Pangkalpinang (ANTARA) - Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menanam cabai merah di lahan bekas penambangan bijih timah, guna meningkatkan produksi dan menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di daerah itu.
"Penanaman cabai ini tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga untuk menjaga lingkungan di daerah ini," kata Penjabat Gubernur Kepulauan Babel Syafrizal ZA di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan penanaman cabai di Forkopimda Kepulauan Babel ini, sebagai bagian dari Gerakan Semangat Menanam Masyarakat Bangka Belitung atau "Semarak Babel" dan Program Biru Hijau Babelku, sebagai komitmen pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya dalam melestarikan lingkungan di Negeri Serumpun Sebalai ini.
"Saat ini Polda Kepulauan Babel sudah menanam 5 hektare tanaman cabai, Korem 045 lima hektare cabai, Bank Indonesia dua hektare, TNI AL satu hektare dan semuanya sudah punya dan menanam cabai ini," katanya.
Ia menyatakan saat ini kemampuan produksi cabai Bangka Belitung sudah mencapai 60 hingga 70 persen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sementara padi baru 26 persen, karena padi lebih sulit dibandingkan tanaman hortikultura lainnya.
"Saya optimistis kita mampu produksi cabai, bawang dan hortikultura lainnya bisa 100 persen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini," katanya.
Menurut dia gerakan menanam cabai ini tentunya akan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggi.
"Di saat kondisi cuaca di perairan memburuk harga komoditas ini mencapai Rp130 ribu lebih per kilogram, karena pengusaha harus memasok cabai menggunakan angkutan udara yang biaya transportasinya lebih tinggi dibandingkan angkutan laut," katanya.
Ia mengaku sudah menghitung dengan modal Rp30.000 sudah menumbuhkan pohon cabai sebatang dan itu bisa menghasilkan buah dengan 19 kali petik dan setiap memetik 0,8 kilogram cabai.
"Kita berharap masyarakat juga ikut menanam cabai agar kita tidak lagi mengandalkan pasokan dari luar daerah," katanya.