Bank Indonesia Perwakilan Bangka Belitung mencatat secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di 2018 relatif stabil yaitu sebesar 4,45 persen, dibandingkan tahun 2017 yang tumbuh sebesar 4,47 persen.

"Capaian pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa resiliensi perekonomian Babel masih relatif terjaga ditengah tekanan kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan tekanan nilai tukar rupiah yang terus meningkat selama tahun 2018," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel, Tantan Heroika, di Pangkalpinang, Selasa.

Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di 2018 tercatat masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi di kawasan Sumatera yang sebesar 4,54 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.

Meskipun lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Babel masih mampu tumbuh stabil ditopang oleh membaiknya kinerja sektor pertanian yang tumbuh sebesar 5,49 persen setelah mengalami kontraksi pada tahun 2017 sebesar 0,36 persen.

"Membaiknya kinerja sektor pertanian ditopang oleh peningkatan produksi sub sektor perkebunan terutama berasal dari komoditas kelapa sawit," ujarnya.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang stabil ditopang oleh masih kuatnya konsumsi domestik terutama konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh sebesar 8,22 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,69 persen.

Kenaikan LNPRT ini sejalan dengan maraknya kegiatan berbagai lembaga dan organisasi untuk mendorong berbagai event seperti hari besar keagamaan, event budaya dan olahraga tingkat nasional maupun internasional, Pilkada serentak dan persiapan pemilihan presiden dan calon legislatif tahun 2019.

Kinerja sektor pertambangan tercatat mengalami pertumbuhan negatif di tahun 2018 sebesar 1,08 persen dan menjadi salah satu faktor penahan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung.

"Ini memberikan multiplier effect terhadap pelambatan pada sektor lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan," ujarnya.

Menurut Tantan, di tahun 2018 ini, sektor industri pengolahan terutama industri pengolahan timah mengalami pelambatan sebanyak dua kali yaitu pada triwulan I dan triwulan IV tahun 2018 karena penyesuaian ekspor logam timah yang berpengaruh terhadap produksi logam timah.

Namun pelambatan sektor industri pengolahan secara keseluruhan masih didukung oleh peningkatan kinerja sub sektor industri pengolahan CPO sejalan dengan adanya panen raya kelapa sawit di tahun 2018 ini.

Kinerja ekspor timah yang melambat selama tahun 2018 berdampak terhadap kinerja ekspor luar negeri dari Bangka Belitung mengalami penurunan sebesar 2,23 persen, setelah pada tahun sebelumnya tumbuh tinggi mencapai 31,81 persen.

"Ini juga berpengaruh terhadap kinerja sektor perdagangan yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,65 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mampu mencapai 7,81 persen," ujarnya.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019