Muntok (Antara Babel) - Akademisi Universitas Bangka Belitung Ranto menyarankan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat menginventarisasikan budaya tutur agar bisa diwariskan kepada generasi penerus.

"Hingga saat ini tulisan mengenai budaya tutur lokal sangat minim, kami berharap pemerintah melakukan penelitian dan mengarsipkan kekayaan daerah tersebut," katanya di Muntok, Sabtu.

Ia mengatakan, penelitian dan inventarisasi harus segera dilakukan karena para pelaku yang memiliki keahlian bertutur usianya sudah cukup tua dan tidak bisa ditemui setiap hari.

Menurut pemerhati budaya Suku Jering tersebut, budaya tutur memiliki ragam cukup banyak dan dahulu pernah berkembang di daerah itu, seperti cerita rakyat, sejarah, dongeng, pantun, puja-puji, dan lainnya, namun saat ini sudah jarang ditemui.

"Kami khawatir budaya yang ditularkan dari mulut ke mulut ini akan hilang sama sekali di Bangka Barat jika tidak segera ditulis," katanya.

Untuk melakukan pelestarian budaya tersebut, kata dia, pemerintah bisa menginventarisasi dari para tetua adat, tokoh masyarakat dan para dukun adat atau bertemu dengan kturunannya.

"Jika mengalami kendala teknis di lapangan, bisa melibatkan akdemisi atau orang yang memiliki kompetensi di bidang itu," kata dia.

Menurut dia, pelestarian budaya tutur melalui tulisan akan menambah khasanah budaya lokal yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Selain itu, kata dia, budaya tutur yang memiliki nilai kearifan dan identitas lokal tersebut diyakini akan mampu membentengi masyarakat dari serangan budaya bangsa lain.

"Kami berharap pemerintah cepat mengantisipasi semakin pudarnya budaya tutur di daerah dan segera melakukan langkah tepat untuk mendokumentasikan budaya tersebut," kata dia.

Selain pemerintah, dia berharap masyarakat juga proaktif menulis kisah, cerita dan ragam tutur lainnya yang ada di sekitarnya sebagai upaya inventarisasi dan pelestarian budaya lokal.  

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016