Sepasang ayah dan ibu tewas, sedangkan putri mereka terluka parah, setelah ledakan menghantam Jembatan Krimea pada Senin.
Jembatan yang pernah diserang Ukraina pada Oktober tahun lalu itu menjadi jalur pasokan utama untuk pasukan Rusia yang tengah bertempur di Ukraina dan juga menjadi simbol proyek bergengsi sampai secara pribadi diresmikan oleh Presiden Vladimir Putin.

Rangkaian citra yang diperoleh Reuters dari tempat kejadian menunjukkan arus lalu lintas tengah sepi di jembatan sepanjang 19 km yang menghubungkan Rusia ke Krimea yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada 2014 itu.

Citra belum terverifikasi menunjukkan penghalang jembatan dari bahan logam terlihat bengkok, juga puing-puing, dan sebuah mobil yang rusak di jembatan itu.

Rekaman kamera dasbor menunjukkan pengemudi mengerem mendadak tak lama setelah insiden itu. Tingkat kerusakan di jembatan ini belum diketahui dengan pasti.

Pemerintah Rusia menyebut peristiwa di jembatan itu sebagai situasi "darurat". Kanal Grey Zone yang kanal Telegram berafiliasi dengan tentara bayaran Wagner, melaporkan ada dua serangan terjadi di jembatan itu pada pukul 03:04 dan 03:20 waktu setempat (07.04 dan 10.20 WIB).

Orang tua dari seorang gadis dinyatakan tewas, sedangkan si gadis sendiri mengalami luka-luka di dalam sebuah mobil penumpang.

"Gadis itu terluka," kata Vyacheslav Gladkov, gubernur Belgorod pada sebuah pesan dalam aplikasi perpesanan Telegram. "Hal paling memilukan adalah orang tua si gadis meninggal dunia, ayah dan ibunya."

"Di sini tak ada kata yang bisa memupus rasa sakit akibat kehilangan (orang tua)," kata sang gubernur. Gadis itu dirawat dalam perawatan intensif.

Sergei Aksyonov, gubernur Krimea yang ditunjuk Rusia, mengatakan peristiwa itu terjadi di pilar ke-145 dari jembatan tersebut. Dia tidak memberikan keterangan lebih jauh mengenai hal itu.

Juru bicara komando militer selatan Ukraina, Natalia Humeniuk, menyebut insiden di Jembatan Krimea itu bisa jadi merupakan aksi provokasi yang dilakukan Rusia sendiri.

"Penciptaan provokasi semacam itu, yang dikabarkan demikian cepat oleh otoritas pendudukan Krimea adalah cara memecahkan masalah yang biasa dilakukan otoritas Krimea dan negara agresor," kata Humeniuk kepada stasiun televisi Rada.

Rusia menuding Ukraina sebagai pelaku serangan di jembatan tersebut Oktober tahun lalu. Beberapa bulan kemudian Ukraina secara tidak langsung mengakui serangan itu.

Serhiy Bratchuk, juru bicara pemerintahan militer Odesa di Ukraina, memposting foto dalam akun Telegramnya tentang apa yang sepertinya memperlihatkan bagian dari jembatan itu yang rusak. Belum jelas apakah postingan itu ada kaitannya dengan serangan tertentu.

Setelah serangan ke jembatan itu pada Oktober tahun lalu, Putin memerintahkan jembatan tersebut diperbaiki dan bahkan mengendarai Mercedes guna melintasi jembatan tersebut.

Kementerian perhubungan Rusia mengatakan ada kerusakan pada jalan di jembatan yang lebih dekat ke Semenanjung Krimea itu, tetapi tidak ada kerusakan pada tiang-tiangnya. Tidak disebutkan apa yang menjadi penyebab jembatan tersebut rusak.

Ancam jalur pasokan Rusia

Menurut George Barros, analis pada Institute for the Study of War yang berbasis di Washington, jika jembatan itu rusak parah, maka akan berdampak signifikan terhadap jalur pasokan Rusia.

"Rusia hanya akan menyisakan satu jalur pasokan darat, yakni jalan raya sepanjang pesisir Laut Azov, untuk menopang (atau mengungsikan) puluhan ribu tentaranya di Kherson & Krimea yang diduduki jika Ukraina berhasil melumpuhkan atau menghancurkan jembatan itu," kata Barros dalam Twitter.

Belum diketahui pasti apa pengaruh insiden di jembatan itu untuk kesepakatan yang ditengahi PBB yang membuat ekspor gandum Ukraina dilakukan dengan aman lewat Laut Hitam. Ukraina dan Rusia adalah eksportir biji-bijian utama dunia.

Kesepakatan yang ditengahi PBB itu akan berakhir Senin ini. Kapal terakhir yang melakukan perjalanan berdasarkan kesepakatan tersebut sudah meninggalkan Odesa pada Minggu pagi, kata seorang saksi mata Reuters dan MarineTraffic.com.

Simbol kekuasaan Putin

Jembatan terpanjang di Eropa itu dibangun oleh sebuah perusahaan yang dikendalikan sekutu Putin, Arkady Rotenberg.

Putin sejak lama mengagung-agungkan proyek tersebut, sampai mengklaim bahwa para tsar Rusia dan pemimpin Soviet sudah memimpikan hadirnya jembatan ini, tetapi tidak pernah terwujud.

Semenanjung Krimea menjadi tujuan liburan yang disukai warga Rusia, terutama setelah Moskow menginvasi Ukraina pada 2022, dan karena menempuh perjalanan lewat sisi Barat menjadi jauh lebih sulit bagi warga Rusia.

Dalam beberapa pekan terakhir, setiap hari kemacetan lalu lintas menuju pintu masuk jembatan itu berlangsung sampai berkilo-kilo meter, karena banyaknya warga Rusia yang pergi berlibur.

Pada Senin pagi kemacetan lalu lintas mencapai beberapa kilometer sebelum polisi mengarahkan kendaraan-kendaraan itu menjauh dari jembatan tersebut. Sejumlah akun media sosial menunjukkan mobil antre di jembatan tersebut dan gerbang masuknya.

Pemerintah Krimea dukungan Rusia mendesak warga agar tak bepergian melewati jembatan tersebut.

Sumber: Reuters

Pewarta: Jafar M Sidik

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023