Roma (Antara Babel) - Tabrakan dramatis adu kepala antara dua kereta, salah satu kecelakaan paling serius di Italia selama beberapa tahun belakangan, telah menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai lebih dari 50 orang lagi, kata pers setempat.
Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 11.30 waktu setempat pada Selasa (12/7), ketika satu kereta menabrak kereta lain yang datang dari arah depannya di rel tunggal di daerah pinggiran antara Kota Kecil Ruvo di Puglia dan Corato di Wilayah Puglia.
Kedua kereta itu memiliki empat gerbong. Gambar pertama melalui udara dari petugas pemadam memperlihatkan logal dua gerbong pertama yang terpilin dari masing-masing kereta, dan pecahan logam tersebar di wilayah luas.
"Itu adalah suasana yang mengerikan dan tak bisa dipercaya," kata seorang polisi yang bergegas ke lokasi kecelakaan dan dikutip Kantor Berita ANSA. "Saya melihat orang-orang tewas, yang lain meminta bantuan. Banyak orang menangis. Itu adalah pemandangan yang paling mengerikan dalam hidup saya."
Mayat seorang ibu dan putrinya ditemukan saling berpelukan di bawah reruntuhan kereta, kata beberapa sumber ANSA.
"Putri saya juga berada di kereta itu. Ia berada di sini untuk liburan," kata seorang perempuan dengan air mata berlinang kepada Stasiun Televisi Rai, sebagaimana dikutip Xinhua Rabu pagi. "Hubungan ke telepon genggamnya telah terputus selama tiga jam. Saya tidak tahu apa-apa mengenai dia," kata perempuan tersebut.
"Saya baru akan menyiram ladang saya ketika saya mendengar suara sirene dari kereta tersebut. Tapi itu tak berguna sebab segera setelah suara tersebut terjadi tabrakan. Saya melihat beberapa anak perempuan berteriak dan menangis, dan orang lagi keluar dari gerbong kereta dengan bagian tubuh hilang," kata seorang saksi mata di lokasi kecelakaan.
Seorang anak yang berusia enam tahun adalah penumpang pertama yang diselamatkan oleh petugas pemadam yang mengeluarkan dia dari gerbong yang ringsek. Anak tersebut, yang disebutkan bernama Samuele, dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan helikoter dan nyawanya tidak terancam.
Operasi pertolongan dilancarkan secara penuh sampai larut malam, tapi operasi itu sangat rumit sebab kecelakaan tersebut terjadi di satu daerah terpencil di pedesaan.
Salah seorang masinis dilaporkan tewas dalam peristiwa itu, kata beberapa sumber dari perusahaan swasta lokal yang bernama Ferrotramviaria --yang mengoperasikan kedua kereta tersebut.
Sementara itu, pemerintah lokal memohon donor darah agar memberi bantuan guna menyelamatkan nyawa puluhan penumpang yang dirawat di rumah sakit di seluruh wilayah tersebut.
"Seluruh wilayah ini ikut dalam drama ini dengan memberi sumbangan banyak darah," kata Loreto Gesualdo, Kepala Fakultas Medis di University of Bari, Ibu Kota Puglia. Gambar yang disiarkan oleh media setempat memperlihatkan puluhan pelajar berbaris di rumah sakit lokal untuk menyumbang darah.
Belum ada keterangan mengenai penyebab kecelakaan tersebut, yang diduga dipicu oleh gangguan mesin atau kesalahan salah satu masinis yang mungkin tidak menyadari tanda berhenti, demikian perkiraan awal. Namun banyak ahli setempat mengatakan terlalu dini untuk mengetahui penyebab kecelakaan itu.
Perkiraan kecepatan kedua kereta tersebut ialah sekitar 100 kilometer per jam. Pelaju, pelajar dan juga wisatawan internasional pada musim panas saat ini menggunakan jalur tersebut setiap hari, tapi jumlah penumpang yang berada di kereta itu pada Selasa juga belum diketahui.
