Pria berusia 29 tahun yang mengaku menderita skizofrenia dan membunuh dua murid sekolah dasar dan melukai dua lainnya pada 2018 dieksekusi mati, Kamis (3/12).
Pelaku, Huang Yichuan, menyerang tiga murid dan satu orang tua murid di depan Sekolah Dasar Bahasa Asing di Shanghai pada 28 Juni 2018.
Dua murid tewas karena luka parah yang dideritanya dan seorang murid lainnya beserta orang tua mengalami luka-luka akibat serangan tersebut, demikian pengadilan tingkat banding di Shanghai sebagaimana dikutip media China, Jumat.
Huang ditangkap beberapa hari kemudian dan dijatuhi hukuman mati dalam sidang pada 23 Mei 2019.
Dalam sidang kedua pada 30 Desember 2019 Huang mengajukan banding karena dia mengaku menderita skizofrenia sehingga tindakannya di luar kesadaran.
Dalam penyelidikannya memang Huang menderita skizofrenia, yang berarti tanggung jawab pidana dalam kasus tersebut tidak ada unsur direncanakan.
Namun, hukuman mati tetap dijatuhkan mengingat tindakannya yang keji dan berdampak serius pada korban.
Penyakit mentalnya tidak berdampak jelas pada kemampuannya untuk mengenali dan mengendalikan perilakunya saat melakukan kejahatan, demikian
pengadilan.
Menurut hasil penyidikan, Huang yang merupakan pekerja migran dari Provinsi Hunan itu secara sengaja melakukan tindak pidana dengan persiapan penuh karena dia ingin melakukannya setelah gagal mendapatkan pekerjaan di Shanghai pada saat itu.
Dia datang ke Shanghai pada 6 Juni 2018 dan membeli sebilah pisau dapur di pasar.
Sebelum melakukan tindak kejahatan, dia sudah mempelajari situasi di sekitar sekolah dasar berkelas internasional tersebut.
Pada 28 Juni 2018 siang, dia mendapati beberapa murid meninggalkan sekolahan dan mengikuti mereka hingga berjalan 100 meter sebelum pembunuhan dilakukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
Pelaku, Huang Yichuan, menyerang tiga murid dan satu orang tua murid di depan Sekolah Dasar Bahasa Asing di Shanghai pada 28 Juni 2018.
Dua murid tewas karena luka parah yang dideritanya dan seorang murid lainnya beserta orang tua mengalami luka-luka akibat serangan tersebut, demikian pengadilan tingkat banding di Shanghai sebagaimana dikutip media China, Jumat.
Huang ditangkap beberapa hari kemudian dan dijatuhi hukuman mati dalam sidang pada 23 Mei 2019.
Dalam sidang kedua pada 30 Desember 2019 Huang mengajukan banding karena dia mengaku menderita skizofrenia sehingga tindakannya di luar kesadaran.
Dalam penyelidikannya memang Huang menderita skizofrenia, yang berarti tanggung jawab pidana dalam kasus tersebut tidak ada unsur direncanakan.
Namun, hukuman mati tetap dijatuhkan mengingat tindakannya yang keji dan berdampak serius pada korban.
Penyakit mentalnya tidak berdampak jelas pada kemampuannya untuk mengenali dan mengendalikan perilakunya saat melakukan kejahatan, demikian
pengadilan.
Menurut hasil penyidikan, Huang yang merupakan pekerja migran dari Provinsi Hunan itu secara sengaja melakukan tindak pidana dengan persiapan penuh karena dia ingin melakukannya setelah gagal mendapatkan pekerjaan di Shanghai pada saat itu.
Dia datang ke Shanghai pada 6 Juni 2018 dan membeli sebilah pisau dapur di pasar.
Sebelum melakukan tindak kejahatan, dia sudah mempelajari situasi di sekitar sekolah dasar berkelas internasional tersebut.
Pada 28 Juni 2018 siang, dia mendapati beberapa murid meninggalkan sekolahan dan mengikuti mereka hingga berjalan 100 meter sebelum pembunuhan dilakukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020