Jakarta (Antara Babel) - Presiden Joko Widodo menempati janjinya menghadiri sekaligus membuka Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Sabtu malam.
Saat menyampaikan pidato sebelum membuka forum tertinggi partai berlambang pohon beringin itu, Presiden menceritakan bahwa dia ditanya bahkan mendapat komplain dari orang lain soal Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan dan Wapres Jusuf Kalla.
Menurut Jokowi, orang menanyakan mengapa Luhut meneleponi seluruh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar seluruh Indonesia. Jokowi hanya menjawab bahwa Luhut pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar sehingga wajar kalau melakukan hal itu.
Terus, cerita Jokowi, ada juga yang menanyakan mengapa Jusuf Kalla juga meneleponi seluruh DPD Partai Golkar dan Jokowi pun menjawab bahwa Jusuf Kalla pernah menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPD) Partai Golkar.
Luhut, Jusuf Kalla, sejumlah menteri, para pengurus dan kader Partai Golkar serta pimpinan partai politik lain, tertawa menyimak kisah dari Jokowi itu.
Kepala Negara yang memenangkan Pemilu Presiden 2014 sebagai calon yang diusung PDI Perjuangan, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura dan PKPI dalam Koalisi Indonesia Hebat ini pun melanjutkan ceritanya bahwa orang pun bertanya kepadanya istana di mana.
Jokowi pun menjawab istana tidak ke mana-mana, tetap ada di Jalan Merdeka Utara. Spontan sekitar 3.000 hadirin yang memadati ruang pertemuan itu tertawa dan bertepuk tangan.
Jokowi masih melanjutkan kisahnya bahwa dalam berbagai kunjungannya ke daerah dia sering mendapat pertanyaan "bapak di mana?". " Lah, sekarang ini saya ada di Munaslub Partai Golkar," kata Jokowi disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Cerita Jokowi meskipun terkesan ringan tetapi dari perspektif politik memiliki konteks yang mendalam terutama dalam hubungan antara posisinya sebagai kepala pemerintah dan kepala negara dengan partai politik, termasuk Partai Golkar.
Jokowi tampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa sebagai Presiden, dia ingin bersikap transparan dan adil dengan seluruh partai politik.
Jokowi memang menunjukkan bukti tidak hanya hadir pada acara-acara partai yang telah mengusung dan mengantarkannya memenangkan pemilu lalu sehingga bisa menduduki jabatan sebagai Presiden.
Jokowi telah hadir pada hampir semua acara besar partai politik semacam kongres, muktamar atau munas. Jokowi juga telah bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat dan Presiden PKS di istana. Begitu pula dengan Ketua Umum Partai Gerindra, telah diterima di Istana Bogor.
Jokowi tampaknya telah memainkan peran yang baik untuk seluruh partai politik, terlebih kepada Partai Golkar yang telah melakukan transformasi sebagai partai pendukung pemerintahannya, setelah sebelumnya PPP dan PAN bergabung dalam barisan pemerintah, dari sebelumnya berada di Koalisi Merah Putih pada Pemilu Presiden 2014.
Golkar modern
Pada pembukaan Munaslub itu, Jokowi juga menyebut Partai Golkar sebagai paryai modern yang telah mengambil peran penting dalam kemajuan pembangunan bangsa.
Walaupun tidak menyebutkan nama, Kepala Negara menyatakan bahwa Golkar memiliki banyak tokoh yang tak diragukan dalam membawa kemajuan di bidang politik, ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Karena itu Jokowi berharap Partai Golkar terus mengambil peran terbaik bagi bangsa ini dan selalu menjaga persatuan dan kesatuan.
Tidak perlu berdebat yang tidak perlu apalagi tidak produktif. Perdebatan dimungkinkan bila untuk mencari solusi terbaik bagi persoalan bangsa.
Bangsa Indonesia sedang menghadapi era persaingan bebas dengan negara-negara lain dan apabila seluruh komponen bangsa tidak bersatu padu maka bangsa Indonesia akan tergilas oleh bangsa-bangsa lain dalam era yang makin kompetitif ini.
Partai politik seharusnya memang berperan bagi kemajuan bangsa, bukan hanya menyampaikan wacana atau mengkritisi derap pembangunan yang dijalankan bersama rakyat dan pemerintah tanpa turut serta dalam prosea pembangunan bangsa.
Partai politik merupakan kekuatan pilar demokrasi bangsa untuk memberikan peran strategis terbaik bagi kemajuan bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat.
Apalagi bagi Partai Golkar yang memiliki doktrin karya dan kekaryaan. Turut serta dalam karya terbaik bangsa merupakan keniscayaan bagi partai berlambang pohon beringin ini.
Pohon beringin dipakai sebagai lambang Partai Golongan Karya (Golkar) sejak berdiri pada 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).
