New York (Antara Babel) - Harga minyak dunia diperdagangkan bervariasi sempit pada Jumat (Sabtu pagi WIB), menyusul meninggalnya Raja Arab Saudi, produsen minyak terbesar OPEC, dan di tengah kekhawatiran tentang kerusuhan di Yaman.

Kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret di New York Mercantile Exchange, turun 72 sen menjadi 45,59 dolar AS per barel, terendah baru dalam hampir enam tahun terakhir.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret menetap di 48,79 dolar AS per barel, naik 27 sen dari tingkat penutupan Kamis.

Raja Abdullah, yang berusia sekitar 90 tahun, meninggal pada Jumat pagi dan keluarga kerajaan bergerak cepat untuk menunjukkan kesinambungan dalam struktur kekuasaan dan kebijakan negara.

Saudara tiri Abdullah, Putra Mahkota Salman, ditunjuk sebagai raja baru dan, dalam pidato pertamanya sebagai raja, disiarkan langsung di televisi Saudi, Salman berjanji untuk mempertahankan pendekatan yang sama terhadap pengekspor minyak dunia dan menyerukan persatuan antara negara-negara Arab.

"Atas kehendak Allah, kami akan melanjutkan semuanya yang pernah dilakukan Raja Abdullah," demikian pernyataan Raja Salman.

Sebagai produsen utama di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Arab Saudi telah menjadi penggerak kekuatan di belakang penolakan kartel untuk memangkas produksinya untuk mendukung harga minyak, meskipun harga minyak turun dengan cepat. Minyak mentah
telah kehilangan sekitar 60 persen nilainya sejak Juni.

Tim Evans dari Citi Futures mencatat bahwa Raja Salman telah menegaskan bahwa kebijakan luar negeri dan energi Arab Saudi tidak akan berubah, dengan Ali Al-Naimi yang tetap Menteri Energi.

Fatih Birol, kepala ekonom Badan Energi Internasional (IEA), mengatakan ia tidak meramalkan perubahan kebijakan utama.

"Saya tidak memperkirakan perubahan signifikan dalam kebijakan minyak Arab Saudi dan saya perkirakan dan berharap bahwa mereka akan terus menjadi faktor stabilisasi pasar minyak," Birol mengatakan kepada AFP di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

"Saya berharap mereka akan terus memberikan kontribusi bagi stabilitas pasar minyak ... terutama pada hari-hari di mana kita akan melalui masa sulit," tambah dia.

Arab Saudi telah menolak desakan beberapa anggota dari 12 negara OPEC untuk memangkas produksinya, lebih memilih untuk menurunkan harga dalam upaya untuk meraih pangsa pasar.

Phil Flynn dari Price Futures Group mengatakan bahwa Brent, patokan Eropa, telah naik di tengah meningkatnya gejolak di produsen minyak Yaman, di mana presiden mengundurkan diri pada Kamis di tengah pertikaian mematikan dengan milisi Syiah yang mengendalikan ibukota.

Pewarta:

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015