Menjaga dan melestarikan kearifan lokal masyarakat ini menjadi benteng ampuh bagi pemerintah daerah di Indonesia khususnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menjaga lahan pertanian dari kepungan tambang-tambang bijih timah di wilayah perdesaan.
Salah satu kearifan lokal masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mempertahankan lahan pertanian dari serbuan tambang-tambang timah yaitu Murok Jerami Suku Mangkanau Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah memilih mengembangkan pertanian dari menambang timah untuk menopang ekonomi keluarga.
Kepulauan Bangka Belitung khususnya Bangka Tengah kaya warisan budaya, dimana tradisi-tradisi adat masih tumbuh subur sebagai pengingat kearifan lokal nenek moyang dalam menjaga kelestarian alam dari kerusakan dampak penambangan timah.
Tradisi Adat Murok Jerami Suku Mangkanau Urang Namang beladang sawah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen padi dan tradisi sudah menjadi simbol turun temurun bagi masyarakat dalam memperkuat antar generasi dengan menunjukkan kearifan lokal.
Tradisi Murok Jerami ini penuh dengan makna, tidak hanya menunjukkan rasa syukur tetapi juga memperkuat ikatan antar masyarakat. Seluruh komunitas masyarakat turut berperan dalam proses panen padi tersebut.
Tidak hanya komunitas, tetapi seluruh anak-anak sekolah ikut panen padi ini, agar mereka memahami tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan tradisi leluhur menjaga lahan-lahan pertanian dari kepungan tambang-tambang dan perkebunan sawit.
Keberhasilan pemerintah daerah dalam mempertahankan tradisi Murok Jerami ini telah menjadikan Bangka Tengah sebagai daerah tersebut sebagai sentra pertanian dan holtikultura di provinsi penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia tersebut.
Luas lahan padi sawah di Desa Namang sudah mencapai 53 hektare dan produksi padi yang diperoleh petani sebanyak 5,6 ton per hektare, sehingga mengurangi ketergantungan pasokan beras dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Negeri Serumpun Sebalai itu.
Tradisi Murok Jerami ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi sudah menjadi potensi dalam menggerakkan ekonomi kreatif masyarakat, karena tradisi ini sudah dapat meningkatkan kunjungan wisatawan lokal, nasional dan mancanegara ke Desa Namang ini.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar saat hadir di pesta adat Murok Jerami Suku Mangkanau Namang mengapresiasi Kepala Desa Namang melestarikan kearifan lokal merupakan investasi sosial yang sangat tinggi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Sebaliknya, masyarakat desa yang mengembangkan sektor pertanian maka yang kaya orang-orang desa tersebut. Oleh karena itu, kepala desa di desa-desa tambang untuk mengembangkan sektor pertanian seperti Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah ini.
Misalnya Kalimantan kekayaan batu bara sangat luar biasa, tetapi yang kaya siapa hanya orang-orang di Jakarta bukan orang Kalimantan. Apapun gerakan bawah tanah tersebut tidak bagus, tidak akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat desa.
Model pembangunan desa adalah replikasi dengan modifikasi sesuai kondisi daerahnya. Desa tambang di Indonesia sangat banyak sekali, tetapi tidak banyak yang mampu mewujudkan pelestarian lingkungan.
Inilah poin yang harus kita munculkan di mana-mana, sehingga diharapkan semua desa tambang di Indonesia harus memiliki model pengembangan pertanian yang arahnya adalah pelestarian lingkungan yang berkesinambungan untuk masa mendatang.
"Apabila tambang yang dikedepankan tentu tidak bagus, karena pasti ada kerusakan lingkungan. Terkait masalah pertimahan di Bangka Belitung sekarang, itu yang paling tinggi dan krusial adalah kerusakan lingkungan akibat penambangan timah tersebut," demikian Abdul Halim Iskandar.
Bupati Bangka Tegah Algafry Rahman mengatakan tardisi Murok Jerami ini telah menarik wisatawan dari berbagai negara untuk berwisata dan melakukan penelitian serta menggali berbagai potensi di Desa Namang diantaranya sawah, hutan pelawan, madu pelawan, jamur pelawan dan keanekaragaman hayati lainnya.
Hasil madu dan jamur pelawan warga Desa Namang ini sudah masuk pasar luar negeri. Misalnya, hasil kerajinan, produk makanan, minuman terutama madu pahit pelawan sangat diminati masyarakat di Arab Saudi, karena mereka percaya madu ini bisa meningkat vitalitas.
"Khasiat madu ini yang membuat orang Arab senang, sehingga apa yang kami bawa ke sana laris manis terjual," katanya.
