Pangkalpinang (Antara Babel) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan memperbanyak pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) di masyarakat untuk menekan pernikahan usia dini di daerah itu.
"PIK-KRR masyarakat ini akan dikelola oleh remaja putus sekolah, sehingga dapat menekan pernikahan dini dan pertumbuhan penduduk di daerah ini," kata Kasubid Bina Ketahanan Remaja BKKBN Babel Desi Masri di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menjelaskan jumlah PIK-KRR di Bangka Belitung baru enam unit tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.
"Jumlah PIK-KRR yang dikelola remaja putus sekolah ini masih kurang, sehingga potensi perkawinan dini di daerah ini cukup tinggi," ujarnya.
Menurut dia idealnya PIK-KRR ini terdapat di masing-masing desa dan kecamatan se-Babel, sehingga kegiatan sosialisasi dan pemahaman masyarakat lebih efektif.
"Remaja saat ini menghadapi permasalahan yang sangat komplek dan sekitas 64 juta jiwa atau 64 persen dari jumlah penduduk Indonesia (SP 2010) rentan kawin muda, penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, pergaulan bebas, ujarnya.
Sementara itu, kata dia, tingkat perkawinan usia muda di Bangka Belitung juga cukup tinggi, karena adanya budaya kawin massal dan masih rendahnya pengetahuan orang tua tentang dampak negatif dari perkawinan usia dini ini.
"Kami berharap dengan memperbanyak PIK-KRR di kalangan remaja putus sekolah dapat menekan perkawinan dini, tingkat perceraian, kematian ibu dan bayi serta angka kemiskinan," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap pemerintah daerah juga mendorong pembentukan PIK-KRR dikalangan remaja putus sekolah ini.
"PIK remaja di sekolah sudah cukup baik, bahkan hampir di seluruh sekolah menegah pertama dan atas sudah memiliki PIK," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"PIK-KRR masyarakat ini akan dikelola oleh remaja putus sekolah, sehingga dapat menekan pernikahan dini dan pertumbuhan penduduk di daerah ini," kata Kasubid Bina Ketahanan Remaja BKKBN Babel Desi Masri di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menjelaskan jumlah PIK-KRR di Bangka Belitung baru enam unit tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.
"Jumlah PIK-KRR yang dikelola remaja putus sekolah ini masih kurang, sehingga potensi perkawinan dini di daerah ini cukup tinggi," ujarnya.
Menurut dia idealnya PIK-KRR ini terdapat di masing-masing desa dan kecamatan se-Babel, sehingga kegiatan sosialisasi dan pemahaman masyarakat lebih efektif.
"Remaja saat ini menghadapi permasalahan yang sangat komplek dan sekitas 64 juta jiwa atau 64 persen dari jumlah penduduk Indonesia (SP 2010) rentan kawin muda, penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, pergaulan bebas, ujarnya.
Sementara itu, kata dia, tingkat perkawinan usia muda di Bangka Belitung juga cukup tinggi, karena adanya budaya kawin massal dan masih rendahnya pengetahuan orang tua tentang dampak negatif dari perkawinan usia dini ini.
"Kami berharap dengan memperbanyak PIK-KRR di kalangan remaja putus sekolah dapat menekan perkawinan dini, tingkat perceraian, kematian ibu dan bayi serta angka kemiskinan," ujarnya.
Untuk itu, ia berharap pemerintah daerah juga mendorong pembentukan PIK-KRR dikalangan remaja putus sekolah ini.
"PIK remaja di sekolah sudah cukup baik, bahkan hampir di seluruh sekolah menegah pertama dan atas sudah memiliki PIK," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015