Militer Israel menyerbu Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza pada Rabu pagi setelah sebelumnya melakukan serangan besar di sekitar RS tersebut.
Dr Ahmad Mikhailalati, kepala departemen luka bakar RS Al Shifa, mengatakan dalam pernyataan pers yang dilaporkan Al Jazeera bahwa tank-tank dan buldoser-buldoser Israel saat ini berada di dalam kompleks RS itu.
Militer Israel pada Rabu pagi mengumumkan akan melakukan operasi militer di "bagian tertentu" RS Al Shifa.
Pengumuman itu dikeluarkan setelah Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa militer Israel secara resmi menginformasikan bahwa RS itu akan diserbu pada Selasa malam.
Dr Muhammad Zaqout, direktur jenderal rumah sakit Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera, "Tidak ada sebutir pun peluru yang ditembakkan dari dalam rumah sakit selama pasukan penjajah menyerbu masuk ke dalam kompleks."
"Pasukan penjajah menyerbu gedung operasi dan gawat darurat di kompleks Al Shifa, memasuki departemen darurat, dan saat ini melakukan pencarian di ruang bawah tanah rumah sakit," kata dia.
"Pasukan penjajah melepaskan tembakan ke orang-orang yang melewati koridor, yang mereka sebut sebagai jalur aman untuk keluar Al Shifa," tambah Zaqout.
Dia menegaskan bahwa tentara Israel tidak menemukan bukti adanya anggota kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang bersembunyi di dalam atau sekitar rumah sakit. Hal itu bertolak belakang dengan tuduhan Israel sebelum menyerbu kompleks RS itu.
Hamas menilai Israel dan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab penuh atas dampak penyerbuan ke Al Shifa dan keselamatan staf medis dan warga yang mengungsi di sana.
“Penggunaan narasi palsu Israel oleh Gedung Putih dan Pentagon, yang mengeklaim bahwa kelompok perlawanan menggunakan kompleks medis Al Shifa untuk tujuan militer, adalah lampu hijau bagi pasukan pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian terhadap warga sipil," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
"Dan juga memaksa mereka untuk bermigrasi dari utara ke selatan guna menyelesaikan rencana penjajah menggusur warga kami,” tulis pernyataan itu.
Menteri Kesehatan Palestina Mai Al Kaila juga mengeluarkan pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi WAFA bahwa penjajah Israel bertanggung jawab atas nyawa staf medis, pasien, dan warga yang mengungsi di Al Shifa.
Kaila memperingatkan risiko bencana bagi pasien dan staf medis jika Israel melakukan penyerbuan ke Al Shifa.
Sementara itu, Ismail Al Thawabta, kepala kantor media pemerintah di Gaza, mengatakan bahwa penyerbuan ke RS itu adalah "kejahatan perang".
"Pihak penjajah akan gagal membuktikan bahwa RS Al Shifa adalah markas pemimpin perlawanan," kata Thawabta kepada Al Jazeera.
“Diperkirakan para penjajah akan membawa senjata ke rumah sakit, mengaturnya dengan cara tertentu, dan kemudian mengambil foto,” katanya, menambahkan.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Dr Ahmad Mikhailalati, kepala departemen luka bakar RS Al Shifa, mengatakan dalam pernyataan pers yang dilaporkan Al Jazeera bahwa tank-tank dan buldoser-buldoser Israel saat ini berada di dalam kompleks RS itu.
Militer Israel pada Rabu pagi mengumumkan akan melakukan operasi militer di "bagian tertentu" RS Al Shifa.
Pengumuman itu dikeluarkan setelah Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa militer Israel secara resmi menginformasikan bahwa RS itu akan diserbu pada Selasa malam.
Dr Muhammad Zaqout, direktur jenderal rumah sakit Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera, "Tidak ada sebutir pun peluru yang ditembakkan dari dalam rumah sakit selama pasukan penjajah menyerbu masuk ke dalam kompleks."
"Pasukan penjajah menyerbu gedung operasi dan gawat darurat di kompleks Al Shifa, memasuki departemen darurat, dan saat ini melakukan pencarian di ruang bawah tanah rumah sakit," kata dia.
"Pasukan penjajah melepaskan tembakan ke orang-orang yang melewati koridor, yang mereka sebut sebagai jalur aman untuk keluar Al Shifa," tambah Zaqout.
Dia menegaskan bahwa tentara Israel tidak menemukan bukti adanya anggota kelompok perlawanan Palestina, Hamas, yang bersembunyi di dalam atau sekitar rumah sakit. Hal itu bertolak belakang dengan tuduhan Israel sebelum menyerbu kompleks RS itu.
Hamas menilai Israel dan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab penuh atas dampak penyerbuan ke Al Shifa dan keselamatan staf medis dan warga yang mengungsi di sana.
“Penggunaan narasi palsu Israel oleh Gedung Putih dan Pentagon, yang mengeklaim bahwa kelompok perlawanan menggunakan kompleks medis Al Shifa untuk tujuan militer, adalah lampu hijau bagi pasukan pendudukan untuk melakukan lebih banyak pembantaian terhadap warga sipil," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
"Dan juga memaksa mereka untuk bermigrasi dari utara ke selatan guna menyelesaikan rencana penjajah menggusur warga kami,” tulis pernyataan itu.
Menteri Kesehatan Palestina Mai Al Kaila juga mengeluarkan pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi WAFA bahwa penjajah Israel bertanggung jawab atas nyawa staf medis, pasien, dan warga yang mengungsi di Al Shifa.
Kaila memperingatkan risiko bencana bagi pasien dan staf medis jika Israel melakukan penyerbuan ke Al Shifa.
Sementara itu, Ismail Al Thawabta, kepala kantor media pemerintah di Gaza, mengatakan bahwa penyerbuan ke RS itu adalah "kejahatan perang".
"Pihak penjajah akan gagal membuktikan bahwa RS Al Shifa adalah markas pemimpin perlawanan," kata Thawabta kepada Al Jazeera.
“Diperkirakan para penjajah akan membawa senjata ke rumah sakit, mengaturnya dengan cara tertentu, dan kemudian mengambil foto,” katanya, menambahkan.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023