Ia menyatakan tradisi Murok Jerami ini adalah contoh yang indah tentang bagaimana masyarakat dapat menjaga dan memperkaya budaya. Melestarikan budaya dan tradisi ini adalah investasi dalam kehidupan masyarakat berkelanjutan serta kualitas hidup generasi masa mendatang.
Semua ini mengingatkan kita bahwa semua pihak memiliki peran dalam menjaga kearifan lokal dan berharga untuk generasi mendatang. Dengan upaya bersama, maka dapat merayakan keanekaragaman budaya yang menghiasi negara ini dan mewariskannya dengan keberlanjutan serta perlindungan budaya adalah suatu keharusan.
Kepala Desa Namang, Zaiwan menyatakan ribuan wisatawan manca negara dari 70 negara telah mengunjungi objek wisata Hutan Pelawan Namang, sehingga dapat menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah itu.
Pemdes Namang Kabupaten Bangka Tengah pada 2010 membuka objek wisata Hutan Pelawan dan Sawah, guna mengoptimalkan potensi pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Wisatawan asing ini tidak hanya berwisata di hutan pelawan dan sawah tetapi juga berwisata kuliner, makan bedulang, wisata malam, wisata musong madu, lada dan banyak lagi.
Program pemerintah desa dengan memanfaatkan potensi-potensi Desa Namang ini sangat membantu perekonomian masyarakat, karena memiliki penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan ini.
"Alhamdulillah, warga desa ini menjadi masyarakat wisata dan mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke daerah ini," katanya.
Masalah timah momentum kebangkitan pertanian
Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Safrizal ZA mengatakan masalah hukum tata niaga timah di Provinsi Kepulauan Babel momentum kebangkitan sektor pertanian di Negeri Serumpun Sebalai itu.
Provinsi Kepulauan Babel dari aspek ekonomi masih mengantungkan diri beberapa sektor dan sektor utama adalah pertambangan bijih timah. Hampir 40 persen atau 400 ribu penduduk bergantung dari sektor penambangan.
Saat ini sektor penambangan timah di Kepulauan Babel dalam penataan. Banyak pemilik usaha dan jabatan telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung di Jakarta. Jadi Pemprov Kepulauan Babel menggunakan momentum ini untuk memajukan sektor pertanian.
Kepulauan Bangka Belitung beberapa puluh tahun lalu terkenal hasil pertanian seperti lada putih, namun berkembangnya industri pertambangan maka sektor tani menurun dan penambangan timah naik.
Dulu jika kita datang ke Koba Bangka Tengah, rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan tersusun rapi, bagus-bagus dan itu hasil dari lada putih tidak dari hasil penambangan timah.
Oleh karena itu, kasus mega korupsi tata niaga timah ini saat ini adalah suatu momentum yang baik bagi masyarakat untuk kembali ke sektor pertanian, karena kemampuan produksi padi di Kepulauan Babel hanya 26 persen dari 100 persen konsumsi beras masyarakat.
Ia bersyukur Bangka Tengah adalah kabupaten sebagai penyangga tani di Kepulauan Babel, meskipun produksi padinya masih sedikit, tetapi sektor holtikultura seperti cabai dan bawang merah di Bangka Tengah ini menjadi sentra produksi di Negeri Serumpun Sebalai ini.
Selain Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan juga salah satu daerah penopang pangan terbesar bagi masyarakat kabupaten dan kota Pulau Bangka.
Dalam meningkatkan produksi pangan ini, Forkopimda Kepulauan Babel melalui Gerakan Semangat Menanam Masyarakat Bangka Belitung atau "Semarak Babel" dan Program Biru Hijau Babelku juga menanam tanaman pangan di lahan bekas tambang sebagai komitmen pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya dalam melestarikan lingkungan di Negeri Serumpun Sebalai ini.
Polda Kepulauan Babel sudah menanam 5 hektare tanaman cabai, Korem 045 lima hektare cabai, Bank Indonesia dua hektare, TNI AL satu hektare dan semuanya sudah punya dan menanam cabai ini.
Saat ini produksi cabai merah di Kepulauan Babel sudah mencapai 70 persen, padi baru sedikit hanya 26 persen karena padi lebih sulit, namun Babel mampu mewujudkan hingga 100 persen dengan menjaga kearifan lokal dan dana desa untuk memajukan sektor pertanian ini.
Tidak hanya itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama Polda Kepulauan Babel juga menjaga lahan-lahan pertanian dan perikanan dengan menertibkan ratusan ponton tambang bijih timah ilegal.
Pemprov Kepulauan Babel bersama Polda Kepulauan Babel satu visi tidak ada ilegal mining dan fishing di perairan Pulau Bangka dan Belitung yang merugikan pemerintah dan masyarakat pesisir daerah ini.
