Jakarta (Antara Babel) - Pakar komunikasi politik dari Universitas Andalas Padang Yuliandre Darwis melihat sikap Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mulai melentur menyusul menguatnya desakan dari kader-kader di daerah agar Partai Golkar segera menyelenggarakan musyawarah nasional (munas).
"Saya mendapat informasi dari internal Partai Golkar, sikap Pak Aburizal mulai melentur terkait desakan percepatan penyelenggaraan munas," katanya kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Menurut Yuliandre, desakan tersebut menjadi dilema karena di satu sisi, posisi Partai Golkar adalah salah satu parpol anggota Koalisi Merah Putih yang mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Di sisi lain, jika Partai Golkar melakukan percepatan munas dan terpilih ketua umum baru, menurut dia, maka kemungkinan akan keluar dari Koalisi Merah Putih dan memilih bergabung ke koalisi pengusung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Ini akan membuat koalisi parmanen yang disepakati oleh semua anggota Koalisi Merah Putih akan terpecah," katanya.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Inonesia (ISKI) ini melihat, melenturnya sikap Aburizal Bakrie yakni tidak lagi bersikukuh Munas Partai Golkar harus diselenggarakan pada 2015 sesuai keputusan Munas Partai Golkar di Pekanbaru, pada Nopember 2010.
Menurut dia, satu hal yang diharapkannya adalah agar Partai Golkar tetap utuh dan kompak, tidak terjadi friksi atau bahkan mundurnya sejumlah kader.
"Saya melihat, Pak Ical tidak ingin Partai Golkar terpecah lagi seperti yang terjadi setelah munas di Pekanbaru," katanya.
Karena itu, kata dia, diperlukan tokoh senior yang dapat membawa kemajuan sekaligus menjaga kekompakan elite dan kader Partai Golkar.
Yuliandre menjelaskan, dari desakan segera dilakukannya percepatan munas saat ini sudah mengerucut pada dua nama tokoh sebagai kandidat calon ketua umum.
Kedua tokoh tersebut adalah, wakil ketua umum HR Agung Laksono serta anggota dewan pertimbangan MS Hidayat.
Dari kedua nama tersebut, Yuliandre melihat, MS Hidayat lebih tepat untuk diusung sebagai calon ketua umum Partai Golkar, meneruskan kepemimpinan Aburizal Bakrie.
"Pak Hidayat adalah kader senior, pembawaannya tenang, tidak ambisius, memiliki konsep membangun partai, dan diterima semua pihak," katanya.
Ia juga menilai, MS Hidayat mampu mengatasi berbagai persoalan internal partai, termasuk menyatukan beberapa elite yang berbeda pandangan di internal Partai Golkar.
MS Hidayat, kata dia, juga memiliki akses yang kuat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aburizal Bakrie, dan para elite Partai Golkar .
"Pak Hidayat sudah membuktikan kepemimpinannya yang legitimate dan santun, dua periode memimpin Kadin Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
"Saya mendapat informasi dari internal Partai Golkar, sikap Pak Aburizal mulai melentur terkait desakan percepatan penyelenggaraan munas," katanya kepada Antara di Jakarta, Minggu.
Menurut Yuliandre, desakan tersebut menjadi dilema karena di satu sisi, posisi Partai Golkar adalah salah satu parpol anggota Koalisi Merah Putih yang mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Di sisi lain, jika Partai Golkar melakukan percepatan munas dan terpilih ketua umum baru, menurut dia, maka kemungkinan akan keluar dari Koalisi Merah Putih dan memilih bergabung ke koalisi pengusung pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Ini akan membuat koalisi parmanen yang disepakati oleh semua anggota Koalisi Merah Putih akan terpecah," katanya.
Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Inonesia (ISKI) ini melihat, melenturnya sikap Aburizal Bakrie yakni tidak lagi bersikukuh Munas Partai Golkar harus diselenggarakan pada 2015 sesuai keputusan Munas Partai Golkar di Pekanbaru, pada Nopember 2010.
Menurut dia, satu hal yang diharapkannya adalah agar Partai Golkar tetap utuh dan kompak, tidak terjadi friksi atau bahkan mundurnya sejumlah kader.
"Saya melihat, Pak Ical tidak ingin Partai Golkar terpecah lagi seperti yang terjadi setelah munas di Pekanbaru," katanya.
Karena itu, kata dia, diperlukan tokoh senior yang dapat membawa kemajuan sekaligus menjaga kekompakan elite dan kader Partai Golkar.
Yuliandre menjelaskan, dari desakan segera dilakukannya percepatan munas saat ini sudah mengerucut pada dua nama tokoh sebagai kandidat calon ketua umum.
Kedua tokoh tersebut adalah, wakil ketua umum HR Agung Laksono serta anggota dewan pertimbangan MS Hidayat.
Dari kedua nama tersebut, Yuliandre melihat, MS Hidayat lebih tepat untuk diusung sebagai calon ketua umum Partai Golkar, meneruskan kepemimpinan Aburizal Bakrie.
"Pak Hidayat adalah kader senior, pembawaannya tenang, tidak ambisius, memiliki konsep membangun partai, dan diterima semua pihak," katanya.
Ia juga menilai, MS Hidayat mampu mengatasi berbagai persoalan internal partai, termasuk menyatukan beberapa elite yang berbeda pandangan di internal Partai Golkar.
MS Hidayat, kata dia, juga memiliki akses yang kuat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aburizal Bakrie, dan para elite Partai Golkar .
"Pak Hidayat sudah membuktikan kepemimpinannya yang legitimate dan santun, dua periode memimpin Kadin Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014