Partai penguasa tunggal (single majority) selama rezim Orde Baru itu hingga kini masih berada dalam pusaran pusat kekuasaan di pemerintahan.
Penyelenggaraan Munas Luar Biasa Partai Golkar di Nusa Dua Bali 14-16 Mei 2016 menjadi momentum baru bagi Partai Golkar untuk tetap berada di pusat kekuasaan, apalagi Presiden Jokowi hadir dan memberikan sambutan pada pembukaan acara itu.
Munas itu disebut luar biasa adalah karena sebagai sarana membentuk kepengurusan baru setelah terjadi rekonsiliasi usai terpecahnya ke dalam dualisme kepengurusan antara kubu Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta Agung Laksono hampir satu setengah tahun terakhir ini.
Banyak dampak buruk dan risiko yang harus ditanggung Partai Golkar akibat dari dualisme kepengurusan itu, seperti, kepengurusan yang tidak solid dan masalah ketaatan asas periodisasi kepengurusan.
Terpilihnya Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, pada Munas IX di Bali 4 Desember 2014 untuk mempertahankan posisi "Beringin 1" atau "Golkar 1" pada periode kepengurusan keduanya setelah terpilih dalam Munas VIII di Pekanbaru Riau pada 8 Oktober 2009, mengundang protes sebagian kader Golkar lainnya sehingga mereka menggelar Munas di Ancol Jakarta beberapa hari kemudian dan memilih Agung Laksono sebagai pemimpin Golkar.
Munaslub disebut sebagai momentum baru juga karena akan memperkokoh keputusan melalui forum tertinggi partai itu, menyusul hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Jakarta 23-25 Januari 2016 yang memberikan dukungan kepada pemerintah.
Aburizal Bakrie pada sambutan pembukaan Munaslub juga menegaskan bahwa Munaslub ini akan memperkuat keputusan Rapimnas lalu untuk berada dalam barisan pemerintah sehingga siapapun ketua umum Partai Golkar yang terpilih dalam Munaslub ini terikat pada komitmen dan keputusan untuk bersama-sama pemerintah membangun bangsa dan negara.
Tampaknya, Jokowi berhasil menyatukan lebih banyak partai politik untuk berada dalam satu barisan dengan pemerintah merumuskan kebijakan pembangunan dan menjalankan pembangunan dengan derap langkah yang pasti dan meyakinkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Saat menyampaikan pidato sebelum membuka forum tertinggi partai berlambang pohon beringin itu, Presiden menceritakan bahwa dia ditanya bahkan mendapat komplain dari orang lain soal Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan dan Wapres Jusuf Kalla.
Menurut Jokowi, orang menanyakan mengapa Luhut meneleponi seluruh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar seluruh Indonesia. Jokowi hanya menjawab bahwa Luhut pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar sehingga wajar kalau melakukan hal itu.
Terus, cerita Jokowi, ada juga yang menanyakan mengapa Jusuf Kalla juga meneleponi seluruh DPD Partai Golkar dan Jokowi pun menjawab bahwa Jusuf Kalla pernah menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPD) Partai Golkar.
Luhut, Jusuf Kalla, sejumlah menteri, para pengurus dan kader Partai Golkar serta pimpinan partai politik lain, tertawa menyimak kisah dari Jokowi itu.
Kepala Negara yang memenangkan Pemilu Presiden 2014 sebagai calon yang diusung PDI Perjuangan, PKB, Partai NasDem, Partai Hanura dan PKPI dalam Koalisi Indonesia Hebat ini pun melanjutkan ceritanya bahwa orang pun bertanya kepadanya istana di mana.
Jokowi pun menjawab istana tidak ke mana-mana, tetap ada di Jalan Merdeka Utara. Spontan sekitar 3.000 hadirin yang memadati ruang pertemuan itu tertawa dan bertepuk tangan.
Jokowi masih melanjutkan kisahnya bahwa dalam berbagai kunjungannya ke daerah dia sering mendapat pertanyaan "bapak di mana?". " Lah, sekarang ini saya ada di Munaslub Partai Golkar," kata Jokowi disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Cerita Jokowi meskipun terkesan ringan tetapi dari perspektif politik memiliki konteks yang mendalam terutama dalam hubungan antara posisinya sebagai kepala pemerintah dan kepala negara dengan partai politik, termasuk Partai Golkar.
Jokowi tampaknya ingin menyampaikan pesan bahwa sebagai Presiden, dia ingin bersikap transparan dan adil dengan seluruh partai politik.
Jokowi memang menunjukkan bukti tidak hanya hadir pada acara-acara partai yang telah mengusung dan mengantarkannya memenangkan pemilu lalu sehingga bisa menduduki jabatan sebagai Presiden.