"Saya bersama Kapolda Kepulauan Babel sepakat memberantas ilegal mining dan fishing di daerah ini," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Salah satu kearifan lokal masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mempertahankan lahan pertanian dari serbuan tambang-tambang timah yaitu Murok Jerami Suku Mangkanau Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah memilih mengembangkan pertanian dari menambang timah untuk menopang ekonomi keluarga.
Kepulauan Bangka Belitung khususnya Bangka Tengah kaya warisan budaya, dimana tradisi-tradisi adat masih tumbuh subur sebagai pengingat kearifan lokal nenek moyang dalam menjaga kelestarian alam dari kerusakan dampak penambangan timah.
Tradisi Adat Murok Jerami Suku Mangkanau Urang Namang beladang sawah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen padi dan tradisi sudah menjadi simbol turun temurun bagi masyarakat dalam memperkuat antar generasi dengan menunjukkan kearifan lokal.
Tradisi Murok Jerami ini penuh dengan makna, tidak hanya menunjukkan rasa syukur tetapi juga memperkuat ikatan antar masyarakat. Seluruh komunitas masyarakat turut berperan dalam proses panen padi tersebut.
Tidak hanya komunitas, tetapi seluruh anak-anak sekolah ikut panen padi ini, agar mereka memahami tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan tradisi leluhur menjaga lahan-lahan pertanian dari kepungan tambang-tambang dan perkebunan sawit.
Keberhasilan pemerintah daerah dalam mempertahankan tradisi Murok Jerami ini telah menjadikan Bangka Tengah sebagai daerah tersebut sebagai sentra pertanian dan holtikultura di provinsi penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia tersebut.
Luas lahan padi sawah di Desa Namang sudah mencapai 53 hektare dan produksi padi yang diperoleh petani sebanyak 5,6 ton per hektare, sehingga mengurangi ketergantungan pasokan beras dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Negeri Serumpun Sebalai itu.
Tradisi Murok Jerami ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi sudah menjadi potensi dalam menggerakkan ekonomi kreatif masyarakat, karena tradisi ini sudah dapat meningkatkan kunjungan wisatawan lokal, nasional dan mancanegara ke Desa Namang ini.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar saat hadir di pesta adat Murok Jerami Suku Mangkanau Namang mengapresiasi Kepala Desa Namang melestarikan kearifan lokal merupakan investasi sosial yang sangat tinggi dalam meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Sebaliknya, masyarakat desa yang mengembangkan sektor pertanian maka yang kaya orang-orang desa tersebut. Oleh karena itu, kepala desa di desa-desa tambang untuk mengembangkan sektor pertanian seperti Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah ini.
Misalnya Kalimantan kekayaan batu bara sangat luar biasa, tetapi yang kaya siapa hanya orang-orang di Jakarta bukan orang Kalimantan. Apapun gerakan bawah tanah tersebut tidak bagus, tidak akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat desa.
Model pembangunan desa adalah replikasi dengan modifikasi sesuai kondisi daerahnya. Desa tambang di Indonesia sangat banyak sekali, tetapi tidak banyak yang mampu mewujudkan pelestarian lingkungan.
Inilah poin yang harus kita munculkan di mana-mana, sehingga diharapkan semua desa tambang di Indonesia harus memiliki model pengembangan pertanian yang arahnya adalah pelestarian lingkungan yang berkesinambungan untuk masa mendatang.
"Apabila tambang yang dikedepankan tentu tidak bagus, karena pasti ada kerusakan lingkungan. Terkait masalah pertimahan di Bangka Belitung sekarang, itu yang paling tinggi dan krusial adalah kerusakan lingkungan akibat penambangan timah tersebut," demikian Abdul Halim Iskandar.
Bupati Bangka Tegah Algafry Rahman mengatakan tardisi Murok Jerami ini telah menarik wisatawan dari berbagai negara untuk berwisata dan melakukan penelitian serta menggali berbagai potensi di Desa Namang diantaranya sawah, hutan pelawan, madu pelawan, jamur pelawan dan keanekaragaman hayati lainnya.
Hasil madu dan jamur pelawan warga Desa Namang ini sudah masuk pasar luar negeri. Misalnya, hasil kerajinan, produk makanan, minuman terutama madu pahit pelawan sangat diminati masyarakat di Arab Saudi, karena mereka percaya madu ini bisa meningkat vitalitas.
"Khasiat madu ini yang membuat orang Arab senang, sehingga apa yang kami bawa ke sana laris manis terjual," katanya.
Ia menyatakan tradisi Murok Jerami ini adalah contoh yang indah tentang bagaimana masyarakat dapat menjaga dan memperkaya budaya. Melestarikan budaya dan tradisi ini adalah investasi dalam kehidupan masyarakat berkelanjutan serta kualitas hidup generasi masa mendatang.
