68 hektare kawasan hutan mangrove Desa Sungai Samak, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah direhabilitasi guna mengembalikan fungsi mangrove sebagai pelindung pesisir itu dari hempasan angin kencang dan gelombang laut.
Ketua Kelompok Nelayan Bersatu Sungai Samak, Jupri di Badau, Selasa mengatakan rehabilitasi hutan mangrove tersebut dilaksanakan melalui program Padat Karya Percepatan Rehabilitasi Mangrove oleh Badan Restorasi Gambut Nasional (BRGM).
"Program ini juga merupakan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," katanya.
Menurut dia, sebanyak 47 warga setempat dilibatkan dalam kegiatan penanaman mangrove tersebut sebagai stimulus perekonomian bagi masyarakat di sekitar ekosistem mangrove.
"Penanaman mangrove memakan waktu kurang lebih selama tiga bulan jadi dilaksanakan baik pada pagi, siang dan malam hari tergantung kondisi surut air laut," ujarnya.
Jupri menambahkan, kelompok nelayan beserta masyarakat sangat menyambut baik program rehabilitasi hutan mangrove tersebut dikarenakan kondisi hutan mangrove di pesisir desa tersebut memang sudah kritis dan rusak.
"Sehingga tidak ada pelindung dengan pantai maka apabila cuaca ekstrem air laut naik berpotensi menyebabkan terjadinya banjir rob serta abrasi," kata dia.
Dikatakan dia, adapun jenis tanaman mangrove yang ditanam merupakan Rhizophora Apiculata karena dinilai cocok dan sesuai dengan kondisi pesisir kawasan itu.
"Karena jika kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan laut lepas memang jenis mangrove rhzipora sangat cocok sebab akarnya juga kuat," ujar dia.
Ia berharap, program rehabilitasi mangrove tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan nelayan di daerah itu.
"Kami harapkan mangrove kembali lestari sehingga bermanfaat dan dapat menjadi habitat kepiting, udang dan menambah pendapatan nelayan di desa kami," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
Ketua Kelompok Nelayan Bersatu Sungai Samak, Jupri di Badau, Selasa mengatakan rehabilitasi hutan mangrove tersebut dilaksanakan melalui program Padat Karya Percepatan Rehabilitasi Mangrove oleh Badan Restorasi Gambut Nasional (BRGM).
"Program ini juga merupakan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," katanya.
Menurut dia, sebanyak 47 warga setempat dilibatkan dalam kegiatan penanaman mangrove tersebut sebagai stimulus perekonomian bagi masyarakat di sekitar ekosistem mangrove.
"Penanaman mangrove memakan waktu kurang lebih selama tiga bulan jadi dilaksanakan baik pada pagi, siang dan malam hari tergantung kondisi surut air laut," ujarnya.
Jupri menambahkan, kelompok nelayan beserta masyarakat sangat menyambut baik program rehabilitasi hutan mangrove tersebut dikarenakan kondisi hutan mangrove di pesisir desa tersebut memang sudah kritis dan rusak.
"Sehingga tidak ada pelindung dengan pantai maka apabila cuaca ekstrem air laut naik berpotensi menyebabkan terjadinya banjir rob serta abrasi," kata dia.
Dikatakan dia, adapun jenis tanaman mangrove yang ditanam merupakan Rhizophora Apiculata karena dinilai cocok dan sesuai dengan kondisi pesisir kawasan itu.
"Karena jika kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan laut lepas memang jenis mangrove rhzipora sangat cocok sebab akarnya juga kuat," ujar dia.
Ia berharap, program rehabilitasi mangrove tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan nelayan di daerah itu.
"Kami harapkan mangrove kembali lestari sehingga bermanfaat dan dapat menjadi habitat kepiting, udang dan menambah pendapatan nelayan di desa kami," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021