Jakarta (Antaranews Babel) - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi meminta siapapun untuk menghormati maklumat yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait penetapan awal puasa, hari lebaran dan hari besar keagamaan Islam lainnya.
"MUI mengharapkan umat Islam untuk tidak menjadikan hal ini menjadi polemik tapi justru harus dijadikan sebagai proses pendewasaan diri dalam menerima perbedaan pendapat," kata Zainut di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan MUI juga menghormati Muhammadiyah terkait maklumat tersebut.
"MUI menghormati keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sudah mengumumkan penetapan 1 Ramadan 1439 Hijriyah dan 1 Syawal 1439 Hijriyah karena sesuai dengan methoda ijtihad yang digunakan yaitu melalui pendekatan hisab atau perhitungan bulan," kata dia.
MUI, kata dia, juga menghormati ormas Islam lainnya yang belum mengumumkan awal puasa karena menggunakan pendekatan penetapan hilalnya melalui rukyatul hilal (melihat bulan).
Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan tahun 1439 Hijriyah atau 2018 pada Kamis 17 Mei dengan merujuk hasil perhitungan astronomi atau hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan penetapan soal 1 Ramadan itu agar dapat menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah.
Berdasarkan maklumat tersebut, 1 Syawal atau hari Idul Fitri 2018 jatuh pada Jumat 15 Juni. Kemudian 1 Zulhijah tahun ini bertepatan dengan Senin 13 Agustus. Dengan begitu, Hari Arafah atau 9 Zulhijah bersamaan dengan Selasa 21 Agustus.
Selanjutnya, Idul Adha 10 Zulhijah jatuh pada Rabu 22 Agustus.