Jakarta (Antara Babel) - Direktur Jenderal Kerja Sama Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Yuri Thamrin mengatakan pembahasan dalam pertemuan pejabat tinggi (SOM) Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 terhenti karena isu reformasi Badan Keamanan PBB yang terdapat dalam dokumen Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP).

"Lagi 'deadlock' (buntu) nih, tadinya sudah selesai semua, tiba-tiba dibuka lagi," kata Yuri Thamrin saat keluar dari Balai Sidang JCC di Jakarta, Minggu malam.

Menurut Yuri, paragraf yang membahas reformasi Badan Keamanan PBB tersebut menekankan kenetralan badan tersebut.

"Intinya jangan ada 'selectivity' (tebang pilih)," kata dia.

Yuri menambahkan hampir semua negara Afrika yang hadir dalam SOM menjadi pihak yang masih belum menyetujui paragraf tersebut.

Pihak Afrika menginginkan bahasa yang lebih bisa mengakomodasi posisi-posisi yang berbeda.

"Kalau bahasa umumnya, tidak bertentangan dengan posisi semua orang bisa mengakomodasi posisi-posisi yang berbeda," kata dia.

Meskipun sedang menghadapi kebuntuan, Yuri menegaskan keinginan baik ("good will") dari negara-negara Asia Afrika untuk mencapai kesepakatan tetap ada.

"Setiap ada masalah kita kelola, 'good will' untuk kompromi ada. kita ini diplomat, kadang-kadang melakukan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin," kata dia.

Selain itu, sebagai tuan rumah, Indonesia juga mengapresiasi dukungan negara-negara Asia Afrika dalam menyetujui Deklarasi Palestina sebagai salah satu dokumen hasil KAA.

Indonesia mengusung tiga dokumen sebagai hasil KAA ke-60, yakni Bandung Messages, Penguatan NAASP dan Deklarasi Palestina.

Hingga pukul 22.00 WIB atau berita ini diturunkan, SOM yang diikuti oleh delegasi dari 86 negara Asia Afrika masih berlangsung.

Pewarta: A Fitriyanti

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015