Tanjung Pandan, Belitung (ANTARA) - Wartawan senior dan penulis buku asal Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Haril M. Andersen meluncurkan buku "Kampong Badau" yang ditulis dalam dua bahasa, guna menggali dan menyajikan sejarah "Kampong Badau" kepada para pembaca dan generasi muda.
"Sebenarnya yang memprakarsai penulisan buku ini adalah BUMDes "Mitra Sejahtera" Badau mereka meminta tolong untuk dituliskan buku sejarah kampung Badau," katanya di Tanjung Pandan, Sabtu.
Menurut dia, penulisan buku "Kampong Badau" dilakukan guna menambah khazanah dan memperkaya literatur sejarah yang membahas atau mengulas Desa Badau.
"Karena selama ini memang belum banyak yang mengetahui soal sejarah Badau dan bukunya ini ditulis juga untuk kepentingan penetapan hari jadi Desa Badau sehingga perlu ada satu penelitian," ujarnya.
Ia mengatakan, perbincangan awal mengenai rencana penulisan buku "Kampong Badau" telah dilakukan dengan pihak BUMDes pada Desember 2022 dilanjutkan pengumpulan data penulisan pada awal tahun 2023 lalu.
"Kami observasi dulu apakah memungkinkan untuk dibuat satu buah buku, ketika cukup banyak data yang bisa dikumpulkan dari hasil eksplorasi sehingga memungkinkan untuk dibuat satu buku tentang profil desa dan sejarahnya," kata dia.
Ia menjelaskan, pokok penulisan buku "Kampong Badau" adalah mengenai sejarah panjang kampung Badau yang terkait dengan sejarah Pulau Belitung.
Selain itu, kata dia, buku "Kampong Badau" juga mengulas sejarah awal masuknya Islam ke Pulau Belitung.
"Selama ini memang belum banyak diungkap seperti kisah Gunung Tajam, penyebaran Islam, pendirian Masjid Badau sehingga tersebarlah Islam di Pulau Belitung," ujarnya.
Menurutnya, yang tidak kalah pentingnya, buku "Kampong Badau " juga mengulas sejarah Kerajaan Badau sebagai sebuah fakta sejarah bukan fiksi semata.
"Sesungguhnya setelah kami kaji dan teliti lebih dalam, kisah kerajaan Badau memang seharusnya mendapatkan tempat dalam sejarah nasional sama dengan kerajaan Majapahit dan Mataram Islam bukan fiksi apalagi legenda," katanya.
Dirinya bersyukur, buku "Kampong Badau" dapat rampung ditulis dalam kurun waktu satu tahun. Penulisan harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena menyangkut sejarah dan salah satu kampung tua di Pulau Belitung.
"Karena ini berkaitan dengan sejarah sehingga perlu kehati-hatian karena ada dua sejarah penting yakni sejarah masuknya Islam di Pulau Belitung dan sejarah kerajaan Badau," ujarnya
Ia mendorong, agar desa-desa lain di daerah itu dapat mulai menggali dan menuliskan sejarah desanya masing-masing ke dalam sebuah buku untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.
"Buku desa sebagai warisan bagi anak cucu ke depannya karena kepala-kepala desa sebelumnya akan menjadi bagian dari sejarah desa itu," katanya.
Haril Andersen lahir di Kelapa Kampit, Belitung Timur, 28 Maret 1973. Haril menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Manggar Belitung Timur tahun 1991 dan selanjutnya mengikuti pendidikan kewartawanan pada Lembaga Pendidikan Wartawan Indonesia (LPWI) Bandung tahun 1992.
Dirinya juga merupakan penulis buku tokoh pejuang asal Belitung Letkol Pas (Purn) H.AS Hanandjoeddin yakni "Sang Elang, Serangkaian Kisah Perjuangan H.AS Hanandjoeddin di Kancah Revolusi Kemerdekaan RI" tahun 2015 dan buku "Kiprah dan Kenangan Sosok Bupati H.AS Hanandjoeddin Memenuhi Panggilan Rakyat" tahun 2021.