Selama 15 tahun belakangan, empat kecelakaan besar kereta terjadi di seluruh negeri tersebut dan telah merenggut sebanyak 56 korban. Sebanyak 32 orang tewas pada 2009, ketika kereta barang tergelincir di Kota Kecil Viareggio di Wilayah Tuscany, dan mengakibatkan kebakaran besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 11.30 waktu setempat pada Selasa (12/7), ketika satu kereta menabrak kereta lain yang datang dari arah depannya di rel tunggal di daerah pinggiran antara Kota Kecil Ruvo di Puglia dan Corato di Wilayah Puglia.
Kedua kereta itu memiliki empat gerbong. Gambar pertama melalui udara dari petugas pemadam memperlihatkan logal dua gerbong pertama yang terpilin dari masing-masing kereta, dan pecahan logam tersebar di wilayah luas.
"Itu adalah suasana yang mengerikan dan tak bisa dipercaya," kata seorang polisi yang bergegas ke lokasi kecelakaan dan dikutip Kantor Berita ANSA. "Saya melihat orang-orang tewas, yang lain meminta bantuan. Banyak orang menangis. Itu adalah pemandangan yang paling mengerikan dalam hidup saya."
Mayat seorang ibu dan putrinya ditemukan saling berpelukan di bawah reruntuhan kereta, kata beberapa sumber ANSA.
"Putri saya juga berada di kereta itu. Ia berada di sini untuk liburan," kata seorang perempuan dengan air mata berlinang kepada Stasiun Televisi Rai, sebagaimana dikutip Xinhua Rabu pagi. "Hubungan ke telepon genggamnya telah terputus selama tiga jam. Saya tidak tahu apa-apa mengenai dia," kata perempuan tersebut.
"Saya baru akan menyiram ladang saya ketika saya mendengar suara sirene dari kereta tersebut. Tapi itu tak berguna sebab segera setelah suara tersebut terjadi tabrakan. Saya melihat beberapa anak perempuan berteriak dan menangis, dan orang lagi keluar dari gerbong kereta dengan bagian tubuh hilang," kata seorang saksi mata di lokasi kecelakaan.
Seorang anak yang berusia enam tahun adalah penumpang pertama yang diselamatkan oleh petugas pemadam yang mengeluarkan dia dari gerbong yang ringsek. Anak tersebut, yang disebutkan bernama Samuele, dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan helikoter dan nyawanya tidak terancam.
Operasi pertolongan dilancarkan secara penuh sampai larut malam, tapi operasi itu sangat rumit sebab kecelakaan tersebut terjadi di satu daerah terpencil di pedesaan.
Salah seorang masinis dilaporkan tewas dalam peristiwa itu, kata beberapa sumber dari perusahaan swasta lokal yang bernama Ferrotramviaria --yang mengoperasikan kedua kereta tersebut.
Sementara itu, pemerintah lokal memohon donor darah agar memberi bantuan guna menyelamatkan nyawa puluhan penumpang yang dirawat di rumah sakit di seluruh wilayah tersebut.
"Seluruh wilayah ini ikut dalam drama ini dengan memberi sumbangan banyak darah," kata Loreto Gesualdo, Kepala Fakultas Medis di University of Bari, Ibu Kota Puglia. Gambar yang disiarkan oleh media setempat memperlihatkan puluhan pelajar berbaris di rumah sakit lokal untuk menyumbang darah.
Belum ada keterangan mengenai penyebab kecelakaan tersebut, yang diduga dipicu oleh gangguan mesin atau kesalahan salah satu masinis yang mungkin tidak menyadari tanda berhenti, demikian perkiraan awal. Namun banyak ahli setempat mengatakan terlalu dini untuk mengetahui penyebab kecelakaan itu.
Perkiraan kecepatan kedua kereta tersebut ialah sekitar 100 kilometer per jam. Pelaju, pelajar dan juga wisatawan internasional pada musim panas saat ini menggunakan jalur tersebut setiap hari, tapi jumlah penumpang yang berada di kereta itu pada Selasa juga belum diketahui.
Selama 15 tahun belakangan, empat kecelakaan besar kereta terjadi di seluruh negeri tersebut dan telah merenggut sebanyak 56 korban. Sebanyak 32 orang tewas pada 2009, ketika kereta barang tergelincir di Kota Kecil Viareggio di Wilayah Tuscany, dan mengakibatkan kebakaran besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016