Ekonom senior Mari Elka Pangestu mengaku tak pernah ingin lepas dari dunia kampus dan kesukaannya mengajar bahkan ia punya ukuran sukses tersendiri untuk melihat berhasil tidaknya ia mendidik muridnya.
“Asal saya dari kampus baru pulang dari S3 kerja pertama saya dosen. Dosen di UI, saya sangat menikmati belajar,” kata Mantan Menteri Perdagangan itu dalam media visit ke Redaksi Kantor Berita Antara Jakarta, Selasa.
Putri ekonom ternama J. Panglaykim itu bahkan menyatakan bisa merasa berhasil kalau murid yang diajarnya lebih pintar dari dirinya.
Ia mencontohkan beberapa muridnya yang kini telah sukses menjadi ekonom ternama.
“Saya berhasil kalau murid saya jadi lebih pintar dari saya. Banyak murid saya yang berhasil, seperti Muhammad Chatib Basri, salah satunya, saya bahagia. Saya ingin terus-menerus memberi ilmu,” katanya.
Mari menegaskan menjadi pengajar termasuk dosen juga harus terus berkembang terlebih saat ini ketika begitu mudahnya mengakses informasi.
“Saya rasa jadi dosen juga kita sendiri harus terus berkembang kalau nggak bagaimana kita jadi dosen. Saya ingat pertama jadi dosen tahun 1982, itu jauh lebih mudah dibanding sekarang,” katanya.
Ia menambahkan, saat ini pengajar menghadapi tantangan yang lebih berat.
“Sekarang murid jauh lebih pintar dan punya akses informasi yang luar biasa. Saya bisa perhatikan murid-murid saya kalau lagi dengerin, kalau saya tanya, okay siapa yang tahu mengenai ini. Google kan langsung bisa jawab, mereka kalau merasa kita nggak bisa mengajar dengan baik mereka punya pilihan lain,” katanya.
Mari mengaku paling tertantang mengajar mahasiswa tingkat pertama karena umumnya masih segar dan haus akan informasi sehingga belum memiliki bias dengan materi yang diajarkan.
Menurut dia, mengajar memberinya begitu banyak pengalaman baru.
“Karena menurut saya, mungkin kalau saya membandingkan diri saya dosen sebelum jadi menteri dan dosen setelah jadi menteri, bedanya saya setelah jadi menteri saya banyak bercerita pengalaman aktual. Teori mengatakan begini, kenyataannya begini dan mengapa kita bisa banyak sharing dan itu bagian dari memberi,” katanya.
“Saya banyak memberi kuliah pengajaran tentang kebijakan publik (policy), saya pernah menjalankan dan mengalami jadi aktual. Murid-murid lebih suka karena itu riil story ya,” kata perempuan kelahiran 23 Oktober 1956 itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
“Asal saya dari kampus baru pulang dari S3 kerja pertama saya dosen. Dosen di UI, saya sangat menikmati belajar,” kata Mantan Menteri Perdagangan itu dalam media visit ke Redaksi Kantor Berita Antara Jakarta, Selasa.
Putri ekonom ternama J. Panglaykim itu bahkan menyatakan bisa merasa berhasil kalau murid yang diajarnya lebih pintar dari dirinya.
Ia mencontohkan beberapa muridnya yang kini telah sukses menjadi ekonom ternama.
“Saya berhasil kalau murid saya jadi lebih pintar dari saya. Banyak murid saya yang berhasil, seperti Muhammad Chatib Basri, salah satunya, saya bahagia. Saya ingin terus-menerus memberi ilmu,” katanya.
Mari menegaskan menjadi pengajar termasuk dosen juga harus terus berkembang terlebih saat ini ketika begitu mudahnya mengakses informasi.
“Saya rasa jadi dosen juga kita sendiri harus terus berkembang kalau nggak bagaimana kita jadi dosen. Saya ingat pertama jadi dosen tahun 1982, itu jauh lebih mudah dibanding sekarang,” katanya.
Ia menambahkan, saat ini pengajar menghadapi tantangan yang lebih berat.
“Sekarang murid jauh lebih pintar dan punya akses informasi yang luar biasa. Saya bisa perhatikan murid-murid saya kalau lagi dengerin, kalau saya tanya, okay siapa yang tahu mengenai ini. Google kan langsung bisa jawab, mereka kalau merasa kita nggak bisa mengajar dengan baik mereka punya pilihan lain,” katanya.
Mari mengaku paling tertantang mengajar mahasiswa tingkat pertama karena umumnya masih segar dan haus akan informasi sehingga belum memiliki bias dengan materi yang diajarkan.
Menurut dia, mengajar memberinya begitu banyak pengalaman baru.
“Karena menurut saya, mungkin kalau saya membandingkan diri saya dosen sebelum jadi menteri dan dosen setelah jadi menteri, bedanya saya setelah jadi menteri saya banyak bercerita pengalaman aktual. Teori mengatakan begini, kenyataannya begini dan mengapa kita bisa banyak sharing dan itu bagian dari memberi,” katanya.
“Saya banyak memberi kuliah pengajaran tentang kebijakan publik (policy), saya pernah menjalankan dan mengalami jadi aktual. Murid-murid lebih suka karena itu riil story ya,” kata perempuan kelahiran 23 Oktober 1956 itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020