Lumbung padi seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam keseharian bangsa ini sejak lama.

Sebagai sebuah tempat penyimpan dan pengering padi yang telah dipanen, lumbung umumnya didesain berdasarkan fungsinya, dan bisa bervariasi berdasarkan negara atau provinsi.

Maka pemandangan lumbung menjadi jamak dan sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari di negeri ini.

Di perdesaan wilayah Pasundan, ada yang mengenal istilah "leuit" yang artinya tempat untuk menyimpan gabah.

Lumbung ini digunakan sebagai tempat penyimpanan gabah/beras yang akan digunakan ketika musim paceklik tiba. Sedangkan di rumah tangga perkotaan, dikenal istilah "pabeasan" atau tempat menyimpan beras. Sekarang ini, penyimpanan beras lebih banyak menggunakan hasil produk pabrik.

Di sisi lain, Indonesia sendiri saat ini dikenal sebagai negeri yang telah mampu meraih atribut Swasembada Beras.

Artinya, produksi petani padi di dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Semua pihak tidak perlu lagi meragukan kinerja petani dalam negeri dalam menghasilkan beras.

Produksi yang melimpah dalam beberapa tahun belakangan ini dan sudah tidak dilakukannya lagi impor beras yang sifatnya komersil, membuat lembaga riset dunia sekelas International Rice Research Institute (IRRI) dan FAO menganugerahkan plakat penghargaan Swasembada Beras kepada negara ini.

Prestasi Swasembada Beras kali ini, bukanlah yang pertama diraih oleh Indonesia. Pada 1984 pun, Indonesia mampu menghebohkan masyarakat dunia atas kisah suksesnya ber-Swasembada Beras. Sejak 38 tahun silam bangsa ini telah mampu menorehkan sejarah pembangunan perberasan di panggung dunia.

Bayangkan, dari semula Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang terkategorikan sebagai importir beras terbesar di dunia, ternyata hanya dalam beberapa tahun saja mampu berswasembada beras. Itu sebabnya, banyak warga dunia yang angkat topi atas keberhasilan yang dicapai Indonesia.

Sekarang, Indonesia bercita-cita untuk menjadi salah satu Lumbung Pangan Dunia. Dalam 23 tahun ke depan, bangsa ini bertekad ingin memberi kado kepada Ibu Pertiwi terkait dengan 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Betapa senangnya Ibu Pertiwi, jika pada saat itu Indonesia mampu menjadi salah satu Lumbung Pangan Dunia.

Cita-cita seperti ini, tentu saja cukup realistik dan mampu dengan mudah diwujudkan. Bangsa ini memiliki potensi dan kapasitas untuk menggapainya. Apalagi Indonesia dikenal pula sebagai produsen padi ke-3 terbesar di dunia. Tinggal sekarang bagaimana kesungguhan semua elemen untuk berkomitmen mewujudkannya.


Penghasil beras

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian, beberapa negara penghasil tanaman padi terbesar di dunia dalam kurun tahun 2014-2018 adalah China, India, dan Indonesia.

Di posisi pertama ada China sebagai negara penghasil padi terbesar di dunia. Dalam periode 2014-2018, negara ini bisa memproduksi padi hingga 210,91 juta ton dan memberikan kontribusi sekitar 27,81 persen. Produksi padi atau beras ini sebanding dengan jumlah penduduknya yang besar.

Produksi padi di negara ini sangat masif dan budaya pertanian di negara ini juga sangat kuat. Bahkan, sektor pertanian di Tiongkok tidak tergantikan, meskipun industrialisasi terus digencarkan.

Di posisi kedua ada India sebagai negara penghasil beras terbesar di dunia. Negara yang jumlah penduduknya tak kalah besar dari Tiongkok ini mampu penghasilan padi sekitar 163,7 juta ton atau sekitar 21,59 persen.

Salah satu jenis beras yang terkenal dari India, yaitu beras basmati. Beras ini memiliki tekstur khas dan diketahui hanya bisa ditanam pada wilayah dataran tinggi. Beras ini sangat cocok dimasak sebagai nasi kebuli.

Negara penghasil beras terbanyak di dunia yang nomor tiga adalah Indonesia. Tidak dipungkiri, beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Maka dari itu, produksi padi di negeri ini juga sangat tinggi. Dalam kurun waktu 2014-2018, rata-rata produksi padi di Indonesia mencapai 77,96 juta ton dan berkontribusi hingga 10,28 persen atas total produksi padi dunia.

Tak hanya produksinya yang tinggi, pengembangan dan penelitian seputar padi juga terus dilakukan.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya varietas padi yang ditanam di Indonesia. Ada yang bisa ditanam di lahan sawah yang tergenang air, namun ada juga varietas yang bisa ditanam di lahan kering. Pengembangan varietas padi ini bertujuan agar produksi padi di Indonesia bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri dan mempercepat ketahanan pangan.

Negara selanjutnya yang juga menghasilkan padi dalam jumlah banyak yaitu Bangladesh. Rata-rata produksi di negara ini mencapai 52,92 juta ton atau sekitar 6,98 persen dari total produksi padi dunia.

Negara penghasil beras terbesar di dunia berikutnya yaitu Vietnam. Tak berbeda jauh dengan Bangladesh, rata-rata produksi padi di negara ini sebanyak 43,99 juta ton atau sekitar 5,8 persen dari total produksi padi di dunia.

Negara Asia Tenggara lainnya yang juga termasuk negara penghasil padi terbesar yaitu Thailand. Negara ini bisa memproduksi padi hingga 30,1 juta ton atau sekitar 3,97 persen dari jumlah produksi padi di dunia.

Myanmar juga termasuk negara penghasil padi paling besar di dunia. Negara ini bisa memproduksi padi hingga 25,86 juta ton atau sekitar 3,41 persen dari jumlah produksi tanaman padi dunia.

Itulah beberapa negara penghasil beras terbesar di dunia. Produksi padi yang tinggi membuktikan bahwa padi menjadi komoditas pertanian penting bagi masyarakat dunia.


Lumbung pangan

Perjalanan menuju Lumbung Pangan Dunia 2045, sebetulnya telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya ada upaya Pemerintah Indonesia untuk mengoptimalkan anggaran Dana Desa sebesar 20 persen untuk penguatan ketahanan pangan bangsa dan negara.

Betapa idealnya, jika dana tersebut digunakan untuk membangun lumbung pangan di sekitar 81 ribu desa seluruh Indonesia.

Dengan komoditas pangan yang beragam, sesuai dengan potensi desa masing-masing,  langkah ini akan membawa citra baik Indonesia di mata dunia.

Dari lumbung pangan desa menjadi lumbung pangan dunia, sebaiknya dijadikan komitmen bersama di antara segenap komponen bangsa.

Kini masih ada waktu 23 tahun ke depan. Semua pihak berharap pemerintah dapat menyusun dan merumuskan disain besar sekaligus peta jalan pencapaiannya secara berkualitas.


*) Entang Sastraatmadja adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.

 

Pewarta: Entang Sastraatmadja

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022