Wakil Bupati Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Isyak Meirobie mengatakan daerahnya membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah pusat guna mendorong kemajuan sektor pariwisata di Negeri Laskar Pelangi.
"Belitung membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah pusat guna mendorong kemajuan sektor pariwisata," katanya di Tanjung Pandan, Jumat.
Ia mengatakan, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 Belitung ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata atau dikenal dengan KEK Tanjung Kelayang.
Ia menyayangkan, sampai saat ini pemerintah pusat belum memberikan perhatian secara khusus dalam mendorong kemajuan pariwisata Belitung yang telah ditetapkan sebagai KEK pariwisata.
"Statusnya khusus namun infrastrukturnya tidak khusus. Pada saat kami ditetapkan sebagai KEK pariwisata dan UNESCO Global Geopark sehaeus infrastrukturnya khusus namun ini masih insfratruktur lama," ujarnya.
Ia mencontohkan, pemerintah pusat belum memberikan perhatian khusus terhadap kondisi terminal bandara internasional HAS Hanandjoeddin, amfiteater, geosite-geosite, dan penataan Pulau-pulau kecil yang tersebar di wilayah itu.
"Karena kalau pemerintah pusat tidak turun sampai kapanpun kami (Belitung) tidak akan pernah masuk menjadi lima destinasi pariwisata super prioritas di Tanah Air," katanya.
Isyak menyebutkan, kondisi tantangan pariwisata Belitung berbeda jika dibandingkan dengan tantangan daerah lain salah satunya adalah Bali.
Pariwisata Belitung merupakan hasil transformasi dari sektor tambang sehingga dibutuhkan waktu untuk mengubah pola pikir masyarakat dari tambang menuju pariwisata.
"Kalau Bali itu memang tidak ada tantangan yang disebut dengan mindset atau mental tambang. Hal ini yang biasa saya sampaikan kepada kawan-kawan wartawan sebagai opsi ekonomi," ujarnya.
Ia menambahkan, destinasi pariwisata lain di Tanah Air tidak memiliki opsi ekonomi seperti Belitung yang bisa mendatangkan uang cepat dan menjanjikan.
Hal ini sangat kontradiktif apabila dibandingkan dengan pariwisata yang membutuhkan upaya dan proses panjang guna menghasilkan manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
"Kami sudah menyiapkan skill masyarakat melalui Balai Latihan Kerja (BLK) namun mentalnya masih "hit and run" dapat uang dari menambang dan belanja kemudian selesai, kalau sudah habis balik lagi ke tambang, padahal pariwisata itu butuh manajemen dan keberlanjutan, ini yang Belitung belum punya," katanya.
Oleh karena itu, Isyak menilai bahwa kondisi pariwisata Belitung saat ini sudah maksimal kendati masih banyak pihak yang mengatakan pariwisata Belitung tidak mengalami kemajuan.
"Ini sudah maksimum, waktu tidak pandemi mungkin kami sudah "on the track" terbangnya pandemi dan setelah pandemi datang merubah struktur ekonomi dan investasi," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Belitung membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah pusat guna mendorong kemajuan sektor pariwisata," katanya di Tanjung Pandan, Jumat.
Ia mengatakan, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 Belitung ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata atau dikenal dengan KEK Tanjung Kelayang.
Ia menyayangkan, sampai saat ini pemerintah pusat belum memberikan perhatian secara khusus dalam mendorong kemajuan pariwisata Belitung yang telah ditetapkan sebagai KEK pariwisata.
"Statusnya khusus namun infrastrukturnya tidak khusus. Pada saat kami ditetapkan sebagai KEK pariwisata dan UNESCO Global Geopark sehaeus infrastrukturnya khusus namun ini masih insfratruktur lama," ujarnya.
Ia mencontohkan, pemerintah pusat belum memberikan perhatian khusus terhadap kondisi terminal bandara internasional HAS Hanandjoeddin, amfiteater, geosite-geosite, dan penataan Pulau-pulau kecil yang tersebar di wilayah itu.
"Karena kalau pemerintah pusat tidak turun sampai kapanpun kami (Belitung) tidak akan pernah masuk menjadi lima destinasi pariwisata super prioritas di Tanah Air," katanya.
Isyak menyebutkan, kondisi tantangan pariwisata Belitung berbeda jika dibandingkan dengan tantangan daerah lain salah satunya adalah Bali.
Pariwisata Belitung merupakan hasil transformasi dari sektor tambang sehingga dibutuhkan waktu untuk mengubah pola pikir masyarakat dari tambang menuju pariwisata.
"Kalau Bali itu memang tidak ada tantangan yang disebut dengan mindset atau mental tambang. Hal ini yang biasa saya sampaikan kepada kawan-kawan wartawan sebagai opsi ekonomi," ujarnya.
Ia menambahkan, destinasi pariwisata lain di Tanah Air tidak memiliki opsi ekonomi seperti Belitung yang bisa mendatangkan uang cepat dan menjanjikan.
Hal ini sangat kontradiktif apabila dibandingkan dengan pariwisata yang membutuhkan upaya dan proses panjang guna menghasilkan manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
"Kami sudah menyiapkan skill masyarakat melalui Balai Latihan Kerja (BLK) namun mentalnya masih "hit and run" dapat uang dari menambang dan belanja kemudian selesai, kalau sudah habis balik lagi ke tambang, padahal pariwisata itu butuh manajemen dan keberlanjutan, ini yang Belitung belum punya," katanya.
Oleh karena itu, Isyak menilai bahwa kondisi pariwisata Belitung saat ini sudah maksimal kendati masih banyak pihak yang mengatakan pariwisata Belitung tidak mengalami kemajuan.
"Ini sudah maksimum, waktu tidak pandemi mungkin kami sudah "on the track" terbangnya pandemi dan setelah pandemi datang merubah struktur ekonomi dan investasi," ujarnya.
Editor : Rustam Effendi
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023