Pangkalpinang (Antara Babel) - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Akhmad Elfian melarang sekolah meminta uang sumbangan yang memberatkan orang tua siswa.
"Kami tegaskan sekolah tidak boleh meminta segala bentuk sumbangan kepada siswa-siswi miskin karena memberatkan ekonomi keluarga mereka," kata Akhmad Elfian di Pangkalpinang, Senin.
Ia mengatakan jika sekolah menarik uang sumbangan dari orang tua siswa kurang mampu untuk fasilitas sekolah, uang perpisahaan siswa dan lainnya dinilai tidak etis.
"Kami akan menindak tegas pihak sekolah yang mewajibkan orang tua atau siswa membayar sumbangan," tegasnya.
Ia menjelaskan sekolah meminta sumbangan kepada siswa, melalui rapat komite sekolah, untuk menyepakati besaran uang sumbangan dan guna dari sumbangan tersebut.
"Besaran sumbangan ini berdasarkan kesepakatan pihak sekolah dengan orang tua dan hanya diberlakukan untuk siswa yang mampu, sementara siswa yang tidak mampu tidak diwajibkan membayar uang sumbangan tersebut," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, orang tua siswa yang tidak mampu melapor ke dinas pendidikan apabila mereka diwajibkan membayar berbagai sumbangan di sekolah.
Selain itu, ia mengimbau para orang tua untuk melapor, apabila ada sekolah yang memaksa atau penetapan besaran uang sumbangan yang dilakukan sekolag secara sepihak yang besaran uang sumbangan tersebut memberatkan orang tua siswa.
"Segala bentuk sumbangan di sekolah ini bersifat sukarela dan berdasarkan musyawarah antara sekolah dengan orang tua siswa," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang orang tua siswa yang tidak mau disebutkan namanya mengaku keberatan uang sumbangan yang ditetapkan pihak sekolah secara sepihak yang memberatkan ekonominya.
"Tadi seusai pengumuman kelulusan UN, pihak sekolah meminta uang sumbangan sebesar Rp200 ribu ke masing-masing orang tua siswa," ujarnya.
Ia mengatakan sumbangan sebesar Rp200 ribu tersebut akan digunakan pihak sekolah untuk biaya fotokopi lembaran kelulusan siswa yang diumumkan secara serentak pada Sabtu (1/6).
"Kami cukup terkejut dan banyak orang tua yang tidak mau membayar pungutan tersebut, karena mereka menilai uang untuk fotokopi lembaran pengumuman yang dibagikan ke masing-masing siswa itu terlalu besar dan tidak masuk akal," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
"Kami tegaskan sekolah tidak boleh meminta segala bentuk sumbangan kepada siswa-siswi miskin karena memberatkan ekonomi keluarga mereka," kata Akhmad Elfian di Pangkalpinang, Senin.
Ia mengatakan jika sekolah menarik uang sumbangan dari orang tua siswa kurang mampu untuk fasilitas sekolah, uang perpisahaan siswa dan lainnya dinilai tidak etis.
"Kami akan menindak tegas pihak sekolah yang mewajibkan orang tua atau siswa membayar sumbangan," tegasnya.
Ia menjelaskan sekolah meminta sumbangan kepada siswa, melalui rapat komite sekolah, untuk menyepakati besaran uang sumbangan dan guna dari sumbangan tersebut.
"Besaran sumbangan ini berdasarkan kesepakatan pihak sekolah dengan orang tua dan hanya diberlakukan untuk siswa yang mampu, sementara siswa yang tidak mampu tidak diwajibkan membayar uang sumbangan tersebut," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, orang tua siswa yang tidak mampu melapor ke dinas pendidikan apabila mereka diwajibkan membayar berbagai sumbangan di sekolah.
Selain itu, ia mengimbau para orang tua untuk melapor, apabila ada sekolah yang memaksa atau penetapan besaran uang sumbangan yang dilakukan sekolag secara sepihak yang besaran uang sumbangan tersebut memberatkan orang tua siswa.
"Segala bentuk sumbangan di sekolah ini bersifat sukarela dan berdasarkan musyawarah antara sekolah dengan orang tua siswa," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang orang tua siswa yang tidak mau disebutkan namanya mengaku keberatan uang sumbangan yang ditetapkan pihak sekolah secara sepihak yang memberatkan ekonominya.
"Tadi seusai pengumuman kelulusan UN, pihak sekolah meminta uang sumbangan sebesar Rp200 ribu ke masing-masing orang tua siswa," ujarnya.
Ia mengatakan sumbangan sebesar Rp200 ribu tersebut akan digunakan pihak sekolah untuk biaya fotokopi lembaran kelulusan siswa yang diumumkan secara serentak pada Sabtu (1/6).
"Kami cukup terkejut dan banyak orang tua yang tidak mau membayar pungutan tersebut, karena mereka menilai uang untuk fotokopi lembaran pengumuman yang dibagikan ke masing-masing siswa itu terlalu besar dan tidak masuk akal," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013