Jakarta (Antara Babel) - Para ahli kesehatan umumnya menyarankan penderita hipertensi menurunkan tekanan darahnya agar risiko serangan jantung dan stroke berkurang.
Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan, menurunkan tekanan darah sistolik di bawah 120 mmHg tidak mengurangi risiko pasien menderita penyakit kardiovaskular ini.
"Seringkali, kami mengobati pasien tekanan darah tinggi ke tingkat terendah, berpikir ini sebagai cara terbaik," ujar asisten profesor ilmu kesehatan publik dari Wake Forest Baptist, Dr. Carlos Rodriguez seperti dilansir Medical Daily, Sealsa.
"Studi kami menemukan, menurunkan tekanan darah tidak membantu pasien mengurangi risiko masalah jantung seperti serangan jantung, gagal jantung dan stroke," tambah Rodriguez.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, Rodriguez dan koleganya mengikutsertakan 4.480 orang partisipan dan mengikuti mereka selama 21 tahun.
Setiap tiga tahun sekali, tim ini mengukur tekanan darah sistolik para partisipan. Mereka juga memeriksa perkembangan kondisi kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke ishemik, gagal jantung atau kematian yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Para peneliti lalu mengelompokkan tekanan darah sistolik dalam tiga kategori, yakni rendah (120 mmHg atau lebih rendah), standar (120-139 mmHg) dan tinggi (140 mmHg atau lebih tinggi).
Hasil studi menunjukkan, partisipan yang mengalami tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg lalu menurun ke bawah 120 mmHg tidak berarti risiko menderita penyakit kardiovaskularnya berkurang.
"Temuan kami menemukan rentang tekanan darah optimal bagi penderita hipertensi adalah 120-139 mmHg, yang secara signifikan mengurangi risiko stroke, serangan jantung atau gagal jantung," kata Rodriguez.
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi terjadi saat tekanan darah sistolik berada di atas 140 mm Hg. Pasien hipertensi seringkali diobati agar tekanan darahnya turun ke tingkat normal, yakni kurang lebih 120 mm Hg.
Hipertensi seringkali tidak memiliki gejala dan hanya dapat dideteksi dengan mengukur tekanan darah. Kondisi ini berhubungan dengan masalah kesehatan yang bervariasi, terutama jantung. Berdasarkan American Heart Association, tekanan darah sistolik optimal adalah kurang dari 120 mmHg dan semakin rendah tekanan darah adalah lebih baik.
Meskipun tekanan darah rendah biasanya dianggap aman, tekanan darah kronis disertai tanda dan gejala tertentu dapat menjadi berbahaya. Gejala seseorang menderita tekanan darah rendah di antaranya, pusing, pingsan, dehidrasi, kurang konsentrasi, penglihatan kabur, mual, pernapasan tak normal, kelelahan dan depresi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan, menurunkan tekanan darah sistolik di bawah 120 mmHg tidak mengurangi risiko pasien menderita penyakit kardiovaskular ini.
"Seringkali, kami mengobati pasien tekanan darah tinggi ke tingkat terendah, berpikir ini sebagai cara terbaik," ujar asisten profesor ilmu kesehatan publik dari Wake Forest Baptist, Dr. Carlos Rodriguez seperti dilansir Medical Daily, Sealsa.
"Studi kami menemukan, menurunkan tekanan darah tidak membantu pasien mengurangi risiko masalah jantung seperti serangan jantung, gagal jantung dan stroke," tambah Rodriguez.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, Rodriguez dan koleganya mengikutsertakan 4.480 orang partisipan dan mengikuti mereka selama 21 tahun.
Setiap tiga tahun sekali, tim ini mengukur tekanan darah sistolik para partisipan. Mereka juga memeriksa perkembangan kondisi kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke ishemik, gagal jantung atau kematian yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner.
Para peneliti lalu mengelompokkan tekanan darah sistolik dalam tiga kategori, yakni rendah (120 mmHg atau lebih rendah), standar (120-139 mmHg) dan tinggi (140 mmHg atau lebih tinggi).
Hasil studi menunjukkan, partisipan yang mengalami tekanan darah sistolik di bawah 140 mmHg lalu menurun ke bawah 120 mmHg tidak berarti risiko menderita penyakit kardiovaskularnya berkurang.
"Temuan kami menemukan rentang tekanan darah optimal bagi penderita hipertensi adalah 120-139 mmHg, yang secara signifikan mengurangi risiko stroke, serangan jantung atau gagal jantung," kata Rodriguez.
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi terjadi saat tekanan darah sistolik berada di atas 140 mm Hg. Pasien hipertensi seringkali diobati agar tekanan darahnya turun ke tingkat normal, yakni kurang lebih 120 mm Hg.
Hipertensi seringkali tidak memiliki gejala dan hanya dapat dideteksi dengan mengukur tekanan darah. Kondisi ini berhubungan dengan masalah kesehatan yang bervariasi, terutama jantung. Berdasarkan American Heart Association, tekanan darah sistolik optimal adalah kurang dari 120 mmHg dan semakin rendah tekanan darah adalah lebih baik.
Meskipun tekanan darah rendah biasanya dianggap aman, tekanan darah kronis disertai tanda dan gejala tertentu dapat menjadi berbahaya. Gejala seseorang menderita tekanan darah rendah di antaranya, pusing, pingsan, dehidrasi, kurang konsentrasi, penglihatan kabur, mual, pernapasan tak normal, kelelahan dan depresi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014