Jakarta (Antara Babel) - Gangguan saraf (neurological disorder) seperti Demensia (pikun) yang merupakan gejala awal Alzheimer sering dianggap remeh oleh sebagian besar orang.
Menurut penelitian global terbaru yang dilakukan GE Healthcare, mayoritas penduduk Indonesia tidak dapat mengidentifikasi tanda-tanda serta gejala Demensia.
"Demensia (pikun) merupakan salah satu kondisi saraf yang masih kurang dipahami oleh masyarakat. Dari hasil penelitian, kami memiliki bukti kuantitatif yang menegaskan bahwa adanya keinginan yang besar untuk mengetahui tanda-tanda serta gejala, diagnosa, dan pilihan pengobatan," kata David Utama, President & CEO GE Healthcare ASEAN dalam diskusi diskusi penelitian global "The Value of Knowing" di Jakarta, Selasa.
Penelitian tersebut memaparkan sebanyak 71 persen penduduk Indonesia yang menjadi responden ingin mengetahui apakah mereka memiliki gangguan saraf (neurological disorder), dan 77 persen ingin mengetahui apakah orang terdekat mereka menderita gangguan saraf.
"Kebanyakan orang mengatakan bahwa pikun merupakan penyakit tua, tapi sebenarnya lebih dari itu," kata DY Suharya, direktur eksekutif Alzheimer Indonesia.
Lebih lanjut DY Suharya menjelaskan demensia dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu early, mild, dan saphire, yang setiap tingkatannya memakan waktu delapan hingga sepuluh tahun.
"Dimensia memang bukan sesuatu yang didepan mata akan mati, tapi nanti pelan-pelan akan creeping in," ujar DY Suharya.
Ia menyarankan para penderita Demensia sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mendeteksi dan memperoleh bukti tes secara medis, kemudia jika benar terbukti menderita demensia, penderita sebaiknya diajak lebih banyak olahraga, lebih banyak tertawa dan lebih banyak bersosialisasi.
"Dimensia tidak ada obatnya, pengobatan medis hanya memperlambat, oleh karena itu lebih cepat diketahui lebih baik," katanya
"Hanya treatment dan makanan, seperti virgin coconut oil, segelas kopi, kayu manis yang dapat memperlambat tingkatan Dimensia. Pokoknya jangan makan Junk Food, jangan minum soda," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Menurut penelitian global terbaru yang dilakukan GE Healthcare, mayoritas penduduk Indonesia tidak dapat mengidentifikasi tanda-tanda serta gejala Demensia.
"Demensia (pikun) merupakan salah satu kondisi saraf yang masih kurang dipahami oleh masyarakat. Dari hasil penelitian, kami memiliki bukti kuantitatif yang menegaskan bahwa adanya keinginan yang besar untuk mengetahui tanda-tanda serta gejala, diagnosa, dan pilihan pengobatan," kata David Utama, President & CEO GE Healthcare ASEAN dalam diskusi diskusi penelitian global "The Value of Knowing" di Jakarta, Selasa.
Penelitian tersebut memaparkan sebanyak 71 persen penduduk Indonesia yang menjadi responden ingin mengetahui apakah mereka memiliki gangguan saraf (neurological disorder), dan 77 persen ingin mengetahui apakah orang terdekat mereka menderita gangguan saraf.
"Kebanyakan orang mengatakan bahwa pikun merupakan penyakit tua, tapi sebenarnya lebih dari itu," kata DY Suharya, direktur eksekutif Alzheimer Indonesia.
Lebih lanjut DY Suharya menjelaskan demensia dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu early, mild, dan saphire, yang setiap tingkatannya memakan waktu delapan hingga sepuluh tahun.
"Dimensia memang bukan sesuatu yang didepan mata akan mati, tapi nanti pelan-pelan akan creeping in," ujar DY Suharya.
Ia menyarankan para penderita Demensia sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mendeteksi dan memperoleh bukti tes secara medis, kemudia jika benar terbukti menderita demensia, penderita sebaiknya diajak lebih banyak olahraga, lebih banyak tertawa dan lebih banyak bersosialisasi.
"Dimensia tidak ada obatnya, pengobatan medis hanya memperlambat, oleh karena itu lebih cepat diketahui lebih baik," katanya
"Hanya treatment dan makanan, seperti virgin coconut oil, segelas kopi, kayu manis yang dapat memperlambat tingkatan Dimensia. Pokoknya jangan makan Junk Food, jangan minum soda," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014