Kuala Lumpur (Antara Babel) - Malaysia pada 2 Oktober akan memulai pengadilan terhadap dua wanita, yang dituduh melakukan pembunuhan atas saudara tiri pemimpin Korea Utara, kata Pengadilan Tinggi pada Jumat.
Siti Aisyah (25), warganegara Indonesia, dan Doan Thi Huong (28), asal Vietnam, didakwa melakukan pembunuhan terhadap Kim Jong-nam di bandar udara internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari, dengan mengolesi wajah korban menggunakan bahan kimia VX, yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu senjata pemusnah, lapor Reuters.
Kedua wanita itu tampil di Pengadilan Tinggi Shah Alam, kota di pinggiran ibu kota, Kuala Lumpur, diborgol dan mengenakan pakaian tradisional melayu, terdiri atas rok panjang dan kemeja serta memakai rompi anti-peluru.
"Kita akan mulai pada Oktober," kata Hakim Azmi Ariffin, "Pemeriksaan telah selesai untuk yang kedua. Kedua perkara itu akan diadili bersama, dengan permohonan yang diajukan pada sidang pertama," tambahnya.
Jika terbukti bersalah, kedua wanita itu dapat menghadapi hukuman mati.
Doan tersenyum saat menjalani pemeriksaan, namun Siti Aisyah menangis, pengacaranya terlihat berusaha menenangkannya.
Jaksa Muhamad Iskandar Ahmad mengatakan bahwa jaksa penuntut diberi 33 dokumen dan rekaman CCTV oleh pengacara pembela, dan akan memanggil antara 30 hingga 40 saksi, tergantung pada Kemajuan persidangan.
"Setelah melihat rekaman CCTV, saya harap hakim akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana situasi yang terjadi," kata Gooi Soon Seng, pengacara Siti Aisyah.
Jong-nam adalah anak tertua dari pemimpin Korea Utara sebelumnya, Kim Jong-il. Saudara tirinya, Kim Jong-un, menjadi pemimpin Korea Utara ketika ayah mereka meninggal pada 2011 lalu.
AS dan Korea Selatan mengatakan bahwa pejabat Korea Utara berada di balik pembunuhan Jong-nam, yang tinggal pada pengasingan di Macau dan telah mengkritik pemerintahan dinasti keluarganya di Korea Utara.
Aisyah dan Huong mengatakan kepada diplomat negara masing-masing bahwa mereka sedang berperan serta dalam acara lelucon di televisi saat mereka menyerang Kim Jong-nam.