Dokter spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana dr. Silvia W. Lestari Sp.And mengatakan pemakaian celana yang ketat dan berbahan keras dapat mempengaruhi kualitas sperma pada pria.
"Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalam kah atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans," ucapnya dalam diskusi tentang faktor sperma pada infertilitas pria yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Silvia menambahkan penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria, sehingga mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. Ia juga menambahkan gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi kualitas sperma.
Disamping itu juga ada beberapa olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan karena mempengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.
"Biasanya selain sepeda juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti sit up atau angkat beban, jadi yang aman berupa jalan, lari atau berenang," ucap Silvia.
Untuk menjaga kualitas sperma tetap baik, pria sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan. Makanan tersebut bisa berupa ikan, ayam, telur dan sayur serta buah-buahan.
Namun, pengolahan dari makanan tersebut juga perlu diperhatikan karena kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tidak digoreng atau tidak dibakar.
"Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili," katanya.
Silvia mengatakan kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, jadi harus diperiksa menggunakan mikroskop. Karena tanpa sadar gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisa sperma.
Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup sehat dan melalukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya.
"Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu 3-6 bulan, bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa mempengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya," kata Silvia.
Pria juga bisa melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya sedini mungkin bahkan sebelum menikah dengan memperhatikan jika testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang minim.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Karena dia letaknya di luar, ada pengaruh dari penggunaan pakaian yang ketat, pakaian dalam kah atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans," ucapnya dalam diskusi tentang faktor sperma pada infertilitas pria yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Silvia menambahkan penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria, sehingga mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. Ia juga menambahkan gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat mempengaruhi kualitas sperma.
Disamping itu juga ada beberapa olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan karena mempengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.
"Biasanya selain sepeda juga tidak dianjurkan melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut, seperti sit up atau angkat beban, jadi yang aman berupa jalan, lari atau berenang," ucap Silvia.
Untuk menjaga kualitas sperma tetap baik, pria sebaiknya mengonsumsi makanan yang bergizi dan juga mengandung protein tinggi serta mengandung antioksidan. Makanan tersebut bisa berupa ikan, ayam, telur dan sayur serta buah-buahan.
Namun, pengolahan dari makanan tersebut juga perlu diperhatikan karena kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti tidak digoreng atau tidak dibakar.
"Dianjurkan pengolahannya direbus, dipepes (kukus), dibuat sup atau ditumis, itu akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan bisa menghamili," katanya.
Silvia mengatakan kualitas sperma tidak bisa dilihat dari kasat mata, jadi harus diperiksa menggunakan mikroskop. Karena tanpa sadar gangguan hormon utamanya pada pria tidak bisa dideteksi tanpa analisa sperma.
Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya memperbaiki pola hidup sehat dan melalukan pemeriksaan sedini mungkin agar bisa diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya.
"Perbaikan sperma akan terjadi dalam waktu 3-6 bulan, bersamaan dengan istri dan dokter obgyn apakah ada endometriosis atau PCOS, jadi yang dilakukan peningkatan kualitas sperma, peningkatan kualitas sel telur, dan penyakit penyerta yang bisa mempengaruhi kualitas telur atau embrio nantinya," kata Silvia.
Pria juga bisa melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya sedini mungkin bahkan sebelum menikah dengan memperhatikan jika testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang minim.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023