Singapura (Antara Babel) - Harga minyak dunia melonjak di Asia pada Kamis setelah jet tempur Arab Saudi menyerang sasaran pemberontak di Yaman, memicu meningkatnya kekhawatiran bahwa krisis di negara itu dapat mengancam produsen minyak mentah utama di Timur Tengah.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 1,90 dolar AS menjadi 51,11 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk penyerahan Mei bertambah 1,95 dolar AS menjadi 58,43 dolar AS dalam perdagangan sore.

Pada Rabu, WTI telah naik 1,70 dolar AS di perdagangan New York dan Brent naik 1,37 dolar AS di perdagangan London, menyusul berita bahwa Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke "tempat yang aman" setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan.

Yaman berbatasan langsung dengan produsen minyak utama Arab Saudi, yang pada Rabu malam melancarkan serangan terhadap pemberontak Huthi dalam upaya membantu menyelamatkan pemimpin Yaman yang diperangi karena negara tersebut terperosok ke ambang perang saudara.

Yaman telah dicengkeram oleh meningkatnya gejolak sejak pemberontak Syiah Huthi melancarkan pengambilalihan kekuasaan di Sanaa pada Februari.

"Ketegangan geopolitik di Yaman mendorong harga minyak lebih tinggi," Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura, mengatakan kepada AFP.

"Yaman bukan produsen besar tetapi merupakan pusat perdagangan di wilayah tersebut sehingga ketegangan di sana dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas perdagangan untuk produk-produk energi di wilayah tersebut."
    
United Overseas Bank Singapura mengatakan pasar khawatir bahwa "ketidakstabilan politik di Yaman dapat mengancam produsen-produsen minyak penting di Timur Tengah".

Gejolak telah dibayangi dampak kenaikan pasokan minyak mentah AS, yang bertambah lagi 8,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 20 Maret, kata para analis.

Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni, karena produksi AS yang kuat memperburuk produksi tinggi oleh kartel OPEC.

Pewarta:

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015