Objek wisata Pantai Sumur Tujuh di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada H+4 Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah masih dipadati pengunjung yang datang dari berbagai daerah.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Bangka Tengah Zainal di Koba, Selasa, mengatakan Pantai Sumur Tujuh merupakan objek wisata cagar budaya yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di daerah itu.
"Sumur itu peninggalan zaman Jepang pada 1943, dulu difungsikan untuk memproduksi garam," kata Zainal.
Tujuh unit sumur itu letaknya berjejer dengan ukuran sekitar satu meter persegi di pesisir Pantai Tanjung yang sekarang dikenal dengan Pantai Sumur Tujuh.
"Pantai Sumur Tujuh sudah mulai kita benahi sejak dua tahun terakhir dan menjadi destinasi wisata unggulan, pada libur lebaran menjadi objek wisata yang paling ramai dikunjungi wisatawan," kata Zainal.
Selain wisata pantai, Sumur Tujuh merupakan situs cagar budaya di Bangka Tengah yang dilindungi UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Perda Bateng Nomor 10 Tahun 2019 tentang Cagar Budaya.
Salah satu pengurus wisata Sumur Tujuh, Budi mengatakan Sumur Tujuh merupakan salah satu peninggalan penjajahan Jepang ketika masuk ke Bangka pada 17 Februari 1942.
"Sumur Tujuh pada masa itu dimanfaatkan oleh penjajah Jepang untuk pembuatan garam sebagai bahan kebutuhan logistik," tuturnya.
Syahrial, seorang tokoh masyarakat Bangka Tengah mengatakan menurut sejarah sumur tujuh itu dibangun pada masa penjajahan Jepang.
"Sumur itu dibangun bukan zaman kolonial Belanda, tetapi pada masa penjajahan Jepang pada 1943," ujarnya.
Ia mengatakan, sumur itu dibangun untuk menyuling air laut yang kemudian diolah pada masa itu menjadi air garam.
"Kalau tidak salah ada satu pipa besar yang terhubung langsung ke laut, fungsinya untuk mengalirkan air laut ke sumur sebagai bahan baku garam," ujarnya
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023