Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan ekspor lada putih 2023 mencapai 4.000 ton, naik dibandingkan pada 2022 yang sebanyak 3.600 ton.
"Alhamdulillah, ekspor lada putih 2023 naik sedikit dibandingkan tahun sebelumnya," kata Kepala BP3L Provinsi Kepulauan Babel Rafki Hariska di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan permintaan pasar dunia akan lada putih Kepulauan Babel atau lebih dikenal muntok white pepper sangat banyak, namun produksi lada petani yang terbatas untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi.
Selain itu, saat ini para petani lada putih tidak mau menjual hasil panennya, karena harga lada putih di tingkat pedagang pengumpul masih rendah hanya kisaran Rp80.000 hingga Rp85.000 per kilogram.
"Permintaan pasar dunia sangat tinggi, namun lada putih di tingkat eksportir atau pedagang pengumpul tidak ada," katanya.
Menurut dia saat ini para petani lada tidak mau menjual hasil panennya dan memilih menyimpan di rumahnya hingga harga lada kembali naik hingga Rp150.000 per kilogram.
"Kebiasaan para petani menyimpan lada di kamar menunggu harga komoditas tersebut naik. Bahkan ada teman saya di kampung menyimpan ladanya hingga empat kamar di rumahnya," ujarnya.
Ia menyatakan lada putih Bangka Belitung merupakan salah satu produk unggulan di bidang pertanian. Letak geografis Babel menghasilkan lada yang berkualitas unggul dibandingkan dengan lada putih di negara tetangga.
"Pada 2010 pemerintah daerah mendaftarkan lada putih Bangka Belitung sebagai Indikasi Geografis pertama dengan nama Lada Putih Muntok atau lebih dikenal Muntok White Pepper. Ini menunjukkan bahwa pasar dunia mengakui kualitas produk dengan melihat dari label IG lada putih dari daerah ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Alhamdulillah, ekspor lada putih 2023 naik sedikit dibandingkan tahun sebelumnya," kata Kepala BP3L Provinsi Kepulauan Babel Rafki Hariska di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan permintaan pasar dunia akan lada putih Kepulauan Babel atau lebih dikenal muntok white pepper sangat banyak, namun produksi lada petani yang terbatas untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi.
Selain itu, saat ini para petani lada putih tidak mau menjual hasil panennya, karena harga lada putih di tingkat pedagang pengumpul masih rendah hanya kisaran Rp80.000 hingga Rp85.000 per kilogram.
"Permintaan pasar dunia sangat tinggi, namun lada putih di tingkat eksportir atau pedagang pengumpul tidak ada," katanya.
Menurut dia saat ini para petani lada tidak mau menjual hasil panennya dan memilih menyimpan di rumahnya hingga harga lada kembali naik hingga Rp150.000 per kilogram.
"Kebiasaan para petani menyimpan lada di kamar menunggu harga komoditas tersebut naik. Bahkan ada teman saya di kampung menyimpan ladanya hingga empat kamar di rumahnya," ujarnya.
Ia menyatakan lada putih Bangka Belitung merupakan salah satu produk unggulan di bidang pertanian. Letak geografis Babel menghasilkan lada yang berkualitas unggul dibandingkan dengan lada putih di negara tetangga.
"Pada 2010 pemerintah daerah mendaftarkan lada putih Bangka Belitung sebagai Indikasi Geografis pertama dengan nama Lada Putih Muntok atau lebih dikenal Muntok White Pepper. Ini menunjukkan bahwa pasar dunia mengakui kualitas produk dengan melihat dari label IG lada putih dari daerah ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024