Batik memang identik di Pulau Jawa, namun di Pulau Bangka ternyata ada sekelompok warga yang menamakan diri sebagai Perkumpulan Kelompok Batik Tulis Simpangkatis atau yang dikenal dengan Batik Tulis Pakkis yang memproduksi batik dengan motif kearifan lokal Bangka Belitung.
 
Di Galery dan Workshop Batik Pakkis yang terletak di Jalan Raya Desa Sampingkatis, Kabupaten Bangka Tengah ini kita bisa menjumpai anggota kelompok Batik Tulis Pakkis sedang mengerjakan proses membatik, ada yang menulis batik dengan canting yang dipanasi di atas kompor sederhana, ada yang mewarnai batik, ada yang mengecap batik sesuai dengan motif yang diinginkan. Jejeran kain putih dengan berbagai jenis terlihat di beberapa sudut workshop, ada dua mesin tenunan yang juga tampak di workshop yang sebelumnya merupakan rumah pribadi.
 
Aktivitas membatik yang dilakukan kelompok Batik Pakkis ini sudah dimulai sejak tahun 2013 lalu, pasca sejumlah anggota kelompok mendapatkan pelatihan membatik dari Pemerintah kabupaten Bangka Tengah. Berbekal pengetahuan dari pelatihan kelompok yang kini terdiri dari 20 orang itu terus membatik dan telah memproduksi ribuan lembar batik. Keuletan mereka ini terlihat
 
“Dari pelatihan itulah kami coba, awalnya kelompok patungan sekitar Rp 200 ribuan per orang untuk beli bahan-bahan seperti kain, alat canting dan lainnya. Ini sambal kami mengasah kemampuan kami untuk menggambar dan menulis batik dengan cantingan ini, lama kelamaan banyak yang pesan,” kata ketua kelompok Batik Pakkis, Siti Dawiyah belum lama ini.
 
Siti mengatakan, batik yang diproduksi kelompoknya berbeda dengan batik-batik dari luar daerah, meski bahan bakunya masih mereka datangkan dari luar Bangka Belitung. Perbedaannya terletak di motif batik, Batik Tulis Pakkis menggambarkan tentang kearifan lokal dan sumber daya alam yang dimiliki Bangka Belitung seperti dambus, ketuyut, balok timah, daun katis yang melambangkan Desa mereka, resam, kepiting, udang dan jenis seafood lainnya, kembang kamboja dan motif-motif lainnya.
 
 
 
“Kita bermain di motif yang kita angkat kekayaan alam dan kearifan lokal kita tuangkan. Ciri khas kita itu disetiap batik yang kita produksi mengandung motif balok timah, meskipun kecil. Karena timah ini kan melambangkan sumber daya alam kita yang miliki dan melambangkan kesejahteraan,” katanya.
 
Kelompok Batik Tulis Pakkis ini juga membatik dengan berbagai jenis kain, sesuai dengan pesanan, tak hanya itu mereka juga memproduksi kain pantai. Mereka tidak hanya menjual kain batik namun juga menerima pesanan dalam bentuk baju. 

Siti Dawiyah mengatakan, pesanan mereka tidak hanya datang dari Bangka Tengah saja, bahkan beberapa produknya sudah menjangkau mancanegara. Beberapa turis datang membeli dan melihat proses pembuayan batik yang dilaksanakan kelompok mereka. 

Membutuhkan waktu yang panjang untuk proses membuat batik, tak ayal membuat harganya pun terbilang tidak murah. Pasalnya, proses membuat kain batik memakan waktu hampir seminggu dan ketelitian. 

"Prosesnya panjang, awalnya menggambar motif di kain, mencanting, mewarnai, penguncian warna, perebusan, rendam dan jemur. Satu lembar  kain kita butuhkan waktu satu minggu," katanya. 
 


Menurutnya, batik merupakan hal yang menarik dan telah memberikan penghasilan bagi masyarakat sekitar.

"Batik mengeluarkan ekspresi kita, kalau lagi mood mencantingnya bagus, kalau enggak mood pastinya hasil enggak bagus. Sama sepertinya dengan mewarnai," katanya. 

Menurutnya, dikala banyak pesenan banyak anak muda yang ikut membatik. Hal ini sengaja mereka lakukan untuk berbagi keahlian kepada generasi muda. 

"Kalau lagi banyak pesenan, anak-anak yang libur sekolah ikut membatik juga. Kita membagi pengetahuan dan membiasakan mereka untuk bisa membatik jadi punya kecintaan dan keahlian," katanya. 

Menjalani usaha membatik ini tentunya banyak tantangan yang dihadapi antaranya masih minimnya pemahaman masyarakat bahwa menganggap batik yang mereka produksi batik cap. Padahal batik yang mereka produksi batik tulis dengan beragam  tingkat kerumitan.

"Tantangannya soal harga yang lumayan mahal orang belum mengerti padahal ini kan batik tulis beda dengan batik cap. Pernah juga kita kehabisan barang baku harus menunggu lama," katanya. 

Saat ini kata dia semenjak pandemi banyak penurunan omset yang dialami. Oleh karena itu, pihaknya mengakses permodalan dengan menjadi mitra binaan PT Timah. Menurutnya, dengan kondisi ini usaha harus betul survive. 

"Kami sangat terbantu dengan menjadi mitra PT Timah, apalagi saat ini omset yang jauh banget turunnya. Dengan jadi mitra binaan PT Timah kita bisa stok bahan baku lagi," katanya. 

Menurutnya, PT Timah juga membantu mempromosikan produk mereka sehingga nantinya diharapkan  semakin banyak pesanan. 

"Kita bisa tambah modal juga, dibantu promosi juga dan tentunya ini sangat bermanfaat bagi kami untuk melanjutkan usaha. Semoga semakin banyak pesanan dengan menjadi mitra PT Timah," tutupnya. 

Penasaran kan, bagi anda yang ingin melihat langsung dan memiliki Koleksi Batik Tulis Pakkis, anda bisa mengunjungi Galeri dan Workshopnya di Jalan Raya Simpang Katis Bangka Tengah atau bisa juga menghubungi kontak Siti Dawiyah di 081274898236 atau melalui akun media sosial batik_pakkiskis.
 
 

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021