Dalam rangka menjaga stabilitas pangan di wilayah Sumatera, Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Abdul Fatah didampingi oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Kadis Disperindag, Kadis Pertanian, Kabiro Pemerintahan, dan Plt.Kabiro Ekonomi Setda Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ikuti rakor TPID se-Sumatera tentang Kerja Sama Antar Daerah Di Tengah Wabah Covid-19 melalui video conference bersama Pejabat Pemerintah Provinsi se-Sumatera, Kepala Perwakilan BI se-Sumatera, serta Tim TPID se-Sumatera hari ini Rabu, (22/4/20) di Ruang Rapat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam video conference tersebut, Gubernur Sumatera Utara, sekaligus Koordinator TPID Wilayah Sumatera, Edy Rahmayadi menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi kestabilan harga maupun stok komoditi pangan sehingga beberapa komoditi pangan yakni cabai merah dan bawang putih menjadi penyumbang inflasi terbesar di wilayah Sumatera.
“Kegiatan ini bertujuan membahas langkah konkret pemerintah untuk membantu rakyat dengan mengendalikan laju inflasi. Pastinya setiap daerah memiliki keunggulan/komoditas yang bisa dijadikan prioritas untuk menekan laju inflasi. Sebagai contoh di Sumut saat ini stok komoditi cabai merah melimpah. Sedangkan di daerah lain stok komoditi ini tidak ada. Jadi alangkah baiknya apabila hari ini kita dapat bertukar data real time terkait stok bahan pangan di setiap daerah sehingga kita bisa melakukan kerja sama pendistribusian stok pangan yang dibutuhkan oleh beberapa daerah. Kami harap dengan adanya kerja sama ini masing-masing daerah dapat menekan laju inflasi,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan bahwa inflasi bahan makanan perlu mendapat perhatian. Beliau menjelaskan bahwa ada beberapa faktor sehingga minimnya ketersediaan bahan pangan di beberapa daerah.
"Berdasarkan data Maret 2020, inflasi di berbagai provinsi di Sumatera disumbangkan oleh beberapa komoditas pangan strategis (bahan pokok) antara lain cabai merah, bawang putih, minyak goreng, gula pasir, serta bawang merah. Cabai merah merupakan penyumbang inflasi terbesar yakni 13,36%,” ujarnya.
Untuk Kepulauan Bangka Belitung, komoditas pangan penyumbang inflasi adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, cumi-cumi, dan ikan kembung. Sedangkan, komoditas penyumbang lainnya yakni yakni rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, rokok putih, dan sepeda motor.
“Inflasi kumulatif Sumatera hingga triwulan I 2020 masih sejalan dengan pola historisnya dan tercatat sebesar 0,55%. Capaian ini masih lebih rendah dari inflasi kumulatif nasional pada periode yang sama yakni 0,76%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Sumatera sampai triwulan I 2020 relatif stabil dibandingkan akhir tahun 2019 yaitu sebesar 2,25%. Sedangkan inflasi pada akhir tahun 2020 diperkirakan dalam tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama disumbangkan oleh kenaikan harga rokok dan emas perhiasan. Sementara itu, harga bahan makanan diperkirakan masih mengalami inflasi namun relatif sedikit melambat dibandingkan tahun 2019 seiring kemarau yang normal,“ ungkapnya.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Babel, tekanan inflasi Bangka Belitung hingga Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 1,82% dibandingkan Desember 2019 yaitu sebesar 2,62%. Penurunan tekanan inflasi ini disumbang oleh angkutan udara, daging ayam ras dan komoditas ikan segar.
Pada kesempatan tersebut, Wagub Abdul Fatah menyambut baik terhadap usulan kerja sama antar daerah di wilayah Sumatera dalam menjaga stabilitas bahan pangan di masing-masing daerah. Menurut Wagub Abdul Fatah, Pemprov. Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya sudah melakukan penandatanganan MoU dengan gubernur wilayah Sumatera terkait upaya untuk menjaga kestabilan ketersediaan bahan pokok di Bangka Belitung.
“ Kami (Pemprov) berharap MoU tersebut dapat ditindaklanjuti dengan aksi konkrit dapat berupa perjanjian kerjasama dengan beberapa daerah secara bilateral maupun multilateral sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan pangan di masing-masing daerah tersebut. Untuk Bangka Belitung saat ini memiliki keunggulan di komoditi cabai merah, sedangkan Provinsi Lampung memiliki keunggulan komoditi gula pasir. Kedua provinsi ini bisa melakukan kerjasama untuk memenuhi kebutuhannya,“ ujar Wagub Abdul Fatah.
