Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah Muhammad Cholil Nafis menilai peristiwa Isra Mikraj merupakan momentum yang harus diperingati dimana Rasulullah SAW mengajarkan untuk saling menghargai terhadap sesama manusia.
"Nabi Muhammad (SAW) bertemu nabi-nabi terdahulu yang semuanya membawa misi tauhid dengan syarat yang berbeda-beda. Jadi, kita pun hidup di dunia pasti bertemu dengan yang berbeda-beda," katanya kepada ANTARA dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Cholil mengatakan perbedaan di antara sesama umat manusia, seperti suku, agama, ras, dan golongan merupakan perbedaan yang harus ditoleransi, asalkan perbedaan tersebut dimaknai dengan cara yang positif, bukan hal-hal yang bersifat penghinaan.
Menurutnya, bagaimanapun manusia yang hidup di dunia ini, dengan segala kebaikan dan kekurangan yang dimilikinya, semuanya merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ia menyebut peristiwa Isra Mikraj juga merupakan momentum untuk menghargai para tetua, dan jasa para pahlawan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya.
"Artinya, kita harus konsolidasi dan baik terhadap generasi terdahulu, menghargai jasa-jasa para pahlawan kita, dan tentunya oleh-olehnya (Isra Mikraj) bagi kita adalah shalat dan doa agar selalu connecting dengan Allah SWT," ujarnya.
"Isra Mikraj itu adalah peristiwa yang luar biasa menuntut dan menguji keimanan kita tentang Allah Yang Maha Kuasa, bahwa Allah bisa menciptakan, berbuat sesuatu di luar nalar manusia, yang tentu sesuai kehendak Allah SWT," tambahnya.
Untuk itu, pada momen Isra Mikraj ini, Cholil mengingatkan kepada seluruh umat Muslim di Indonesia untuk mengingat peristiwa tersebut dengan tidak meninggalkan shalat, karena shalat adalah tiang agama.
Untuk diketahui, peristiwa Isra Mikraj adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu di angkat hingga ke Sidratul Muntaha (tempat tertinggi di atas langit ketujuh) dalam satu malam.
Pada malam ini pula, Rasulullah SAW mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Nabi Muhammad (SAW) bertemu nabi-nabi terdahulu yang semuanya membawa misi tauhid dengan syarat yang berbeda-beda. Jadi, kita pun hidup di dunia pasti bertemu dengan yang berbeda-beda," katanya kepada ANTARA dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Cholil mengatakan perbedaan di antara sesama umat manusia, seperti suku, agama, ras, dan golongan merupakan perbedaan yang harus ditoleransi, asalkan perbedaan tersebut dimaknai dengan cara yang positif, bukan hal-hal yang bersifat penghinaan.
Menurutnya, bagaimanapun manusia yang hidup di dunia ini, dengan segala kebaikan dan kekurangan yang dimilikinya, semuanya merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ia menyebut peristiwa Isra Mikraj juga merupakan momentum untuk menghargai para tetua, dan jasa para pahlawan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya.
"Artinya, kita harus konsolidasi dan baik terhadap generasi terdahulu, menghargai jasa-jasa para pahlawan kita, dan tentunya oleh-olehnya (Isra Mikraj) bagi kita adalah shalat dan doa agar selalu connecting dengan Allah SWT," ujarnya.
"Isra Mikraj itu adalah peristiwa yang luar biasa menuntut dan menguji keimanan kita tentang Allah Yang Maha Kuasa, bahwa Allah bisa menciptakan, berbuat sesuatu di luar nalar manusia, yang tentu sesuai kehendak Allah SWT," tambahnya.
Untuk itu, pada momen Isra Mikraj ini, Cholil mengingatkan kepada seluruh umat Muslim di Indonesia untuk mengingat peristiwa tersebut dengan tidak meninggalkan shalat, karena shalat adalah tiang agama.
Untuk diketahui, peristiwa Isra Mikraj adalah dua bagian perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu di angkat hingga ke Sidratul Muntaha (tempat tertinggi di atas langit ketujuh) dalam satu malam.
Pada malam ini pula, Rasulullah SAW mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024