Sekitar 5.000 warga Tionghoa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memadati kompleks perkuburan Sentosa Kota Pangkalpinang, guna melaksanakan ritual sembahyang Cheng Beng.

"Bagi kami Cheng Beng lebih berarti dari Imlek, karena Cheng Beng ini sebagai wujud puji syukur dan terima kasih kepada leluhur dan orang tua," kata Wakil Ketua Yayasan Sentosa Pangkalpinang, Apin di Pangkalpinang, Jumat.

Oleh karena itu, seluruh warga Tionghoa yang leluhur dan orang tuanya dikuburkan di Kompleks Perkuburan Sentosa datang menggelar ritual sembahyang mendoakan para leluhurnya.

"Cheng Beng mengingat leluhur, karena tanpa mereka maka kita tidak akan ada di bumi ini," ujarnya.

Ia mengatakan dalam dua hari terakhir hingga puncak Cheng Beng pada Jumat (5/4) sudah sekitar 5.000 warga keturunan Tionghoa datang ke perkuburan Sentosa untuk menggelar ritual sembahyang Cheng Beng.

"Mereka datang secara bertahap, karena Cheng Beng ini sebagai wujud terima kasih dan puji syukur kepada orang tua dan leluhur," katanya.

salah seorang pengunjung, Jerry mengatakan tradisi Ceng Beng merupakan kegiatan sembahyang kubur tahunan sebagai bentuk rasa hormat kepada keluarga yang sudah meninggal dunia.

"Dalam keyakinan kami orang yang sudah meninggal dunia tetap wajib untuk dihormati dengan cara ritual sembahyang kubur atau lazim disebut dengan Cheng Beng," katanya.

Ia mengatakan ritual Cheng Beng sudah turun temurun dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa dan diharapkan sembahyang kubur tidak punah meski arus globalisasi semakin meningkat.

"Pada saat sembahyang kubur kami biasanya membawa makanan yang selama masa hidupnya disukai termasuk minuman tuak, kue cung, ketan dan lainnya," katanya.

A Shui pengunjung lainnya, sengaja datang dari Jakarta untuk melaksanakan sembahyang kubur guna menghormati arwah salah satu keluarganya yang meninggal dunia sekitar delapan tahun lalu.

"Saya pindah ke Jakarta sejak lima tahun lalu dan setiap tahun saya pulang ke Kota Pangkalpinangt untuk melaksanakan sembahyang kubur dan hari ini adalah hari puncak pelaksanaan ritual Cheng Beng," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019