Melalui video conference tersebut diperoleh kesepakatan antara lain yakni pemberdayaan BUMD, penggunaan CAS (Control Atmosphere Strorage), dan hilirisasi produk. Selain itu, tiap daerah berkomitmen untuk melakukan swasembada pangan serta melakukan percepatan data real time mengenai komoditas unggulan daerahnya masing-masing.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
Dalam video conference tersebut, Gubernur Sumatera Utara, sekaligus Koordinator TPID Wilayah Sumatera, Edy Rahmayadi menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 mempengaruhi kestabilan harga maupun stok komoditi pangan sehingga beberapa komoditi pangan yakni cabai merah dan bawang putih menjadi penyumbang inflasi terbesar di wilayah Sumatera.
“Kegiatan ini bertujuan membahas langkah konkret pemerintah untuk membantu rakyat dengan mengendalikan laju inflasi. Pastinya setiap daerah memiliki keunggulan/komoditas yang bisa dijadikan prioritas untuk menekan laju inflasi. Sebagai contoh di Sumut saat ini stok komoditi cabai merah melimpah. Sedangkan di daerah lain stok komoditi ini tidak ada. Jadi alangkah baiknya apabila hari ini kita dapat bertukar data real time terkait stok bahan pangan di setiap daerah sehingga kita bisa melakukan kerja sama pendistribusian stok pangan yang dibutuhkan oleh beberapa daerah. Kami harap dengan adanya kerja sama ini masing-masing daerah dapat menekan laju inflasi,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan bahwa inflasi bahan makanan perlu mendapat perhatian. Beliau menjelaskan bahwa ada beberapa faktor sehingga minimnya ketersediaan bahan pangan di beberapa daerah.
"Berdasarkan data Maret 2020, inflasi di berbagai provinsi di Sumatera disumbangkan oleh beberapa komoditas pangan strategis (bahan pokok) antara lain cabai merah, bawang putih, minyak goreng, gula pasir, serta bawang merah. Cabai merah merupakan penyumbang inflasi terbesar yakni 13,36%,” ujarnya.
Untuk Kepulauan Bangka Belitung, komoditas pangan penyumbang inflasi adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, cumi-cumi, dan ikan kembung. Sedangkan, komoditas penyumbang lainnya yakni yakni rokok kretek filter, akademi/perguruan tinggi, rokok putih, dan sepeda motor.
“Inflasi kumulatif Sumatera hingga triwulan I 2020 masih sejalan dengan pola historisnya dan tercatat sebesar 0,55%. Capaian ini masih lebih rendah dari inflasi kumulatif nasional pada periode yang sama yakni 0,76%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Sumatera sampai triwulan I 2020 relatif stabil dibandingkan akhir tahun 2019 yaitu sebesar 2,25%. Sedangkan inflasi pada akhir tahun 2020 diperkirakan dalam tren yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama disumbangkan oleh kenaikan harga rokok dan emas perhiasan. Sementara itu, harga bahan makanan diperkirakan masih mengalami inflasi namun relatif sedikit melambat dibandingkan tahun 2019 seiring kemarau yang normal,“ ungkapnya.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Babel, tekanan inflasi Bangka Belitung hingga Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 1,82% dibandingkan Desember 2019 yaitu sebesar 2,62%. Penurunan tekanan inflasi ini disumbang oleh angkutan udara, daging ayam ras dan komoditas ikan segar.
Pada kesempatan tersebut, Wagub Abdul Fatah menyambut baik terhadap usulan kerja sama antar daerah di wilayah Sumatera dalam menjaga stabilitas bahan pangan di masing-masing daerah. Menurut Wagub Abdul Fatah, Pemprov. Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya sudah melakukan penandatanganan MoU dengan gubernur wilayah Sumatera terkait upaya untuk menjaga kestabilan ketersediaan bahan pokok di Bangka Belitung.
“ Kami (Pemprov) berharap MoU tersebut dapat ditindaklanjuti dengan aksi konkrit dapat berupa perjanjian kerjasama dengan beberapa daerah secara bilateral maupun multilateral sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan pangan di masing-masing daerah tersebut. Untuk Bangka Belitung saat ini memiliki keunggulan di komoditi cabai merah, sedangkan Provinsi Lampung memiliki keunggulan komoditi gula pasir. Kedua provinsi ini bisa melakukan kerjasama untuk memenuhi kebutuhannya,“ ujar Wagub Abdul Fatah.
Melalui video conference tersebut diperoleh kesepakatan antara lain yakni pemberdayaan BUMD, penggunaan CAS (Control Atmosphere Strorage), dan hilirisasi produk. Selain itu, tiap daerah berkomitmen untuk melakukan swasembada pangan serta melakukan percepatan data real time mengenai komoditas unggulan daerahnya masing-masing.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020