PT Timah Agro Manunggal (TAM) mengembangkan 50 hektare pertanian cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) untuk menekan ketergantungan pasokan cabai dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kami melibatkan para petani dalam mengembangkan pertanian cabai ini, agar mereka juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan produksi cabai di daerah ini," kata Direktur Utama PT TAM Dicky Sinoritha, di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan PT TAM merupakan anak perusahaan PT Timah Tbk saat ini tengah mengembangkan pertanian cabai merah di Desa Kace, Kabupaten Bangka sebagai langkah membantu pemerintah daerah mengurangi ketergantungan pasokan cabai luar, sekaligus menekan inflasi di Bangka Belitung ini.
"Pengembangan cabai ini dilakukan secara bertahap, tahap pertama 20 hektare dan ditambah lagi hingga mencapai 50 hektare," ujarnya pula.
Ia menyatakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, pihaknya juga akan melakukan industri hilirisasi cabai.
"Kami akan menyiapkan produk hilir cabai ini yang tentunya dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen," katanya lagi.
Menurut dia, produk hilir cabai dari hasil panen cabai yang akan dijadikan bahan untuk cabai botolan.
"Ini akan kami uji coba dulu. Dan memang hasilnya memuaskan akan kami teruskan. Dan untuk formulanya pun sudah kami siapkan, hingga produk tersebut bisa dilepas di pasaran,” kata dia.
Menurut dia, Provinsi Kepulauan Babel masih memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kebutuhan pangan dari luar. Salah satunya, komoditas cabai yang masih didatangkan dari luar.
"Jika pasokan cabai dari luar daerah sedang terganggu, maka harga cabai sangat melonjak bahkan bisa mencapai Rp180.000 per kilogram dan ini tentunya akan memberatkan ekonomi masyarakat kurang mampu," kata dia pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Kami melibatkan para petani dalam mengembangkan pertanian cabai ini, agar mereka juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan produksi cabai di daerah ini," kata Direktur Utama PT TAM Dicky Sinoritha, di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan PT TAM merupakan anak perusahaan PT Timah Tbk saat ini tengah mengembangkan pertanian cabai merah di Desa Kace, Kabupaten Bangka sebagai langkah membantu pemerintah daerah mengurangi ketergantungan pasokan cabai luar, sekaligus menekan inflasi di Bangka Belitung ini.
"Pengembangan cabai ini dilakukan secara bertahap, tahap pertama 20 hektare dan ditambah lagi hingga mencapai 50 hektare," ujarnya pula.
Ia menyatakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, pihaknya juga akan melakukan industri hilirisasi cabai.
"Kami akan menyiapkan produk hilir cabai ini yang tentunya dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen," katanya lagi.
Menurut dia, produk hilir cabai dari hasil panen cabai yang akan dijadikan bahan untuk cabai botolan.
"Ini akan kami uji coba dulu. Dan memang hasilnya memuaskan akan kami teruskan. Dan untuk formulanya pun sudah kami siapkan, hingga produk tersebut bisa dilepas di pasaran,” kata dia.
Menurut dia, Provinsi Kepulauan Babel masih memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kebutuhan pangan dari luar. Salah satunya, komoditas cabai yang masih didatangkan dari luar.
"Jika pasokan cabai dari luar daerah sedang terganggu, maka harga cabai sangat melonjak bahkan bisa mencapai Rp180.000 per kilogram dan ini tentunya akan memberatkan ekonomi masyarakat kurang mampu," kata dia pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023