Bogor (Antaranews Babel) - Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi kemungkinan adanya perang dagang yang dilakukan oleh negara yang punya kekuatan ekonomi.
"Kita berharap tidak akan ada perang dagang dan agar tidak ada pihak yang terlibat dalam perang dagang. Tapi Indonesia seperti negara-negara lainnya juga harus bersiap dengan adanya perang dagang antara negara ekonomi besar," kata Presiden Kim di SDN Takil 01 kecamatan Caringin, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu.
Presiden Joko Widodo bersama dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim didampingi Menteri Koordinator bidang Perekonomian Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayan Muhadjir Effendy dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung berkunjung ke SDN Tangkil 01 untuk melihat program yang sudah dikerjakan pemerintah untuk menanggulangi "stunting".
"Di tengah kondisi global, Indonesia menjadi contoh yang baik karena punya banyak hal seperti rasio utang terhadap GDP yang rendah dibanding negara berkembang lain, manajemen anggaran publik yang kuat sehingga perekonomian Indonesia ada dalam kondisi baik," ungkap Presiden Kim.
Ia pun menegaskan perang dagang tidak pernah bermanfaat untuk siapapun.
"Karena perdagangan adalah elemen yang paling krusial bagi negara berkembang agar dapat tumbuh lebih cepat," tambah Presiden Kim.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya menyatakan akan mengenakan tarif impor 25 persen untuk 818 produk mulai 6 Juli 2018. AS membidik 1.300 produk dari China senilai 50 miliar dolar AS yang akan dikenakan tarif.
Tarif baru itu berlaku untuk impor baja, aluminium dari Tiongkok, serta potensi untuk tarif tambahan pada otomotif dan suku cadang mobil.
Pengenaan tarif tinggi perdagangan tersebut telah memicu aksi balasan yang juga akan mengakibatkan terjadinya perang dagang antar kedua belah pihak. Hal ini juga akan berdampak terhadap negara-negara lainnya.
Kanada, Meksiko, Uni Eropa dan China telah membalas - atau mengumumkan rencana untuk membalas - dengan nilai sekitar 75 miliar dolar AS dalam tarif untuk produk buatan Amerika.
"Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada rakyat Indonesia yang menyambut kami di pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF di Bali pada Oktober tahun ini karena pertemuan ini tidak hanya bermanfaat bagi WB dan IMF saja tetapi juga berkontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia," ungkap Presiden Kim.