Alunan musik melayu menggema saat memasuki kawasan Qping Cafe Belinyu, Kamis (14/10/2021). Para remaja laki-laki nampak asik dengan berbagai alat musik tradisional di tangannya seperti dambus, gendang dan biola.

Mereka merupakan remaja yang tergabung dalam Komunitas Musik Ethnic atau yang dikenal Komet. Mereka sedang mencoba peralatan musik baru yang diserahkan PT Timah Tbk. Komunitas yang baru terbentuk sekitar lima bulan yang lalu ini memiliki belasan anggota yang didominasi para siswa jenjang SMP dan SMA. 

Ketua Komunitas Musik Ethnic Agus Sandi menceritakan, komunitas ini terbentuk sebagai wadah bagi generasi muda di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka untuk belajar dan mengeksplor musik tradisional. 

Selain itu, tujuan dibentuknya komunitas ini untuk melestarikan music ethnic atau music tradisional sehingga nantinya dapat melahirkan generasi muda yang mengenal dan mau mempelajari alat music ethnic. 

"Sebelumnya anak-anak ini latihan menggunakan fasilitas sekolah di SMPN 2 Belinyu, karena saya mengajar di situ dan kebetulan mereka ini ada beberapa siswa SMPN 2. Namun ini hanya terbatas untuk siswa SMPN 2 saja, kalau yang dari luar kan belum,” kata lelaki yang kerap disapa Kembel ini. 

Diakuinya, saat ini wadah untuk generasi muda dalam mengenal music tradisional masih minim, dengan kehadiran komunitas ini diharapkan dapat memberikan alternative kegiatan positif bagi generasi milenial.

“Peminatnya ada, cuma memang sekarang wadahnya yang enggak ada. Karena selama ini kan masih terbatas di sekolah. Dengan adanya komunitas ini dan bantuan alat dari PT Timah Tbk semua bisa ikut latihan di rumah saya di Kawasan Cut Nyak Dien Kelurahan Air Jukung. Ini terbuka untuk umum yang mau belajar dan latihan memainkan alat musik tradisional,” ujarnya. 

Agus Sandi menyebutkan, sebelumnya dirinya sudah mengajukan proposal kemana-mana untuk mendapatkan bantuan alat music ini. Namun, hasilnya nihil. Malah tak disangka-sangka justru PT Timah memberikan bantuan seperangkat alat musik. 

Alat yang music diberikan kepada komunitas ini berupa keyboard, soundsystem, dambus, gendang melayu, gendang bangka, gong, biola, dan akordion. 

“Saya sudah kemana-mana mengajukan proposal tapi belum ada tanggapan, ini justru dibantu dari PT Timah Tbk yang awalnya enggak menyangka akan dibantu. Lengkap ini alat music yang dibantu,” sebutnya. 

Kehadiran Alat music ini membuat dirinya semakin percaya diri untuk melatih generasi muda untuk belajar music tradisional yang dikemas secara modern. 

“Saya mulai sosialisasi ke sekolah-sekolah, siapa tau anak-anaknya ada yang mau ikut latihan. Silakan, karena memang tujuannya ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk berlatih music tradisional sehingga music kita ini punya generasi penerus dan tetap lestari,” ujarnya. 

Ia menyebutkan, sebelumnya para siswa yang juga anggota komunitas ini telah berhasil menjuarai event music di tingkat Provinsi dan nasional. Saat itu, mereka masih menjadi perwakilan SMPN 2 Belinyu, beberapa penghargaan yang mereka raih seperti juara FLS2N tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Bahkan baru-baru ini mereka meraih juara 3 dalam ajang Festival Lagu Nusantara tahun 2021. 

“Kalau FLS2N dari tahun 2014 sudah ikut dan sering juara. Kami bahkan sudah memiliki lagu sendiri yang berjudul Belinyu Kota Yang Indah. Kami juga sering mengikuti event-event nasional,” bebernya.

Kedepan, kata dia komunitas ini diharapkan dapat terus berkembang, sehingga para anggota yang berlatih tidak hanya berlatih namun juga bisa mengikuti event-event nasional. Bahkan bisa saja menerima tawaran manggung. 

“Arahnya ke sana, kita dulu juga sering tampil dan diundang di beberapa acara seperti penggalangan dana di Pasar Ramadan, pernah tampil di Rumah Camat juga. Sebelum pandemi juga dulu ada tawaran manggung. Jadi kami ingin para generasi muda kenal music tradisional lalu kita bina memang betul-betul jadi pemain music yang professional,” harapnya. 

Menurutnya memang tak mudah, karena bermain music tidak hanya melatih keahlian, namun juga melatih mental, skill dan rasa. 

“Ini memang proses panjang, tapi saya yakin kalau dilakukan secara konsisten ini akan bisa terus dan akan banyak anak muda yang tertarik,” ucapnya

“Sekali lagi terimaksih kepada PT Timah Tbk sudah membantu, memfasiltasi peralatan bagi kami untuk terus mengajarkan dan melesatarikan music ethnic ini. Dengan bantuan ini, sama halnya dengan PT Timah Tbk dalam mendukung generasi muda untuk berkarya,” sambungnya. 

Salah satu anggota KOMET, Riki Juliansyah menceritakan, jika dulu mereka hanya terbatas untuk latihan lantaran hanya menggunakan fasilitas sekolah, kini mereka bisa lebih bebas untuk latihan dan menggali lebih dalam tentang music ethnic. 

“Saya sejak SMP memang sudah main dambus, karena memang dulu di SMPN 2 dan tertarik dengan ekskul ini. Sampai sekarang juga masih makanya saya bergabung dengan komunitas ini. Saya tertarik main dambus ini karena memang seru musiknya,” cerita siswa kelas 2 SMK Yayasan Nasional Pendidikan Belinyu ini. 

Diakuinya, bermain musik dambus ini memiliki tatangan tersendiri dalam mengatur tempo. Namun, dengan seringnya latihan hal ini dapat diatasi. 

“Tantangannya di tempo nada lagu, karena kan dambus itu alat musik utama dari semua alat musik. Kalau dambusnya salah tempo, kacau semua,” ujar Riki. 

Disamping itu, karena terbatasnya sarana yang ada membuat Ia merasa kurang leluasa untuk bermain alat musik tersebut. 

“Jadi dulu belajarnya dari alat musik yang di sekolah, susah jadinya kalau mau latihan. Terus juga latihan cuma saat ekskul saja ditambah kondisi saat ini yang enggak bisa ekskul,” Kata Riki

Ia bersyukur, PT Timah Tbk telah memberikan bantuan alat music kepada komunitas mereka. 

“Sangat terbantulah, kita bisa lebih leluasa dalam latihan. Terimakasihlah kepada PT Timah sudah memberikan alat musik ini,” tutupnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021