Semua ini mengingatkan kita bahwa semua pihak memiliki peran dalam menjaga kearifan lokal dan berharga untuk generasi mendatang. Dengan upaya bersama, maka dapat merayakan keanekaragaman budaya yang menghiasi negara ini dan mewariskannya dengan keberlanjutan serta perlindungan budaya adalah suatu keharusan.
Kepala Desa Namang, Zaiwan menyatakan ribuan wisatawan manca negara dari 70 negara telah mengunjungi objek wisata Hutan Pelawan Namang, sehingga dapat menggerakkan perekonomian masyarakat di daerah itu.
Pemdes Namang Kabupaten Bangka Tengah pada 2010 membuka objek wisata Hutan Pelawan dan Sawah, guna mengoptimalkan potensi pariwisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Wisatawan asing ini tidak hanya berwisata di hutan pelawan dan sawah tetapi juga berwisata kuliner, makan bedulang, wisata malam, wisata musong madu, lada dan banyak lagi.
Program pemerintah desa dengan memanfaatkan potensi-potensi Desa Namang ini sangat membantu perekonomian masyarakat, karena memiliki penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan ini.
"Alhamdulillah, warga desa ini menjadi masyarakat wisata dan mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke daerah ini," katanya.
Masalah timah momentum kebangkitan pertanian
Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Safrizal ZA mengatakan masalah hukum tata niaga timah di Provinsi Kepulauan Babel momentum kebangkitan sektor pertanian di Negeri Serumpun Sebalai itu.
Provinsi Kepulauan Babel dari aspek ekonomi masih mengantungkan diri beberapa sektor dan sektor utama adalah pertambangan bijih timah. Hampir 40 persen atau 400 ribu penduduk bergantung dari sektor penambangan.
Saat ini sektor penambangan timah di Kepulauan Babel dalam penataan. Banyak pemilik usaha dan jabatan telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung di Jakarta. Jadi Pemprov Kepulauan Babel menggunakan momentum ini untuk memajukan sektor pertanian.
Kepulauan Bangka Belitung beberapa puluh tahun lalu terkenal hasil pertanian seperti lada putih, namun berkembangnya industri pertambangan maka sektor tani menurun dan penambangan timah naik.
Dulu jika kita datang ke Koba Bangka Tengah, rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan tersusun rapi, bagus-bagus dan itu hasil dari lada putih tidak dari hasil penambangan timah.
Oleh karena itu, kasus mega korupsi tata niaga timah ini saat ini adalah suatu momentum yang baik bagi masyarakat untuk kembali ke sektor pertanian, karena kemampuan produksi padi di Kepulauan Babel hanya 26 persen dari 100 persen konsumsi beras masyarakat.
Ia bersyukur Bangka Tengah adalah kabupaten sebagai penyangga tani di Kepulauan Babel, meskipun produksi padinya masih sedikit, tetapi sektor holtikultura seperti cabai dan bawang merah di Bangka Tengah ini menjadi sentra produksi di Negeri Serumpun Sebalai ini.
Selain Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan juga salah satu daerah penopang pangan terbesar bagi masyarakat kabupaten dan kota Pulau Bangka.
Dalam meningkatkan produksi pangan ini, Forkopimda Kepulauan Babel melalui Gerakan Semangat Menanam Masyarakat Bangka Belitung atau "Semarak Babel" dan Program Biru Hijau Babelku juga menanam tanaman pangan di lahan bekas tambang sebagai komitmen pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya dalam melestarikan lingkungan di Negeri Serumpun Sebalai ini.
Polda Kepulauan Babel sudah menanam 5 hektare tanaman cabai, Korem 045 lima hektare cabai, Bank Indonesia dua hektare, TNI AL satu hektare dan semuanya sudah punya dan menanam cabai ini.
Saat ini produksi cabai merah di Kepulauan Babel sudah mencapai 70 persen, padi baru sedikit hanya 26 persen karena padi lebih sulit, namun Babel mampu mewujudkan hingga 100 persen dengan menjaga kearifan lokal dan dana desa untuk memajukan sektor pertanian ini.
Tidak hanya itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama Polda Kepulauan Babel juga menjaga lahan-lahan pertanian dan perikanan dengan menertibkan ratusan ponton tambang bijih timah ilegal.
Pemprov Kepulauan Babel bersama Polda Kepulauan Babel satu visi tidak ada ilegal mining dan fishing di perairan Pulau Bangka dan Belitung yang merugikan pemerintah dan masyarakat pesisir daerah ini.
"Saya bersama Kapolda Kepulauan Babel sepakat memberantas ilegal mining dan fishing di daerah ini," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024