Wall Street naik tajam lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor memburu saham perusahaan energi dan pertumbuhan berkapitalisasi besar setelah pasar saham jatuh pekan lalu di tengah kekhawatiran atas penurunan ekonomi global.
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 641,47 poin atau 2,15 persen, menjadi menetap di 30.530,25 poin. Indeks S&P 500 bertambah 89,95 poin atau 2,45 persen, menjadi berakhir di 3.764,79 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 270,95 poin atau 2,51 persen, menjadi ditutup di 11.069,30 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan konsumen non-primer masing-masing terdongkrak 5,14 persen dan 2,82 persen, memimpin kenaikan.
Reli mengikuti minggu yang mengerikan di Wall Street karena investor semakin takut bahwa kenaikan suku bunga drastis oleh Federal Reserve dapat memicu resesi.
Investor mencoba untuk menilai seberapa jauh saham bisa jatuh karena mereka mempertimbangkan risiko terhadap ekonomi ketika Federal Reserve mengambil langkah-langkah agresif untuk mencoba meredam lonjakan inflasi.
Indeks S&P 500 awal bulan ini turun lebih dari 20 persen dari tertinggi sepanjang masa Januari, mengkonfirmasi definisi umum dari pasar bearish.
"Apakah saya pikir kita telah mencapai titik terendah? Tidak. Saya pikir kita akan melihat lebih banyak volatilitas, saya pikir proses titik terendah kemungkinan akan memakan waktu," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco. "Tapi saya pikir itu pertanda baik untuk melihat minat investor."
Saham berkapitalisasi besar atau megacap Apple Inc, Tesla Inc dan Microsoft Corp semuanya naik tajam untuk memberikan dorongan individu terbesar ke S&P 500. Apple meningkat 3,3 persen, Tesla melonjak 9,4 persen dan Microsoft bertambah 2,5 persen.
The Fed pekan lalu menyetujui kenaikan suku bunga 75 basis poin, terbesar dalam lebih dari seperempat abad untuk membendung lonjakan inflasi.
Investor beralih ke kesaksian Ketua Fed Jerome Powell kepada Komite Perbankan Senat AS pada Rabu waktu setempat untuk petunjuk tentang kenaikan suku bunga di masa depan dan pandangan terbarunya tentang ekonomi.
Investor "mencoba memprediksi masa depan dari tanda-tanda kecil untuk melihat seberapa agresif Fed akan mendapatkannya," kata Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana. "Itu pertanyaan yang sulit dijawab sekarang karena mereka akan melihat apa yang terjadi pada kisah inflasi."
Sementara itu, Goldman Sachs sekarang memperkirakan peluang 30 persen dari ekonomi AS menuju resesi selama tahun depan, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 15 persen.
Dalam berita perusahaan, saham Kellogg Co naik sekitar 2,0 persen setelah pembuat sereal sarapan itu mengatakan akan dipecah menjadi tiga perusahaan.
Saham Spirit Airlines melonjak 7,9 persen setelah JetBlue Airways mengatakan pada Senin (20/6/2022) bahwa pihaknya mempermanis upayanya meyakinkan maskapai berbiaya sangat rendah untuk menerima tawarannya atas proposal saingannya Frontier Airlines.
Sekitar 12,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, sejalan dengan rata-rata harian 12,4 miliar selama 20 sesi terakhir.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 641,47 poin atau 2,15 persen, menjadi menetap di 30.530,25 poin. Indeks S&P 500 bertambah 89,95 poin atau 2,45 persen, menjadi berakhir di 3.764,79 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 270,95 poin atau 2,51 persen, menjadi ditutup di 11.069,30 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan konsumen non-primer masing-masing terdongkrak 5,14 persen dan 2,82 persen, memimpin kenaikan.
Reli mengikuti minggu yang mengerikan di Wall Street karena investor semakin takut bahwa kenaikan suku bunga drastis oleh Federal Reserve dapat memicu resesi.
Investor mencoba untuk menilai seberapa jauh saham bisa jatuh karena mereka mempertimbangkan risiko terhadap ekonomi ketika Federal Reserve mengambil langkah-langkah agresif untuk mencoba meredam lonjakan inflasi.
Indeks S&P 500 awal bulan ini turun lebih dari 20 persen dari tertinggi sepanjang masa Januari, mengkonfirmasi definisi umum dari pasar bearish.
"Apakah saya pikir kita telah mencapai titik terendah? Tidak. Saya pikir kita akan melihat lebih banyak volatilitas, saya pikir proses titik terendah kemungkinan akan memakan waktu," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco. "Tapi saya pikir itu pertanda baik untuk melihat minat investor."
Saham berkapitalisasi besar atau megacap Apple Inc, Tesla Inc dan Microsoft Corp semuanya naik tajam untuk memberikan dorongan individu terbesar ke S&P 500. Apple meningkat 3,3 persen, Tesla melonjak 9,4 persen dan Microsoft bertambah 2,5 persen.
The Fed pekan lalu menyetujui kenaikan suku bunga 75 basis poin, terbesar dalam lebih dari seperempat abad untuk membendung lonjakan inflasi.
Investor beralih ke kesaksian Ketua Fed Jerome Powell kepada Komite Perbankan Senat AS pada Rabu waktu setempat untuk petunjuk tentang kenaikan suku bunga di masa depan dan pandangan terbarunya tentang ekonomi.
Investor "mencoba memprediksi masa depan dari tanda-tanda kecil untuk melihat seberapa agresif Fed akan mendapatkannya," kata Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana. "Itu pertanyaan yang sulit dijawab sekarang karena mereka akan melihat apa yang terjadi pada kisah inflasi."
Sementara itu, Goldman Sachs sekarang memperkirakan peluang 30 persen dari ekonomi AS menuju resesi selama tahun depan, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 15 persen.
Dalam berita perusahaan, saham Kellogg Co naik sekitar 2,0 persen setelah pembuat sereal sarapan itu mengatakan akan dipecah menjadi tiga perusahaan.
Saham Spirit Airlines melonjak 7,9 persen setelah JetBlue Airways mengatakan pada Senin (20/6/2022) bahwa pihaknya mempermanis upayanya meyakinkan maskapai berbiaya sangat rendah untuk menerima tawarannya atas proposal saingannya Frontier Airlines.
Sekitar 12,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, sejalan dengan rata-rata harian 12,4 miliar selama 20 sesi terakhir.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022