Muenchen (Antara Babel) - Jerman dilanda "euphoria" Pep Guardiola (42). Mantan pelatih Barcelona itu akan diperkenalkan oleh Bayern Muenchen di Allianz Arena pada Senin (24/6) waktu setempat.
Ratusan wartawan bersiap meliput jumpa pers bersama Pep Guardiola, sementara sesi latihan perdana mantan entrenador Barcelona itu akan digelar pada Rabu dan Kamis dengan disaksikan oleh 25.000 pasang mata di Allianz Arena.
Pep mencetak prestasi mentereng dengan membawa Barcelona menyabet 14 trofi hanya dalam empat tahun. Kontan, sejumlah klub elite mengincar dia, tetapi Pep memilih tempat berlabuh anyar justru di Jerman bersama Bayern Muenchen.
Apa yang akan ia lakukan di Allianz Arena sepeninggal pelatih sebelumnya Jupp Heynkes? Apakak Pep dengan racikan "tiki-taka"nya dapat diterapkan di Bayern Muenchen?
Guardiola menganut filosofi "tiki-taka" dengan mengandalkan penguasaan bola yang aduhai. Ia menghidup tiki-taka sejak tampil sebagai pemain sampai menjadi manajer di Barcelona. Keinginannya hanya satu: menguasai bola dan mendominasi pertandingan.
Guardiola bukan sosok manajer yang pertama yang mengadu peruntungan di Jerman dengan mengusung tiki-taka. Louis Van Gaal menyuntikkan gaya tiki-taka di Jerman dengan cita rasa Belanda.
Philipp Lahm, Holger Badstuber, Bastian Schweinsteiger, Thomas Mueller, Franck Ribery, Mario Gomez, Toni Kroos dan David Alaba merupakan sederet pemain yang tersisa yang pernah merasakan polesan Van Gaal.
Ini berkaitan dengan penerapan taktik. Dalam diri Javi Martinez, tentu Guardiola punya gelandang yang siap diturunkan sebagai bek tengah bahkan sebagai gelandang bertahan. Pemain ini dapat berperan sebagai "sweeper" dalam formasi tiga pemain bertahan.
Guardiola juga berkomitmen membangun lini pertahanan dengan mendayagunakan duet Daniel van Buyten dan Dante. Rataan dari kesuksesan kemampuan melepas umpan yang dimiliki kedua pemain ini mencapai 90 persen.
Di bawah mistar, ada Manuel Neuer. Gustavo dan Schweinsteiger dapat menjadi gelandang tengah menunjang Martinez dalam formasi 4-3-3, dengan dukungan peran dari Ribery dan Arjen Robben yang siap beroperasi sebagai pemain sayap.
Kroos dan Mueller tampil sebagai pemain depan yang relatif cerdas. Keduanya dapat beroperasi di berbagai posisi, kerapkali mereka turun sebagai gelandang tengah, dan sebagai gelandang serang, bahkan pemain sayap yang siap memborbardir lini pertahanan lawan.
Kroos digadang-gadang sebagai Lioner Messi-nya Bayern. Pemain ini dapat bergerak cepat menunjang pola ofensif. Di atas kertas, Mario Mandzukic atau Claudio Pizarro menjadi pemain depan yang ideal meniru gaya ofensif khas Barcelona.
Guardiola juga tak perlu terlalu "kehilangan dengan peran Messi" manakala membesut Bayern. Ia dapat saja memburu sejumlah pemain di bursa transfer pemain.
Tugas utama dan pertama bagi Guardiola yakni menerapkan dan menanamkan cita rasa penguasaan bola khas tiki-taka di kubu Bayern. Penguasaan bola Bayern selama ini mencapai 63 persen. Capaian ini relatif rendah bila dibandingkan dengan penguasaan bola Barca musim lalu, sebagaimana dikutip dari situs thinkfootball.
Guardiola juga perlu menerapkan gaya permainan yang menekan habis-habisan lawan ketika pemain Bayern memang kehilangan bola. Tantangan ini bukan pekerjaan sulit bagi pemain Bayern. Etos kerja seperti ini umumnya telah dimiliki oleh umumnya klub-klub Jerman.
Guardiola boleh dibilang kehilangan "rivalitas" yang selama ini ada dalam diri Jose Mourinho. The Special One tidak lagi menganggu tidur Guardiola dalam drama El Clasico antara Real Madrid kontra Barcelona.
Guardiola disebut-sebut mengalami tekanan manakala merespons ulah Mourinho. Di Jerman, ia berhadapan dengan manajer Jurgen Klopp. Dengan ketiadaan Mourinho, kerja Guardiola dapat relatif lancar untuk terus memotivasi para punggawa Bayern.
Banyak pihak menyebut bahwa Guardiola tidak akan menghadapi kendala berarti ketika melatih sebuah klub di luar Barcelona. Ada suara bernada skeptis bahwha ia bakal menuai sukses menerapkan tiki-taka di Bayern.
