Jakarta (Antara Babel) - WWF Indonesia mengampanyekan  penyelamatan satwa liar gajah sumatera atau Elephas maximus sumatrensis yang masuk kategori kritis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) lewat 20 instalasi seni.

Ahli satwa liar WWF Indonesia Sunarto saat ditemui pada peluncuran kampanye nasional perlindungan gajah sumatera di Jakarta, Minggu mengatakan jumlah gajah sumatera sekitar 1.700 yang tersisa merupakan data awal mengingat belum pernah ada penelitian atau survei keseluruhan populasi sebenarnya.

Namun yang jelas perlindungan sangat dibutuhkan mengingat habitat gajah telah hilang 70 persen dalam 25 tahun terakhir, sedangkan populasinya menurun 35 persen dalam tujuh tahun terakhir.

Salah seorang seniman muda bernama Salima Hakim yang ikut memamerkan instalasi seninya yang berkonsep teater boneka ini mengatakan ingin mengingatkan masyarakat bahwa masa depan gajah-gajah yang ada di alam saat ini berada di tangan manusia. Manusia adalah faktor utama yang menentukan lestari atau punahnya sebuah populasi.

Dengan menggunakan teknik mix media dan mengangkat judul "Bagaimana Ceritanya?", Salima ingin menyampaikan bahwa manusia adalah mastermind, puppeteer atau dalang yang dapat menentukan alur cerita terkait dengan gajah sumatera di Indonesia. Faktanya meski gajah memiliki tubuh besar dan kuat namun nasib gajah tidak beruntung saat berhadapan dengan manusia.

Populasi gajah sumatera yang masuk kategori kritis tersebut, menurut dia, hanya bisa menjadi dongeng saja bagi anak dan cucu jika dari sekarang tidak benar-benar diselamatkan.

"Ya kan jumlahnya semakin sedikit, bisa punah kapan saja takutnya dan cuma jadi dongeng saja," ujar dia.

Salima yang merupakan dosen sejarah seni di Universitas Pelita Harapan dan Universitas Multimedia Nusantara ini mengaku belum pernah melihat gajah di alam liar. Dan berharap dapat menyaksikan langsung di alam sebelum akhirnya hanya menjadi dongeng.

Sementara itu, salah seorang seniman muda lainnya bernama Ratu R Saraswati yang membuat potongan kepala gajah tanpa gading dengan media tekstil ingin menceritakan nasib seekor gajah sumatera bernama Papa Genk yang hidup di hutan Aceh.

Satwa liar bertubuh tambun yang terancam punah yang di Aceh dipanggil Po Meurah atau Raja Yang Mulia tersebut faktanya dibunuh. Dan berdasarkan data WWF Indonesia, 100 individu gajah mati sejak 2004 dan 30 persen di antaranya karena di bunuh.

Rencananya 20 instalasi seni gajah yang sudah ditampilkan pada peluncuran kampanye #nasibgajah di kawasan bebas kendaraan bermotor di Jakarta tersebut akan dipamerkan pula di beberapa area publik seperti pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, kampus dan sekolah di Jakarta dan sekitarnya.

Masyarakah diharapkan dapat berpartisipasi mendukung kampanye ini dengan menuangkan harapan mereka terkait kelestarian gajah sumatera melalui media sosial dengan menambahkan tagar #nasibgajah.

Selain itu, masyarakat pun diharapkan dapat mencantumkan akun Presiden Joko Widodo (@jokowi_do2) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (@humas_kehutanan) saat menyampaikan harapannya melalui twitter.   

Pewarta: Oleh Virna P Setyorini

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014