Medan (Antara Babel) - Rakyat Indonesia masih menunggu kelanjutan dakwah politik dari Partai Persatuan Pembangunan sebagai partai politik berasaskan Islam.

Dalam dialog pilkada yang diselenggarakan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Medan, Sabtu, pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Warjio mengatakan, masyarakat telah mengetahui jika PPP telah mendeklarasikan diri sebagai rumah besar umat Islam.

Karena itu, masyarakat selalu menanti peranan PPP dalam menjalankan dakwah politik meski materi dan polanya dakwahnya perlu diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Dakwah yang dimaksud bukan lagi tentang "halal dan haram" di mata Islam, melainkan penyadaran tentang bahayanya praktik politik uang (money politic).

"PPP harus bisa menyadarkan masyarakat bahwa money politic itu tidak baik," katanya.

Psikolog dari Universitas Medan Area (UMA) Rahmadani Hidayatin Sukantendel mengatakan, salah satu aspek yang perlu disikapi PPP adalah pragmatisme yang muncul di tengah-tengah masyarakat dalam menghadapi pilkada.

Sikap pragmatisme tersebut muncul karena adanya kekecewaan masyarakat terhadap situasi sosial yang cenderung tidak berubah meski pilkada telah berulang kali dilakukan.

"Karena keadaan tidak berubah, ya sudah, mereka berprinsip terima saja tawaran yang ada," katanya.

Kejenuhan dan kekecewaan terhadap minimnya perubahan tersebut diperkirakan bukan hanya dialami masyarakat, tetapi juga praktisi politik.

"Jadi, tergantung kita mau menjadi komponen pengubah atau ikut merusak keadaan itu," ujar Rahmadani.

Ketua PPP Sumut Fadly Nurzal mengatakan, parpol dengan lambang Ka'bah tersebut tidak pernah menghilangkan semangat dakwahnya untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.

Namun belakangan ini, ada fenomena perubahan orientasi dakwah yang dilakukan PPP yakni ikut bertarung dalam meraih kursi eksekutif.

"Selama ini, dakwahnya selalu fokus pada legislatif. Padahal perubahan semakin mudah dilakukan dengan menjadi eksekutif. Itu juga bentuk dari dakwah politik," katanya.

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015