"Saya sangat senang rakyat Lebanon telah mencapai gencatan senjata, mereka berhak hidup damai. Saya berharap ini akan menjadi langkah pertama menuju solusi nyata bagi kami di Gaza yang akan mengakhiri perang ini," kata Hassan Owadia, pengungsi Palestina dari Khan Younis, kepada Xinhua.
"Selama lebih dari setahun, kami telah menanggung perang, pembunuhan, dan kelaparan, sementara seluruh dunia hanya menyaksikan tanpa melakukan tindakan untuk menyelamatkan kami dari penderitaan luar biasa yang kami hadapi di Gaza," keluh ayah empat anak berusia 32 tahun itu.
Owadia, yang mengungsi beberapa kali selama perang Israel berkecamuk di Gaza, saat ini tinggal dalam kondisi memprihatinkan di area Mawasi, Khan Younis, Gaza selatan.
"Karena perang, kami kehilangan semua hak asasi manusia kami, dan kami tidak tahu kapan perang ini akan berakhir. Sering kali, saya merasa kami tidak akan pernah selamat, tetapi gencatan senjata di Lebanon telah memberi saya harapan dan optimisme bahwa perang di sini akan segera berakhir," jelasnya.
Hani Hamad, seorang pengungsi Palestina lainnya dari kamp pengungsi al-Nuseirat di Gaza tengah, mengaitkan keberhasilan gencatan senjata Lebanon dengan upaya terpadu. Salma al-Rifae, seorang wanita Palestina di Gaza, menyuarakan seruan persatuan di kalangan rakyat Palestina untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung.
"Namun, di Gaza, semua orang tampaknya fokus pada pencapaian tujuan mereka sendiri, yang memungkinkan Israel untuk melanjutkan perangnya terhadap kami," kata dosen universitas berusia 45 tahun itu. "Mengikuti agenda yang hanya melayani faksi-faksi tertentu mengabaikan pengorbanan rakyat Palestina."
Dia menambahkan, "Tidak diragukan lagi pendudukan Israel sedang melancarkan perang terhadap rakyat Palestina, tetapi kita harus menyadari bahwa menyelamatkan nyawa dan melindungi rakyat kami saat ini harus menjadi prioritas, bahkan jika hal itu mengorbankan keuntungan partisan dan kepentingan politik."
Salma al-Rifae, seorang wanita Palestina di Gaza, menyuarakan seruan persatuan di kalangan rakyat Palestina untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung
"Sudah saatnya bagi semua rakyat Palestina untuk menyatukan upaya mereka dalam menghadapi rencana Israel terhadap kami. Kami lelah akibat perang dan ketidakpastian tentang nasib yang kami hadapi," kata ibu tujuh anak berusia 53 tahun itu kepada Xinhua.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku sejak Rabu dini hari waktu setempat.
Sementara itu, di Gaza, Israel melanjutkan serangan berskala besarnya terhadap Hamas, yang dilancarkan sebagai pembalasan atas serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut mengakibatkan sekitar 1.200 warga Israel tewas dan sekitar 250 orang disandera.
Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang masih berlangsung di Gaza bertambah menjadi 44.282 jiwa, menurut sebuah pernyataan dari otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Rabu.