Washington (Antara Babel) - Orang dewasa yang berusia lanjut menderita akibat kualitas tidur yang buruk lebih mungkin untuk meninggal akibat bunuh diri dibandingkan dengan orang dewasa yang beristirahat dengan baik, kata satu studi pada Rabu (13/8).

Studi tersebut, yang disiarkan di jurnal AS --JAMAS Psychiatry-- penting sebab gangguan tidur sangat bisa diobati, tapi tak terlalu memberi gambaran dibandingkan dengan banyak faktor resiko lain bunuh diri, kata penulis utama Rebecca Bernert dari Stanford University School of Medicine.

Orang dewasa lain memiliki angka resiko bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain, sehingga pencegahan bunuh diri pada penduduk yang berusia lanjut menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang mendesak, kata Bernert.

Dengan menggunakan data dari studi epidemiologi atas 14.456 orang dewasa yang berusia 65 tahun dan lebih tua, Bernert dan rekannya membandingkan kualitas tidur 20 orang dewasa yang meninggal dengan cara bunuh diri dengan pola tidur 400 orang yang serupa selama masa 10 tahun.

Mereka mendapati para peserta yang melaporkan tidur yang buruk memiliki kemungkinan 1,4 kali lebih besar untuk meninggal karena bunuh diri dibandingkan dengan peserta yang melaporkan tidur yang baik, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.

Dua faktor tidur khususnya --sulit tidur dan tidur tanpa pemulihan-- berkaitan dengan peningkatan resiko bunuh diri.

Para peneliti tersebut juga terkejut saat mendapati kualitas tidur  yang buruk meramalkan resiko bunuh diri lebih baik dibandingkan dengan gejala depresi ketika membandingkan kedua faktor resiko itu.

Pewarta:

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014