Modal Bayern menapak musim mendatang hanyalah etos kerja yang mumpuni dan ambisi yang tidak padam. Guardiola perlu makin mengukuhkan dominasi Bayern di kancah Bundesliga kemudian mampu berbicara di kancah Eropa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
Ratusan wartawan bersiap meliput jumpa pers bersama Pep Guardiola, sementara sesi latihan perdana mantan entrenador Barcelona itu akan digelar pada Rabu dan Kamis dengan disaksikan oleh 25.000 pasang mata di Allianz Arena.
Pep mencetak prestasi mentereng dengan membawa Barcelona menyabet 14 trofi hanya dalam empat tahun. Kontan, sejumlah klub elite mengincar dia, tetapi Pep memilih tempat berlabuh anyar justru di Jerman bersama Bayern Muenchen.
Apa yang akan ia lakukan di Allianz Arena sepeninggal pelatih sebelumnya Jupp Heynkes? Apakak Pep dengan racikan "tiki-taka"nya dapat diterapkan di Bayern Muenchen?
Guardiola menganut filosofi "tiki-taka" dengan mengandalkan penguasaan bola yang aduhai. Ia menghidup tiki-taka sejak tampil sebagai pemain sampai menjadi manajer di Barcelona. Keinginannya hanya satu: menguasai bola dan mendominasi pertandingan.
Guardiola bukan sosok manajer yang pertama yang mengadu peruntungan di Jerman dengan mengusung tiki-taka. Louis Van Gaal menyuntikkan gaya tiki-taka di Jerman dengan cita rasa Belanda.
Philipp Lahm, Holger Badstuber, Bastian Schweinsteiger, Thomas Mueller, Franck Ribery, Mario Gomez, Toni Kroos dan David Alaba merupakan sederet pemain yang tersisa yang pernah merasakan polesan Van Gaal.
Ini berkaitan dengan penerapan taktik. Dalam diri Javi Martinez, tentu Guardiola punya gelandang yang siap diturunkan sebagai bek tengah bahkan sebagai gelandang bertahan. Pemain ini dapat berperan sebagai "sweeper" dalam formasi tiga pemain bertahan.
Guardiola juga berkomitmen membangun lini pertahanan dengan mendayagunakan duet Daniel van Buyten dan Dante. Rataan dari kesuksesan kemampuan melepas umpan yang dimiliki kedua pemain ini mencapai 90 persen.
Di bawah mistar, ada Manuel Neuer. Gustavo dan Schweinsteiger dapat menjadi gelandang tengah menunjang Martinez dalam formasi 4-3-3, dengan dukungan peran dari Ribery dan Arjen Robben yang siap beroperasi sebagai pemain sayap.
Kroos dan Mueller tampil sebagai pemain depan yang relatif cerdas. Keduanya dapat beroperasi di berbagai posisi, kerapkali mereka turun sebagai gelandang tengah, dan sebagai gelandang serang, bahkan pemain sayap yang siap memborbardir lini pertahanan lawan.
Kroos digadang-gadang sebagai Lioner Messi-nya Bayern. Pemain ini dapat bergerak cepat menunjang pola ofensif. Di atas kertas, Mario Mandzukic atau Claudio Pizarro menjadi pemain depan yang ideal meniru gaya ofensif khas Barcelona.
Guardiola juga tak perlu terlalu "kehilangan dengan peran Messi" manakala membesut Bayern. Ia dapat saja memburu sejumlah pemain di bursa transfer pemain.
Tugas utama dan pertama bagi Guardiola yakni menerapkan dan menanamkan cita rasa penguasaan bola khas tiki-taka di kubu Bayern. Penguasaan bola Bayern selama ini mencapai 63 persen. Capaian ini relatif rendah bila dibandingkan dengan penguasaan bola Barca musim lalu, sebagaimana dikutip dari situs thinkfootball.
Guardiola juga perlu menerapkan gaya permainan yang menekan habis-habisan lawan ketika pemain Bayern memang kehilangan bola. Tantangan ini bukan pekerjaan sulit bagi pemain Bayern. Etos kerja seperti ini umumnya telah dimiliki oleh umumnya klub-klub Jerman.
Guardiola boleh dibilang kehilangan "rivalitas" yang selama ini ada dalam diri Jose Mourinho. The Special One tidak lagi menganggu tidur Guardiola dalam drama El Clasico antara Real Madrid kontra Barcelona.
Guardiola disebut-sebut mengalami tekanan manakala merespons ulah Mourinho. Di Jerman, ia berhadapan dengan manajer Jurgen Klopp. Dengan ketiadaan Mourinho, kerja Guardiola dapat relatif lancar untuk terus memotivasi para punggawa Bayern.
Banyak pihak menyebut bahwa Guardiola tidak akan menghadapi kendala berarti ketika melatih sebuah klub di luar Barcelona. Ada suara bernada skeptis bahwha ia bakal menuai sukses menerapkan tiki-taka di Bayern.
Modal Bayern menapak musim mendatang hanyalah etos kerja yang mumpuni dan ambisi yang tidak padam. Guardiola perlu makin mengukuhkan dominasi Bayern di kancah Bundesliga kemudian mampu berbicara di kancah Eropa.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013