Koba (Antara Babel) - Sebagian warga di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung mulai memanfaatkan kolong bekas penambangan bijih timah untuk tempat mandi dan mencuci pakaian karena kesulitan air akibat musim kemarau.

Andre, seorang warga Desa Namang, Kamis, mengaku terpaksa mandi di kolong karena air sumur di rumahnya sudah mulai kering akibat musim kemarau yang sudah berlangsung satu bulan lebih.

"Air sumur sudah kering, tidak bisa lagi untuk keperluan sehari-hari maka terpaksa mandi di kolong," ujarnya.

Ia mengaku, mandi di kolong bekas penambangan timah sudah terbiasa kendati di tempat terbuka dan berebutan mandi dengan warga lainnya.

"Kami sudah terbiasa mandi di kolong, setiap musim kemarau sudah pasti memanfaatkan kolong. Demikian juga dengan warga yang lainnya," ujarnya.

Hal yang sama juga dilakukan Deddi warga yang lainnya memilih mandi di kolong setiap pagi dan sore karena cadangan air di rumah sudah menipis.

"Terutama pada sore hari pulang dari kebun saya terpaksa mandi di kolong, ada puluhan warga lainnya yang mandi satu kolong," ujarnya.

Bahkan, kata dia, laki-laki dan perempuan terpaksa satu tempat mandi dan itu sudah biasa dilakukan di kampung tanpa rasa janggal.

"Air kolong justeru tambah bening pada musim kemarau, karena memiliki mata air sangat besar dan sirkulasi airnya lancar asal jangan digunakan tempat buang air," ujarnya.

Sementara Surni, warga lainnya juga mengaku sudah terbiasa mandi di kolong bekas penambangan bijih timah pada saat musim kemarau.

"Jarak kolong tempat mandi dari rumah lumayan jauh, tetapi saya pakai kendaraan karena kolong berada di pinggir jalan besar," ujarnya.

Pewarta: Oleh Ahmadi

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014