Dewan Pembina Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekraf) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengajak para mahasiswa memiliki semangat menjadi wirausahawan dengan mengembangkan kemampuan diri dalam bidang yang disukai.
"Seorang wirausaha akan mampu menjadikan situasi krisis menjadi sebuah peluang. Ini bukan hanya semangat untuk berdagang, namun mengelola pola pikir dan cara pandang agar menjadi pribadi yang semakin maju," kata Ketua Dewan Pembina Gekraf Provinsi Babel Melati Erzaldi di Pangkalpinang, Jumat.
Menurut dia, semangat wirausaha bukan hanya untuk orang-orang yang mau berdagang, bukan cuma untuk mahasiswa fakultas ekonomi, tapi untuk semua orang yang mau maju.
"Berpikir seperti seorang wirausaha sejati, dari krisis menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan, tidak hanya untuk diri pribadi, namun juga bisa bermanfaat untuk lingkungan dan orang-orang di sekitar," kata Melati pada saat menjadi pembicara dalam acara IMOxTALK di Balai Besar Peradaban, Universitas Bangka Belitung.
Saat ini bumi sedang mengalami krisis, baik karena pandemi global, degradasi moral, dan yang lebih membahayakan krisis kepekaan sosial, namun menurut dia, berbagai permasalahan itu masih tetap bisa dihadapi agar bisa keluar dari masa krisis.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan secara tatap muka tersebut ia mengingatkan bahwa kewirausahaan bukan hanya sekedar jualan, tetapi pola pikir yang membuat seseorang berkembang dan mampu memberi pengaruh pada orang-orang sekitar, mampu mengubah hidup seseorang, hingga memberikan dampak kepada lingkungan sekitarnya.
"Wirausahawan dapat membaca situasi, misalnya pencetus aplikasi zoom. Siapa yang menyangka aplikasi itu saat ini menjadi kebutuhan penting dalam hidup. Ketika pandemi terjadi, apakah pencipta Zoom ini sudah siap dengan fitur-fitur aplikasinya? Tentu belum," katanya.
Penemu aplikasi zoom tersebut kemudian melakukan riset dan perubahan agar aplikasi ini dapat dimanfaatkan secara luas.
"Nah, ini yang dimaksud entrepreneurship. Siap menghadapi krisis dan mampu menjadikannya banyak peluang baru," ujarnya.
Wirausahawan harus menjadi penggerak, orang yang memiliki keinginan kuat untuk menggerakkan diri dan orang lain menuju masa depan yang lebih baik.
Hal ini dapat dilakukan dari teknologi, karena saat ini teknologi sudah jamak dan menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Dari teknologi dan media sosial masyarakat bisa mengetahui banyak hal.
Ia mencontohkan, di kota besar pola pikir kreatif dari masalah menjadi peluang tersebut bisa tiba-tiba muncul, misalnya pada saat turun hujan dan muncul ojek payung.
"Mereka ini salah satu contoh nyata orang yang jeli dalam melihat masalah, orang lain mungkin memandang sebagai hambatan, tapi ojek payung ini melihat peluang yang dapat memberikan mereka penghasilan," katanya.
Ia mengajak generasi muda di daerah itu untuk memiliki kemauan Entrepreneurship dengan terus mengasah diri, menyiapkan mental, pola pikir dan cara berpikir.
"Wirausahawan bisa saja tidak punya usaha, tapi mampu menjadi penggerak yang memberikan kontribusi aktif dan dampak positif bagi orang sekitar," ujar Melati.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Seorang wirausaha akan mampu menjadikan situasi krisis menjadi sebuah peluang. Ini bukan hanya semangat untuk berdagang, namun mengelola pola pikir dan cara pandang agar menjadi pribadi yang semakin maju," kata Ketua Dewan Pembina Gekraf Provinsi Babel Melati Erzaldi di Pangkalpinang, Jumat.
Menurut dia, semangat wirausaha bukan hanya untuk orang-orang yang mau berdagang, bukan cuma untuk mahasiswa fakultas ekonomi, tapi untuk semua orang yang mau maju.
"Berpikir seperti seorang wirausaha sejati, dari krisis menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan, tidak hanya untuk diri pribadi, namun juga bisa bermanfaat untuk lingkungan dan orang-orang di sekitar," kata Melati pada saat menjadi pembicara dalam acara IMOxTALK di Balai Besar Peradaban, Universitas Bangka Belitung.
Saat ini bumi sedang mengalami krisis, baik karena pandemi global, degradasi moral, dan yang lebih membahayakan krisis kepekaan sosial, namun menurut dia, berbagai permasalahan itu masih tetap bisa dihadapi agar bisa keluar dari masa krisis.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan secara tatap muka tersebut ia mengingatkan bahwa kewirausahaan bukan hanya sekedar jualan, tetapi pola pikir yang membuat seseorang berkembang dan mampu memberi pengaruh pada orang-orang sekitar, mampu mengubah hidup seseorang, hingga memberikan dampak kepada lingkungan sekitarnya.
"Wirausahawan dapat membaca situasi, misalnya pencetus aplikasi zoom. Siapa yang menyangka aplikasi itu saat ini menjadi kebutuhan penting dalam hidup. Ketika pandemi terjadi, apakah pencipta Zoom ini sudah siap dengan fitur-fitur aplikasinya? Tentu belum," katanya.
Penemu aplikasi zoom tersebut kemudian melakukan riset dan perubahan agar aplikasi ini dapat dimanfaatkan secara luas.
"Nah, ini yang dimaksud entrepreneurship. Siap menghadapi krisis dan mampu menjadikannya banyak peluang baru," ujarnya.
Wirausahawan harus menjadi penggerak, orang yang memiliki keinginan kuat untuk menggerakkan diri dan orang lain menuju masa depan yang lebih baik.
Hal ini dapat dilakukan dari teknologi, karena saat ini teknologi sudah jamak dan menjadi sebuah keharusan, bukan lagi pilihan. Dari teknologi dan media sosial masyarakat bisa mengetahui banyak hal.
Ia mencontohkan, di kota besar pola pikir kreatif dari masalah menjadi peluang tersebut bisa tiba-tiba muncul, misalnya pada saat turun hujan dan muncul ojek payung.
"Mereka ini salah satu contoh nyata orang yang jeli dalam melihat masalah, orang lain mungkin memandang sebagai hambatan, tapi ojek payung ini melihat peluang yang dapat memberikan mereka penghasilan," katanya.
Ia mengajak generasi muda di daerah itu untuk memiliki kemauan Entrepreneurship dengan terus mengasah diri, menyiapkan mental, pola pikir dan cara berpikir.
"Wirausahawan bisa saja tidak punya usaha, tapi mampu menjadi penggerak yang memberikan kontribusi aktif dan dampak positif bagi orang sekitar," ujar Melati.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022