Dokter spesialis saraf dr. Untung Gunarto Sp.S. MM mengingatkan bahwa berpuasa bisa bermanfaat dan berdampak baik bagi penderita memiliki riwayat stroke.
"Ibadah puasa yang dijalankan dengan hati yang gembira bisa berdampak baik karena dapat menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan faktor risiko stroke dan mencegah stroke ulang bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tersebut," katanya di Purwokerto, Kamis.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menambahkan meskipun dalam kondisi puasa pasien dengan riwayat stroke dapat tetap bisa menjaga daya tahan tubuhnya khususnya pada masa pandemi COVID-19 ini.
Dia mengakui bahwa daya tahan tubuh seseorang harus tetap dijaga agar selalu prima khususnya di tengah wabah seperti sekarang ini.
"Puasa bila dilakukan dengan baik, niat kuat dan rasa gembira masih tetap bisa menjaga imunitas," katanya.
Kendati demikian, yang harus diperhatikan adalah pemenuhan nutrisi harian harus tetap optimal meskipun sedang menjalani ibadah puasa.
"Pemenuhan nutrisi saat puasa bisa dilakukan pada malam hari, misal berbuka dengan gizi tetap seimbang, mencukupi buah-buahan yang cukup pada malam hari dan juga makan sayur," katanya.
Sementara jam tidur malam yang mungkin berkurang dengan adanya aktivitas sahur, kata dia, bisa dioptimalkan dengan istirahat pada siang hari.
"Dengan hati dan pikiran yang semangat beribadah, maka otak akan memerintahkan atau mendukung organ tubuh yang lain untuk menyesuaikan termasuk sistem imunnya," katanya.
Kendati demikian, dia juga mengingatkan bahwa bagi penderita yang sedang mengalami serangan stroke maka berpuasa kurang dianjurkan.
"Penderita stroke yang kurang dianjurkan puasa adalah penderita stroke yang memiliki risiko dehidrasi, atau pada penderita stroke dengan diabetes melitus yang rentan terhadap penurunan gula darah secara drastis," katanya.
Dia menjelaskan bahwa stroke merupakan penyakit yang mengikuti faktor risiko stroke itu sendiri.
"Seperti hipertensi, diabetes melitus, kelainan bawaan pada pembuluh darah, kegemukan, penyakit jantung, kurang olahraga, merokok, dan masih banyak lagi, stroke terdiri dari dua jenis yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan," katanya.
Pada saat menjalankan ibadah puasa maka faktor-faktor risiko tersebut bisa dikendalikan sehingga berdampak baik untuk mencegah stroke.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Ibadah puasa yang dijalankan dengan hati yang gembira bisa berdampak baik karena dapat menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan faktor risiko stroke dan mencegah stroke ulang bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tersebut," katanya di Purwokerto, Kamis.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menambahkan meskipun dalam kondisi puasa pasien dengan riwayat stroke dapat tetap bisa menjaga daya tahan tubuhnya khususnya pada masa pandemi COVID-19 ini.
Dia mengakui bahwa daya tahan tubuh seseorang harus tetap dijaga agar selalu prima khususnya di tengah wabah seperti sekarang ini.
"Puasa bila dilakukan dengan baik, niat kuat dan rasa gembira masih tetap bisa menjaga imunitas," katanya.
Kendati demikian, yang harus diperhatikan adalah pemenuhan nutrisi harian harus tetap optimal meskipun sedang menjalani ibadah puasa.
"Pemenuhan nutrisi saat puasa bisa dilakukan pada malam hari, misal berbuka dengan gizi tetap seimbang, mencukupi buah-buahan yang cukup pada malam hari dan juga makan sayur," katanya.
Sementara jam tidur malam yang mungkin berkurang dengan adanya aktivitas sahur, kata dia, bisa dioptimalkan dengan istirahat pada siang hari.
"Dengan hati dan pikiran yang semangat beribadah, maka otak akan memerintahkan atau mendukung organ tubuh yang lain untuk menyesuaikan termasuk sistem imunnya," katanya.
Kendati demikian, dia juga mengingatkan bahwa bagi penderita yang sedang mengalami serangan stroke maka berpuasa kurang dianjurkan.
"Penderita stroke yang kurang dianjurkan puasa adalah penderita stroke yang memiliki risiko dehidrasi, atau pada penderita stroke dengan diabetes melitus yang rentan terhadap penurunan gula darah secara drastis," katanya.
Dia menjelaskan bahwa stroke merupakan penyakit yang mengikuti faktor risiko stroke itu sendiri.
"Seperti hipertensi, diabetes melitus, kelainan bawaan pada pembuluh darah, kegemukan, penyakit jantung, kurang olahraga, merokok, dan masih banyak lagi, stroke terdiri dari dua jenis yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan," katanya.
Pada saat menjalankan ibadah puasa maka faktor-faktor risiko tersebut bisa dikendalikan sehingga berdampak baik untuk mencegah stroke.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020