Jokowi telah hadir pada hampir semua acara besar partai politik semacam kongres, muktamar atau munas. Jokowi juga telah bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat dan Presiden PKS di istana. Begitu pula dengan Ketua Umum Partai Gerindra, telah diterima di Istana Bogor.
Jokowi tampaknya telah memainkan peran yang baik untuk seluruh partai politik, terlebih kepada Partai Golkar yang telah melakukan transformasi sebagai partai pendukung pemerintahannya, setelah sebelumnya PPP dan PAN bergabung dalam barisan pemerintah, dari sebelumnya berada di Koalisi Merah Putih pada Pemilu Presiden 2014.
Golkar modern
Pada pembukaan Munaslub itu, Jokowi juga menyebut Partai Golkar sebagai paryai modern yang telah mengambil peran penting dalam kemajuan pembangunan bangsa.
Walaupun tidak menyebutkan nama, Kepala Negara menyatakan bahwa Golkar memiliki banyak tokoh yang tak diragukan dalam membawa kemajuan di bidang politik, ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Karena itu Jokowi berharap Partai Golkar terus mengambil peran terbaik bagi bangsa ini dan selalu menjaga persatuan dan kesatuan.
Tidak perlu berdebat yang tidak perlu apalagi tidak produktif. Perdebatan dimungkinkan bila untuk mencari solusi terbaik bagi persoalan bangsa.
Bangsa Indonesia sedang menghadapi era persaingan bebas dengan negara-negara lain dan apabila seluruh komponen bangsa tidak bersatu padu maka bangsa Indonesia akan tergilas oleh bangsa-bangsa lain dalam era yang makin kompetitif ini.
Partai politik seharusnya memang berperan bagi kemajuan bangsa, bukan hanya menyampaikan wacana atau mengkritisi derap pembangunan yang dijalankan bersama rakyat dan pemerintah tanpa turut serta dalam prosea pembangunan bangsa.
Partai politik merupakan kekuatan pilar demokrasi bangsa untuk memberikan peran strategis terbaik bagi kemajuan bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat.
Apalagi bagi Partai Golkar yang memiliki doktrin karya dan kekaryaan. Turut serta dalam karya terbaik bangsa merupakan keniscayaan bagi partai berlambang pohon beringin ini.
Pohon beringin dipakai sebagai lambang Partai Golongan Karya (Golkar) sejak berdiri pada 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).
Partai penguasa tunggal (single majority) selama rezim Orde Baru itu hingga kini masih berada dalam pusaran pusat kekuasaan di pemerintahan.
Penyelenggaraan Munas Luar Biasa Partai Golkar di Nusa Dua Bali 14-16 Mei 2016 menjadi momentum baru bagi Partai Golkar untuk tetap berada di pusat kekuasaan, apalagi Presiden Jokowi hadir dan memberikan sambutan pada pembukaan acara itu.
Munas itu disebut luar biasa adalah karena sebagai sarana membentuk kepengurusan baru setelah terjadi rekonsiliasi usai terpecahnya ke dalam dualisme kepengurusan antara kubu Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Jakarta Agung Laksono hampir satu setengah tahun terakhir ini.
Banyak dampak buruk dan risiko yang harus ditanggung Partai Golkar akibat dari dualisme kepengurusan itu, seperti, kepengurusan yang tidak solid dan masalah ketaatan asas periodisasi kepengurusan.
Terpilihnya Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie, pada Munas IX di Bali 4 Desember 2014 untuk mempertahankan posisi "Beringin 1" atau "Golkar 1" pada periode kepengurusan keduanya setelah terpilih dalam Munas VIII di Pekanbaru Riau pada 8 Oktober 2009, mengundang protes sebagian kader Golkar lainnya sehingga mereka menggelar Munas di Ancol Jakarta beberapa hari kemudian dan memilih Agung Laksono sebagai pemimpin Golkar.
Munaslub disebut sebagai momentum baru juga karena akan memperkokoh keputusan melalui forum tertinggi partai itu, menyusul hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Jakarta 23-25 Januari 2016 yang memberikan dukungan kepada pemerintah.
Aburizal Bakrie pada sambutan pembukaan Munaslub juga menegaskan bahwa Munaslub ini akan memperkuat keputusan Rapimnas lalu untuk berada dalam barisan pemerintah sehingga siapapun ketua umum Partai Golkar yang terpilih dalam Munaslub ini terikat pada komitmen dan keputusan untuk bersama-sama pemerintah membangun bangsa dan negara.
Tampaknya, Jokowi berhasil menyatukan lebih banyak partai politik untuk berada dalam satu barisan dengan pemerintah merumuskan kebijakan pembangunan dan menjalankan pembangunan dengan derap langkah yang pasti dan meyakinkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016