PT Timah Tbk membukukan pendapatan usaha 2020 sebesar Rp15,22 triliun atau lebih rendah 21,33 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp19,34 triliun, karena menurunnya produksi timah sebagai dampak pendemi COVID-19.

"Berbanding lurus dengan pendapatan, beban pokok pendapatan sebesar Rp14,10 triliun atau turun 22,54 persen dari tahun sebelumnya Rp18,20 triliun," kata Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Muhammad Zulkarnaen saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2020 di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan rasio finansial menjadi salah satu indikator membaiknya performa sebuah emiten. Pada 2020 rasio Gross Profit Margin (GPM) adalah 7,36 persen atau membaik dari tahun sebelumnya 5,91 persen.

"Hal serupa terlihat pula dari rasio Net Profit Margin (NPM) menjadi minus 2,24 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar minus 3,16 persen," katanya.

Menurut dia membaiknya finansial TINS terlihat dari beberapa perspektif berikut, di antaranya cashflow operasi sebesar Rp 5,40 triliun atau naik dibandingkan 2019 sebesar minus Rp 2,08 triliun. EBITDA naik menjadi Rp 1,16 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 909 miliar.

"Untuk modal kerja bersih meningkat signifikan menjadi sebesar Rp692,09 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp348,87 miliar," katanya.

Ia menambahkan periode 2020 perseroan berhasil menurunkan utang bank sebesar Rp4,22 triliun, pada 2019 utang mencapai Rp 8,79 triliun.

Selain itu TINS juga berhasil melunasi obligasi dan sukuk yang telah jatuh tempo pada September 2020 sebesar Rp600 miliar, sehingga total utang berbunga turun sebesar Rp4,82 triliun.

"Adapun rugi bersih TINS pada periode 2020 tercatat sebesar Rp341 miliar atau lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar Rp611 miliar," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021