemimpin belum tentu alergi diberikan kritik. Yang alergi justru kebanyakan orang yang berada di sekitar pemimpin. Entah apa maksudnya alergi bila seorang pemimpin diberikan nutrisi sehat bernama kritik.
Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang merangkum semua aspirasi dan mendengarkan apa yang disampaikan rakyat, termasuk pahitnya kritik,karena itu semua untuk kebaikan bersama.
Tantangan kedepan bagi mereka yang merasa dirinya pemimpin rakyat adalah siap untuk menerima kritik dengan lapang dada dan menerima pujian sebagai bekal dalam mengaplikasikan visi dan misi nya untuk kepentingan rakyat.
Tantangan lainnya bagi pemimpin masa depan adalah sikap untuk memfilter narasi yang berbau "nyerurok". Yakni sebuah narasi yang terlalu mengada-ada. Terkesan berlebihan.
Oleh sebab itu tukang kritik jangan sampai hilang dan tak bersuara di bumi nusantara tercinta ini.
Namun biarkan tukang alok dan pengalok (pemuji) gugur tergilas dimakan perubahan zaman.
Di kejauhan terdengar syair lagu Tetangga Gue.
Kerjenya nggak jelas.
Kantornya tak ada
Tapi dia bilang semua bisa diatur.
Dari proyek kecil hingga besar
Asal jelas komisi dan setorannya.
*) Rusmin Sopian merupakan seorang penulis yang berasal dari Toboali, Bangka Selatan